26 C
Medan
Tuesday, July 2, 2024

Tinjau Korban Banjir, Bupati Labura Jatuh ke Sungai

Kayu Gelondongan Indikasi Illegal Logging

TERCEBUR: Bupati Labura, Kharuddin Syah Sitorus tercebur ke Sungai Siria-ria, Desa Pematang, Kecamatan Na IX-X, Kabupaten Labura, yang sedang deras, Minggu (29/12).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Banjir bandang yang menerjang tiga desa di Kabupaten Labuhanbatu Utara (Labura) pada Minggu (29/12) dinihari, terindikasi akibat adanya pembalakan liar hutan di wilayah itu. Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi mengaku segera mendalami pemicu banjir bandang yang membawa banyak kayu gelondongan itun

“Mengingat banyaknya potongan-potongan kayu, berarti ada sesuatu (dugaan illegal logging). Tapi ini harus dibuktikan. Ada sesuatu di atas, nanti dicek,” katanya didampingi Wagubsu, Musa Rajekshah, menjawab wartawan di Kantor Gubernur Sumut, Senin (30/12).

MENCARI:
Warga mencari korban yang hanyut diantara bongkahan batu dan batang-batang kayu saat banjir bandang menerjang tiga desa di Labuhanbatu Utara, Minggu (29/12).

Edy mengaku sudah memerintahkan jajaran terkait guna mengecek lokasi hutan yang rusak di Labura. Jika ditemukan ada penebangan secara ilegal, baik oleh masyarakat maupun perusahaan, ia berjanji menyeretnya ke ranah pidana.

Berdasarkan laporan yang ia terima, saat ini situasi di Labura usai banjir melanda sudah membaik. Lima korban hilang belum ditemukan sampai dengan saat ini.

Ia juga meminta Pemkab Labura untuk merelokasi warga yang berada di desa yang mengalami kerusakan terparah. “Dua desa yang cukup parah, mungkin nanti akan direlokasi,” ujarnya.

Pemprov sendiri, sambung dia, sudah bertindak cepat guna memberi bantuan kepada korban yang terkena banjir. Selain logistik dan alat berat, juga telah membentuk posko utama yang dibantu personel TNI dan Polri. “Tim sudah di sana, kemudian logistik sudah disalurkan. Lalu alat berat juga sudah diturunkan,” katanya.

Diberitakan sebelumnya, banjir bandang di Dusun Siria-ria A dan B, Desa Pematang dan Desa Hatapang, Kecamatan NA IX-IX, Kabupaten Labura, telah meluluhlantakkan beberapa desa, menghanyutkan sejumlah rumah, jembatan penyeberangan orang, jalan raya, dan areal pertanian.

Kemarin, Gubsu rencananya berangkat meninjau desa yang dilanda banjir. Namun karena helikopter milik Bansarnas tidak bisa diterbangkan, Gubsu harus melalui jalur darat yang memakan waktu tempuh lama.

BPBD Sumut sendiri telah menurunkan Tim Search and Rescue (SAR) untuk melakukan pencarian terhadap lima orang yang hilang, diduga terbawa banjir bandang di tiga desa di Labura. “Pencarian masih berlangsung. Tim SAR sejak pukul 06.00 WIB tadi sudah bergerak mencari di lokasi,” kata Kepala BPBD Sumut, Riadil Akhir Lubis.

Kelima orang sekeluarga itu — terdiri dari ayah, ibu, dan tiga orang anak— belum ditemukan pascahanyutnya rumah mereka terbawa banjir bandang. “Kepala desa setempat mengatakan ada di satu rumah yang hanyut itu, satu keluarga hilang. Dua orang tua dan tiga anaknya,” katanya.

Lokasi pencarian itu jauh dari ibu kota kecamatan, tepatnya di kaki Gunung Bukit Barisan. Jarak tempuhnya sejauh 2 jam jalan kaki dalam kondisi normal. “Sementara akses sulit akibat banjir,” katanya.

Belasan rumah juga dilaporkan rusak berat, jembatan besar di jalan kabupaten hancur, jembatan kecil hanyut, longsor sepanjang 100 meter dengan kedalaman 5 meter dan kerusakan lahan pertanian diperkirakan seluas 5 hektare karena tertimbun kayu dan bebatuan besar.

Bencana alam di Labura ini turut mendapat perhatian dari Anggota DPRD Sumut, Zeira Salim Ritonga. Sebagai wakil rakyat dari daerah pemilihan Labuhanbatu, ia mengucapkan turut prihatin atas bencana alam yang menerpa daerahnya itu.

“Banjir bandang di Desa Hatapang ini artinya alam mengingatkan masyarakat. Dari video yang diunggah ke medsos facebook, ada penebangan hutan di sana yang dilakukan oleh oknum perusahaan,” katanya.

Zeira menyayangkan pengusaha dan Pemda Labura yang selama ini tidak mengindahkan keluh kesah masyarakat setempat. “Saya kira yang bertanggung jawab adalah yang menerbitkan IUP pada perusahaan logging di kawasan hutan Hatapang tersebut. IPK-nya harus dicabut apabila terbukti melanggar aturan,” katanya.

Politisi PKB ini meminta Dinas Kehutanan Sumut melakukan pengawasan ketat terhadap para pemegang IUP dan IPK. Dan Pemkab Labura, tegasnya, juga mesti bertanggungjawab atas kerusakan daerah akibat bencana alam terlebih jika ada kesalahan dalam pemberian izin pemakaian kawasan hutan.

“Kami khawatir oknum pengusaha sering salah menggunakan izin dengan bermain mata terhadap oknum pemda setempat. Akibat penebangan hutan secara besar-besaran di Labura, tentu akan memberikan dampak buruk pada lingkungan di Labura. Baik longsor, banjir, dan pergeseran tanah. Pemkab Labura saya kira mesti bertanggungjawab atas peristiwa ini,” pungkasnya.

Bupati Labura Tercebur ke Sungai

Sementara itu, Bupati Labuhanbatu Utara (Labura), Kharuddin Syah Sitorus, terjatuh dan tercebur ke arus sungai Siria-ria di Desa Pematang, Kecamatan Na IX-X, Kabupaten Labura, yang sedang deras, Minggu (29/12). Insiden itu terjadi saat orang nomor satu di Labura tersebut ingin menyeberangi sungai lewat jembatan darurat,hendak meninjau korban banjir bandang di dua desa.

Kejadian ini terekam dalam sebuah video yang diupload ke media sosial. Kontan saja video itu menjadi viral.

Peristiwa semula ketika Bupati Kharuddin bersama rombongan mendatangi lokasi yang terdampak banjir bandang. Dalam video tampak Bupati berjalan kaki di antara serakan puing material yang terbawa arus banjir bandang di tepian sungai tersebut.

Ketika hendak menyeberangi sungai yang berarus deras dan bercampur lumpur pekat, Bupati yang mengenakan topi hitam dan kaos hitam bergambar tengkorak berjalan melewati jembatan kecil yang terbuat dari dua bilah bambu dengan pegangan berupa seutas tambang.

Tepat berada di tengah, diduga jembatan darurat itu bergoyang. Akibatnya Bupati kehilangan keseimbangan. Ia tercebur ke dalam arus dan nyaris hanyut. Beruntung, ia tetap berpegangan dengan tali jembatan. Ajudan dan sejumlah aparat kepolisian kontan turun ke sungai melakukan evakuasi.

Kepala Dinas Kominfo Labura, Sugeng, membenarkan peristiwa itu. Dikonfirmasi, Senin (30/12) dia menyebutkan, saat itu Bupati hendak menjenguk warganya yang tertimpa musibah banjir bandang. “Bupati hendak menjenguk warga Desa Pematang,” kata Sugeng.

Akibat terjatuh ke sungai, bupati menjadi basah kuyup. Namun tidak ada luka.

“Bupati selalu peduli dan empati kepada warga. Khususnya, akibat kejadian banjir bandang yang menimpa warga Labura,” tandasya.

Sugeng mengatakan, saat ini Tim Search and Rescue (SAR) sedang menyisir lokasi banjir bandang mencari satu keluarga yang hilang diduga terseret arus air. Satu keluarga terdiri ayah, ibu dan 3 anaknya dinyatakan hilang setelah terjadi banjir bandang yang melanda dua desa. Yakni Desa Hatapang dan Desa Pematang, kecamatan NA IX-X, Labura.

“Satu keluarga yang dinyatakan hilang sedang dicari. Apakah terbawa arus air atau gimana,” ucapnya.

Direktur Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sumut, Dana Tarigan, menjelaskan banjir bandang diduga dipicu rusaknya sistem ekologi kawasan tersebut. Pemerintah setempat diminta agar menjelaskan pemicu bencana itu. “Jika ekologi sudah rusak, maka terjadi banjir bandang. Jangan selalu menyalahkan hujan. Tetapi karena daya tampung air tidak seimbang disebabkan alam sudah kritis,” jelasnya.

Menurutnya, Pemkab Labura mesti melakukan investigasi menyelidiki penyebab banjir bandang. Karena banjir membawa banyak gelondongan kayu. “Jika di hulu sungai terjadi tindak kejahatan ilegal logging, agar diproses sesuai hukum,” tegasnya.

Jika Pemkab setempat tidak mengindahkan dan mempublikasikan penyebab banjir bandang, ia menyebutkan, Walhi Sumut akan turun ke lokasi dan melakukan investigasi. Dan jika ditemukan indikasi kejahatan lingkungan, akan dilanjutkan ke proses hukum. (prn/fdh)

Kayu Gelondongan Indikasi Illegal Logging

TERCEBUR: Bupati Labura, Kharuddin Syah Sitorus tercebur ke Sungai Siria-ria, Desa Pematang, Kecamatan Na IX-X, Kabupaten Labura, yang sedang deras, Minggu (29/12).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Banjir bandang yang menerjang tiga desa di Kabupaten Labuhanbatu Utara (Labura) pada Minggu (29/12) dinihari, terindikasi akibat adanya pembalakan liar hutan di wilayah itu. Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi mengaku segera mendalami pemicu banjir bandang yang membawa banyak kayu gelondongan itun

“Mengingat banyaknya potongan-potongan kayu, berarti ada sesuatu (dugaan illegal logging). Tapi ini harus dibuktikan. Ada sesuatu di atas, nanti dicek,” katanya didampingi Wagubsu, Musa Rajekshah, menjawab wartawan di Kantor Gubernur Sumut, Senin (30/12).

MENCARI:
Warga mencari korban yang hanyut diantara bongkahan batu dan batang-batang kayu saat banjir bandang menerjang tiga desa di Labuhanbatu Utara, Minggu (29/12).

Edy mengaku sudah memerintahkan jajaran terkait guna mengecek lokasi hutan yang rusak di Labura. Jika ditemukan ada penebangan secara ilegal, baik oleh masyarakat maupun perusahaan, ia berjanji menyeretnya ke ranah pidana.

Berdasarkan laporan yang ia terima, saat ini situasi di Labura usai banjir melanda sudah membaik. Lima korban hilang belum ditemukan sampai dengan saat ini.

Ia juga meminta Pemkab Labura untuk merelokasi warga yang berada di desa yang mengalami kerusakan terparah. “Dua desa yang cukup parah, mungkin nanti akan direlokasi,” ujarnya.

Pemprov sendiri, sambung dia, sudah bertindak cepat guna memberi bantuan kepada korban yang terkena banjir. Selain logistik dan alat berat, juga telah membentuk posko utama yang dibantu personel TNI dan Polri. “Tim sudah di sana, kemudian logistik sudah disalurkan. Lalu alat berat juga sudah diturunkan,” katanya.

Diberitakan sebelumnya, banjir bandang di Dusun Siria-ria A dan B, Desa Pematang dan Desa Hatapang, Kecamatan NA IX-IX, Kabupaten Labura, telah meluluhlantakkan beberapa desa, menghanyutkan sejumlah rumah, jembatan penyeberangan orang, jalan raya, dan areal pertanian.

Kemarin, Gubsu rencananya berangkat meninjau desa yang dilanda banjir. Namun karena helikopter milik Bansarnas tidak bisa diterbangkan, Gubsu harus melalui jalur darat yang memakan waktu tempuh lama.

BPBD Sumut sendiri telah menurunkan Tim Search and Rescue (SAR) untuk melakukan pencarian terhadap lima orang yang hilang, diduga terbawa banjir bandang di tiga desa di Labura. “Pencarian masih berlangsung. Tim SAR sejak pukul 06.00 WIB tadi sudah bergerak mencari di lokasi,” kata Kepala BPBD Sumut, Riadil Akhir Lubis.

Kelima orang sekeluarga itu — terdiri dari ayah, ibu, dan tiga orang anak— belum ditemukan pascahanyutnya rumah mereka terbawa banjir bandang. “Kepala desa setempat mengatakan ada di satu rumah yang hanyut itu, satu keluarga hilang. Dua orang tua dan tiga anaknya,” katanya.

Lokasi pencarian itu jauh dari ibu kota kecamatan, tepatnya di kaki Gunung Bukit Barisan. Jarak tempuhnya sejauh 2 jam jalan kaki dalam kondisi normal. “Sementara akses sulit akibat banjir,” katanya.

Belasan rumah juga dilaporkan rusak berat, jembatan besar di jalan kabupaten hancur, jembatan kecil hanyut, longsor sepanjang 100 meter dengan kedalaman 5 meter dan kerusakan lahan pertanian diperkirakan seluas 5 hektare karena tertimbun kayu dan bebatuan besar.

Bencana alam di Labura ini turut mendapat perhatian dari Anggota DPRD Sumut, Zeira Salim Ritonga. Sebagai wakil rakyat dari daerah pemilihan Labuhanbatu, ia mengucapkan turut prihatin atas bencana alam yang menerpa daerahnya itu.

“Banjir bandang di Desa Hatapang ini artinya alam mengingatkan masyarakat. Dari video yang diunggah ke medsos facebook, ada penebangan hutan di sana yang dilakukan oleh oknum perusahaan,” katanya.

Zeira menyayangkan pengusaha dan Pemda Labura yang selama ini tidak mengindahkan keluh kesah masyarakat setempat. “Saya kira yang bertanggung jawab adalah yang menerbitkan IUP pada perusahaan logging di kawasan hutan Hatapang tersebut. IPK-nya harus dicabut apabila terbukti melanggar aturan,” katanya.

Politisi PKB ini meminta Dinas Kehutanan Sumut melakukan pengawasan ketat terhadap para pemegang IUP dan IPK. Dan Pemkab Labura, tegasnya, juga mesti bertanggungjawab atas kerusakan daerah akibat bencana alam terlebih jika ada kesalahan dalam pemberian izin pemakaian kawasan hutan.

“Kami khawatir oknum pengusaha sering salah menggunakan izin dengan bermain mata terhadap oknum pemda setempat. Akibat penebangan hutan secara besar-besaran di Labura, tentu akan memberikan dampak buruk pada lingkungan di Labura. Baik longsor, banjir, dan pergeseran tanah. Pemkab Labura saya kira mesti bertanggungjawab atas peristiwa ini,” pungkasnya.

Bupati Labura Tercebur ke Sungai

Sementara itu, Bupati Labuhanbatu Utara (Labura), Kharuddin Syah Sitorus, terjatuh dan tercebur ke arus sungai Siria-ria di Desa Pematang, Kecamatan Na IX-X, Kabupaten Labura, yang sedang deras, Minggu (29/12). Insiden itu terjadi saat orang nomor satu di Labura tersebut ingin menyeberangi sungai lewat jembatan darurat,hendak meninjau korban banjir bandang di dua desa.

Kejadian ini terekam dalam sebuah video yang diupload ke media sosial. Kontan saja video itu menjadi viral.

Peristiwa semula ketika Bupati Kharuddin bersama rombongan mendatangi lokasi yang terdampak banjir bandang. Dalam video tampak Bupati berjalan kaki di antara serakan puing material yang terbawa arus banjir bandang di tepian sungai tersebut.

Ketika hendak menyeberangi sungai yang berarus deras dan bercampur lumpur pekat, Bupati yang mengenakan topi hitam dan kaos hitam bergambar tengkorak berjalan melewati jembatan kecil yang terbuat dari dua bilah bambu dengan pegangan berupa seutas tambang.

Tepat berada di tengah, diduga jembatan darurat itu bergoyang. Akibatnya Bupati kehilangan keseimbangan. Ia tercebur ke dalam arus dan nyaris hanyut. Beruntung, ia tetap berpegangan dengan tali jembatan. Ajudan dan sejumlah aparat kepolisian kontan turun ke sungai melakukan evakuasi.

Kepala Dinas Kominfo Labura, Sugeng, membenarkan peristiwa itu. Dikonfirmasi, Senin (30/12) dia menyebutkan, saat itu Bupati hendak menjenguk warganya yang tertimpa musibah banjir bandang. “Bupati hendak menjenguk warga Desa Pematang,” kata Sugeng.

Akibat terjatuh ke sungai, bupati menjadi basah kuyup. Namun tidak ada luka.

“Bupati selalu peduli dan empati kepada warga. Khususnya, akibat kejadian banjir bandang yang menimpa warga Labura,” tandasya.

Sugeng mengatakan, saat ini Tim Search and Rescue (SAR) sedang menyisir lokasi banjir bandang mencari satu keluarga yang hilang diduga terseret arus air. Satu keluarga terdiri ayah, ibu dan 3 anaknya dinyatakan hilang setelah terjadi banjir bandang yang melanda dua desa. Yakni Desa Hatapang dan Desa Pematang, kecamatan NA IX-X, Labura.

“Satu keluarga yang dinyatakan hilang sedang dicari. Apakah terbawa arus air atau gimana,” ucapnya.

Direktur Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sumut, Dana Tarigan, menjelaskan banjir bandang diduga dipicu rusaknya sistem ekologi kawasan tersebut. Pemerintah setempat diminta agar menjelaskan pemicu bencana itu. “Jika ekologi sudah rusak, maka terjadi banjir bandang. Jangan selalu menyalahkan hujan. Tetapi karena daya tampung air tidak seimbang disebabkan alam sudah kritis,” jelasnya.

Menurutnya, Pemkab Labura mesti melakukan investigasi menyelidiki penyebab banjir bandang. Karena banjir membawa banyak gelondongan kayu. “Jika di hulu sungai terjadi tindak kejahatan ilegal logging, agar diproses sesuai hukum,” tegasnya.

Jika Pemkab setempat tidak mengindahkan dan mempublikasikan penyebab banjir bandang, ia menyebutkan, Walhi Sumut akan turun ke lokasi dan melakukan investigasi. Dan jika ditemukan indikasi kejahatan lingkungan, akan dilanjutkan ke proses hukum. (prn/fdh)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/