Lokasi terjunnya minibus yang menewaskan delapan orang ramai dikunjungi. Akibatnya, pendapatan pedagang yang berada di kawasan wisata Batu Gantung itu pun meningkat.
Pasalnya tak jarang para pengendara yang melintas di Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) Parapat tersebut akan berhenti dan langsung turun dari kendaraannya. Mereka penasaran dengan lokasi peristiwa tragis tersebut. Malah mereka memberanikan diri untuk melihat langsung jurang terjal yang memiliki kedalaman sekitar 120 meter di atas permukaan Danau Toba tersebut.
Kepada Metro Siantar, seorang pengelola kios Panatapan di atas Batu Gantung, P Sirait mengaku penghasilannya berlipat. “Sejak musibah jatuhnya mobil ke jurang hingga sekarang tempat ini semakin ramai dikunjungi. Dan bagi kami pedagang kios di tempat ini tak memungkiri penghasilan penjualan pun semakin meningkat juga,” katanya.
Kenyataan yang sama dialami sejumlah pemandu wisata tranfortasi pengangkutan perkapalan. Mereka pun banyak melayani wisatawan yang ingin melihat kawasan jatuhnya mobil. “Para wisatawan tertarik melihat lokasi jatuhnya mobil dan ingin mengetahui lebih mendalam kisahnya,” kata Ramjan pengelola kapal.
Sementara itu, Kaposlantas Parapat Aipda H Nainggolan yang ditemui di Mapolsek Parapat memastikan penyebab kecelakaan adalah karena menabrak gundukan tanah dan pasir bekas material perbaikan jalan di KM 40. “Jika pengaman jalan itu agak tinggi mobil tidak akan terjun ke jurang dan korban bisa lebih cepat diselamatkan untuk itu beram harus diperbaiki agar kendaraan tidak terperosok dan terjunggal,” ujarnya.
Pengusaha anggutan jurusan Tarutung-Medan asal Parapat P B Bakara meminta pemerintah segera mengambil tindakan dengan memperbaiki setiap jalan berlobang, membuat marka jalan, dan memperbaiki lampu penerang jalan “Agar setiap supir tetap was- was maka marka jalan itu sangat penting sebagai tanda peringatan bagi setiap pengemudi,” ucapnya. (rait/smg)
Lokasi terjunnya minibus yang menewaskan delapan orang ramai dikunjungi. Akibatnya, pendapatan pedagang yang berada di kawasan wisata Batu Gantung itu pun meningkat.
Pasalnya tak jarang para pengendara yang melintas di Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) Parapat tersebut akan berhenti dan langsung turun dari kendaraannya. Mereka penasaran dengan lokasi peristiwa tragis tersebut. Malah mereka memberanikan diri untuk melihat langsung jurang terjal yang memiliki kedalaman sekitar 120 meter di atas permukaan Danau Toba tersebut.
Kepada Metro Siantar, seorang pengelola kios Panatapan di atas Batu Gantung, P Sirait mengaku penghasilannya berlipat. “Sejak musibah jatuhnya mobil ke jurang hingga sekarang tempat ini semakin ramai dikunjungi. Dan bagi kami pedagang kios di tempat ini tak memungkiri penghasilan penjualan pun semakin meningkat juga,” katanya.
Kenyataan yang sama dialami sejumlah pemandu wisata tranfortasi pengangkutan perkapalan. Mereka pun banyak melayani wisatawan yang ingin melihat kawasan jatuhnya mobil. “Para wisatawan tertarik melihat lokasi jatuhnya mobil dan ingin mengetahui lebih mendalam kisahnya,” kata Ramjan pengelola kapal.
Sementara itu, Kaposlantas Parapat Aipda H Nainggolan yang ditemui di Mapolsek Parapat memastikan penyebab kecelakaan adalah karena menabrak gundukan tanah dan pasir bekas material perbaikan jalan di KM 40. “Jika pengaman jalan itu agak tinggi mobil tidak akan terjun ke jurang dan korban bisa lebih cepat diselamatkan untuk itu beram harus diperbaiki agar kendaraan tidak terperosok dan terjunggal,” ujarnya.
Pengusaha anggutan jurusan Tarutung-Medan asal Parapat P B Bakara meminta pemerintah segera mengambil tindakan dengan memperbaiki setiap jalan berlobang, membuat marka jalan, dan memperbaiki lampu penerang jalan “Agar setiap supir tetap was- was maka marka jalan itu sangat penting sebagai tanda peringatan bagi setiap pengemudi,” ucapnya. (rait/smg)