Petaka Menjelang Maghrib
Malang nian nasib Matahari Bitcar Br Sihombing (17) warga Desa Serbajadi B, Perdomuanauli, Pondok Batak, Kabupaten Deli Serdang ini. Pasalnya, ia mendapat petaka tepat saat menjelang Maghrib, dimana tubuh bagian kanan anak baru gede (ABG) itu terbakar lampu minyak, Senin (23/5).
Akibat kejadian itu, dengan seketika ia terpaksa dilarikan ke Rumah Sakit Umum (RSU) dr Djoelham Binjai, Kecamatan Binjai Kota, guna mendapat perawatan intensif atas luka bakar yang dideritanya.
Lubuk Sihombing (59) orang tua Matahari, Minggu (29/5), menceritakan awal kejadian yang dialami anaknya tersebut. Dimana, saat hari menjelang Maghrib, anaknya seperti biasa menghidupkan lampu minyak yang ada di rumahnya untuk dijadikan alat penerangan rumah. Sebab, di rumah mereka sampai saat ini belum ada penerangan listrik.
Dengan mengambil mancis, anak bungsu dari lima bersaudara ini, lantas menghidupkan lampu sentir yang terletak di atas meja tepat di ruang tamu mereka. Tanpa ada rasa was-was, ia langsung menghidupkan lampu sentir tersebut.
Namun naas, begitu lampu minyak menyala langsung menyambar sejadi-jadinya. Sehingga, anak ABG itupun kaget dan melemparkannya ke arah dinding rumahnya. Tapi, lampu yang terpental ke dinding rumahnya, kembali terpental ke arahnya dan mengenai tubuh di bagian kanannya. Dikarenakan api yang terpental ke tubuhnya sudah membesar, Matahari tak dapat mengelak dan api mengenai tubuh bagian kanannya serta membakar pakaiannya.
Lantas, Matahari langsung berteriak dan menjerit sejadi-jadinya guna meminta tolong kepada orang tuanya agar api yang telah membakar tubuhnya segara dipadamkan.
Mendengar teriakan tersebut, orang tua Matahari yang berada di belakang rumah, langsung kaget dan berlari mengejar anaknya. “Saya kaget dan saya lihat api sudah besar. Lantas saya berlari dan saya langsung membuka pakaiannya. Untuk selanjutnya saya bawa ke rumah sakit untuk dirawat,” ujar Lubuk Sihombing dengan raut wajah sedih.
Melihat luka bakar di tubuh anaknya itu, Lubuk Sihombing seakan tak kuasa. Apalagi, biaya untuk mengobatkan anaknya sangat besar.
Namun, Lubuk dapat bernafas lega, setelah semua biaya pengobatan anaknya ditanggung melalui Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).
“Syukurlah, kalau tidak ada Jamkesmas, barang kali nyawa anak saya tidak tertolong. Sebab, anak saya akan menjalani operasi dan membutuhkan biaya yang besar,” ucapnya.
Sementara itu terbakarnya tubuh Matahari disebabkan rendahnya ekonomi kedua orang tua yang tak mampu memasukan listrik ke rumahnya.
Meski tidak ada penerangan dari lampu listrik, Matahari dapat dikatakan orang yang gigih untuk melanjutkan sekolah. Buktinya, dengan penerangan seadanya, ABG berkulit putih, berbadan tinggi ini, dapat menamatkan sekolahnya sampai tingkat SMA di SMA Negeri 6, Kelurahan Nangka, Kecamatan Binjai Timur.
Bahkan, Matahari ternyata baru tamat sekolah tahun 2011 ini dan ijazahnya belum sempat diambil. “Baru tahun ini dia tamat dan ijazahnya juga belum diambil. Memang, dia ini mau melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi, tapi saya merasa tidak sanggup,”ucap Lubuk Sihombing.
Lubuk Sihombing juga mengakui, kalau ia pernah berniat ingin memasukan listrik ke rumahnya. Namun, anggaran yang dibutuhkan mencapai Rp15 Juta. “Saya ini hanya tukang becak yang mangkal di Kampung Lalang, Medan. Dapat makan satu hari saja sudah syukur, bagaimana mau masukan listrik sampai Rp15 juta,”pungkasnya. (dan)