26 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Arak-arakan Piala WTN di Langkat Menuai Protes

LANGKAT- Kebijakan menghadirkan pelajar SD maupun SMP menyambut arak-arakkan Piala Wahana Tata Nugraha (WTN) sampai pukul 12.00 Wib, Rabu (30/5), disayangkan berbagai pihak. Pasalnya, dinilai mengorbankan proses belajar siswa yang semestinya berjalan normal.

“Dengan mensosialisasikannya saja ke para pelajar di sekolah masing-masing sudah cukup, tidak perlu mengerahkan sampai berjam-jam menunggu di pinggir jalan. Proses belajar jadi terganggu, apalagi ini bukan kali pertama kok didapat, kenapa sampai begitu sekali,” kata Ketua Komisi Anak Indonesia Daerah (KPAID) Langkat, Ernis SA Lubis.

Parahnya lagi, sebut dia, penumpukan anak-anak sekolah di area Jalan Sudirman-Stabat sebelum menuju Pendopo Jentera Malay rumah dinas bupati di Jalan Proklamasi, tak lain di sebabkan kurangnya koordinasi instansi terkait. Itu sebenarnya tidak perlu terjadi, kalau masing-masing pihak yang berkompeten menyiasati jadwal arak-arakan.

Lebih lanjut ditengarai Ernis, kebanyakan pelajar tidak paham WTN namun hanya mengikuti perintah guru yang menerima hal serupa. Makanya, kebijakan itu dinilai sangat tidak tepat dan urgensinya tidak beralasan.

“Kita menenggarai, tidak ban yak diantara siswa itu yang paham benar apa itu WTN hanya mengikuti perintah guru saja. Lagian, apapula urgensinya buat siswa karena fasilitas keamanan dan kenyamanan buat pelajar saja tidak diperhatikan. Contohnya ya itu tadi, banyak sekolah yang tak ada zebra crossnya untuk menyeberang dan tercatat ada beberapa pelajar yang korban laka lantas karena minimnya zebra cross,” sesal Ernis.

Misno Adi dari Masyarakat Pancasila Indonesia (MPI) Langkat memberikan perhatian tak jauh berbeda, bahkan mempertanyakan indikator peraihan WTN. Jika berkaitan dengan lalu lintas, kondisi simpang kantor bupati persinya trafic light atau tugu antara  Jalan Proklamasi-Sudirman-KH Zainul Arifin semrawut.

“Kalau berbicara lalu lintas -WTN- ini, coba saja perhatikan dalam keseharian simpang tiga kantor bupati, ya cukup manyomak. Mungkin hanya rapi jika ada tim penilai yang datang, atau benar rumor yang beredar disebut-sebut piala ini dibayar sampai ratusan juta,” tegas Misno mempertanyakan.

Dia mencontohkan, kesemrawutnya lalu-lintas kawasan pasar Stabat apakah pantas menjadikan ibukota kabupaten meraih WTN sampai 7 kali. Khusus area itu, tidak sedikit rambu-rambu lalu lintas tidak berfungsi seperti jalan satu arah tetap saja diabaikan pengguna jalan.

“Kalau mau fair, jangan hanya di kota Stabat saja meraih WTN sampai tujuh kali berturut-turut. Kapan giliran Selesai, Pangkalan Susu atau Pangkalan Brandan. Hendaknya jadi perhatian buat bupati, jangan mau terus-terusan di kadali staf, kalau di kecamatan lain bisa memperoleh WTN itu baru surprise,” tantang aktivis muda ini.

Seperti diketahui, masyarakat memenuhi sisi badan jalan lokasi berlangsungnya arak-arakan penyambutan Piala Wahana Tata Nugraha (WTN) yang tiba kembali untuk ketujuh kalinya di Bumi Langkat Berseri.
Tampak penghargaan bidang tertib lalu lintas itu diletakkan pada mobil hias bereflika perahu didampingi jaka dan dara berpakaian etnis serta dikawal personel Dinas Perhubungan dan Satlantas Polres Langkat.
Bupati Langkat, H Ngogesa Sitepu, bersama Kapolres AKBP L Eric Bhismo yang berada dalam satu mobil membuka kaca melambaikan tangan kepada masyarakat maupun para pelajar juga Ormas/OKP sepanjang sisi kanan dan kiri jalan.

“Terima kasih kepada seluruh masyarakat Langkat,” kata Bupati Langkat, Ngogesa. (mag-4)
karena pencapaian prestasi ini mampu kita pertahankan dan teruslah budayakan tertib berlalu lintas,” singkat Ngogesa menyerahkan Piala WTN kepada Sekda Surya Djahisa.

LANGKAT- Kebijakan menghadirkan pelajar SD maupun SMP menyambut arak-arakkan Piala Wahana Tata Nugraha (WTN) sampai pukul 12.00 Wib, Rabu (30/5), disayangkan berbagai pihak. Pasalnya, dinilai mengorbankan proses belajar siswa yang semestinya berjalan normal.

“Dengan mensosialisasikannya saja ke para pelajar di sekolah masing-masing sudah cukup, tidak perlu mengerahkan sampai berjam-jam menunggu di pinggir jalan. Proses belajar jadi terganggu, apalagi ini bukan kali pertama kok didapat, kenapa sampai begitu sekali,” kata Ketua Komisi Anak Indonesia Daerah (KPAID) Langkat, Ernis SA Lubis.

Parahnya lagi, sebut dia, penumpukan anak-anak sekolah di area Jalan Sudirman-Stabat sebelum menuju Pendopo Jentera Malay rumah dinas bupati di Jalan Proklamasi, tak lain di sebabkan kurangnya koordinasi instansi terkait. Itu sebenarnya tidak perlu terjadi, kalau masing-masing pihak yang berkompeten menyiasati jadwal arak-arakan.

Lebih lanjut ditengarai Ernis, kebanyakan pelajar tidak paham WTN namun hanya mengikuti perintah guru yang menerima hal serupa. Makanya, kebijakan itu dinilai sangat tidak tepat dan urgensinya tidak beralasan.

“Kita menenggarai, tidak ban yak diantara siswa itu yang paham benar apa itu WTN hanya mengikuti perintah guru saja. Lagian, apapula urgensinya buat siswa karena fasilitas keamanan dan kenyamanan buat pelajar saja tidak diperhatikan. Contohnya ya itu tadi, banyak sekolah yang tak ada zebra crossnya untuk menyeberang dan tercatat ada beberapa pelajar yang korban laka lantas karena minimnya zebra cross,” sesal Ernis.

Misno Adi dari Masyarakat Pancasila Indonesia (MPI) Langkat memberikan perhatian tak jauh berbeda, bahkan mempertanyakan indikator peraihan WTN. Jika berkaitan dengan lalu lintas, kondisi simpang kantor bupati persinya trafic light atau tugu antara  Jalan Proklamasi-Sudirman-KH Zainul Arifin semrawut.

“Kalau berbicara lalu lintas -WTN- ini, coba saja perhatikan dalam keseharian simpang tiga kantor bupati, ya cukup manyomak. Mungkin hanya rapi jika ada tim penilai yang datang, atau benar rumor yang beredar disebut-sebut piala ini dibayar sampai ratusan juta,” tegas Misno mempertanyakan.

Dia mencontohkan, kesemrawutnya lalu-lintas kawasan pasar Stabat apakah pantas menjadikan ibukota kabupaten meraih WTN sampai 7 kali. Khusus area itu, tidak sedikit rambu-rambu lalu lintas tidak berfungsi seperti jalan satu arah tetap saja diabaikan pengguna jalan.

“Kalau mau fair, jangan hanya di kota Stabat saja meraih WTN sampai tujuh kali berturut-turut. Kapan giliran Selesai, Pangkalan Susu atau Pangkalan Brandan. Hendaknya jadi perhatian buat bupati, jangan mau terus-terusan di kadali staf, kalau di kecamatan lain bisa memperoleh WTN itu baru surprise,” tantang aktivis muda ini.

Seperti diketahui, masyarakat memenuhi sisi badan jalan lokasi berlangsungnya arak-arakan penyambutan Piala Wahana Tata Nugraha (WTN) yang tiba kembali untuk ketujuh kalinya di Bumi Langkat Berseri.
Tampak penghargaan bidang tertib lalu lintas itu diletakkan pada mobil hias bereflika perahu didampingi jaka dan dara berpakaian etnis serta dikawal personel Dinas Perhubungan dan Satlantas Polres Langkat.
Bupati Langkat, H Ngogesa Sitepu, bersama Kapolres AKBP L Eric Bhismo yang berada dalam satu mobil membuka kaca melambaikan tangan kepada masyarakat maupun para pelajar juga Ormas/OKP sepanjang sisi kanan dan kiri jalan.

“Terima kasih kepada seluruh masyarakat Langkat,” kata Bupati Langkat, Ngogesa. (mag-4)
karena pencapaian prestasi ini mampu kita pertahankan dan teruslah budayakan tertib berlalu lintas,” singkat Ngogesa menyerahkan Piala WTN kepada Sekda Surya Djahisa.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/