26 C
Medan
Monday, July 1, 2024

Ke Tegalarum, Dahlan Iskan Terkenang Ibunya

MADIUN – Pulang kampung akan selalu ingat dan kangen pada ibu. Ungkapan itu dilontarkan Dahlan Iskan saat Minggu (14/7) mengunjungi tempat kelahirannya di Dusun Kebondalem Desa Tegalarum Kecamatan Bendo, Magetan.

SEMUA SENANG: Dahlan Iskan  istri foto bersama kerabatnya saat berkunjung  tempat kelahirannya  Desa Tegalarum, Bendo, Kabupaten Magetan, Jawa Timur.  (radarmadin for medcen)
SEMUA SENANG: Dahlan Iskan dan istri foto bersama kerabatnya saat berkunjung ke tempat kelahirannya di Desa Tegalarum, Bendo, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. (radarmadin for medcen)

Menteri BUMN itu berziarah ke makam Lisnah, ibu kandungnya yang berlokasi di Desa Bukur, Jiwan, Madiun. ‘’Pasti yang pertama diingat ibu kalau ke Tegalarum,’’ kata Dahlan Iskan.

Dahlan mengisahkan, ibundanya meninggal dunia di usia muda, pada 21 Maret 1965. Kala itu, Dahlan masih kecil namun sudah mampu mengingat jelas saat ibunya yang sakit kista dibawa Mohamad Iskan, ayahnya, ke dukun. Tidak tebersit membawa ke rumah sakit karena ketiadaan biaya. ‘’Seandainya ibu sakit sekarang mudah diobati, saat itu saya hanyalah anak kecil dan tidak berdaya mengatasinya.’’ ujarnya.

Dahlan didampingi Nafsiah Sabri, istrinya, sempat ke lokasi rumah masa kecilnya di Kebondalem. Dia sempat menunjukkan bekas kamar mandi dan sumur yang masih asli bentuknya. Termasuk, dinding bekas rumah masa kecilnya dulu. ‘’Saya dulu kalau mengisi air bak mandi ya harus menimba dari sumur ini,’’ kenangnya diamini Nafsiah.

Mantan Dirut PLN itu menuturkan, hidup dalam kesederhanaan membuatnya harus berjuang. Dia mengaku tinggal di rumah itu sampai Madrasah Tsanawiyah kelas IX di Tegalarum. Dahlan kecil kalau sekolah harus jalan kaki sejauh 6 kilometer tanpa sepatu atau sandal ke PSM Takeran. ‘’Sarapannya kalau sekolah ya ganyong (jenis umbi-umbian, Red).’’ ujarnya.

Tanaman ganyong masih banyak tumbuh di dekat bekas rumah masa kecil Dahlan. Kunjungan Minggu itu juga dimanfaatkan Dahlan bercengkerama dengan kerabatnya di Kebondalem. Mereka berkumpul di langgar atau musala yang terletak tak jauh dari rumah Dahlan. Di langgar itu Dahlan kecil pernah dididik ayahnya mengaji. Dia dulu selama Ramadan sering tidur di langgar tersebut. ‘’Plong saya, ini lengkap semua kumpul,’’ ujarnya.

Sementara itu, Nafsiah tak kalah bahagia dapat berkumpul dengan kerabat di Tegalarum saat Ramadan. Waktu yang singkat itu digunakan Nafsiah mendatangi satu persatu rumah kerabatnya. Dia mengaku kangen dengan masakan kampung halaman suaminya yang begitu khas. Kemarin dia sempat ditawari beberapa jenis makanan khas kampung. ‘’Mbah Yem saya nggak dimasakne tah? Sama sambalnya sekalian jangan lupa dibungkusin,’’ ujarnya sambil tertawa. (radarmadiun for medcen))

MADIUN – Pulang kampung akan selalu ingat dan kangen pada ibu. Ungkapan itu dilontarkan Dahlan Iskan saat Minggu (14/7) mengunjungi tempat kelahirannya di Dusun Kebondalem Desa Tegalarum Kecamatan Bendo, Magetan.

SEMUA SENANG: Dahlan Iskan  istri foto bersama kerabatnya saat berkunjung  tempat kelahirannya  Desa Tegalarum, Bendo, Kabupaten Magetan, Jawa Timur.  (radarmadin for medcen)
SEMUA SENANG: Dahlan Iskan dan istri foto bersama kerabatnya saat berkunjung ke tempat kelahirannya di Desa Tegalarum, Bendo, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. (radarmadin for medcen)

Menteri BUMN itu berziarah ke makam Lisnah, ibu kandungnya yang berlokasi di Desa Bukur, Jiwan, Madiun. ‘’Pasti yang pertama diingat ibu kalau ke Tegalarum,’’ kata Dahlan Iskan.

Dahlan mengisahkan, ibundanya meninggal dunia di usia muda, pada 21 Maret 1965. Kala itu, Dahlan masih kecil namun sudah mampu mengingat jelas saat ibunya yang sakit kista dibawa Mohamad Iskan, ayahnya, ke dukun. Tidak tebersit membawa ke rumah sakit karena ketiadaan biaya. ‘’Seandainya ibu sakit sekarang mudah diobati, saat itu saya hanyalah anak kecil dan tidak berdaya mengatasinya.’’ ujarnya.

Dahlan didampingi Nafsiah Sabri, istrinya, sempat ke lokasi rumah masa kecilnya di Kebondalem. Dia sempat menunjukkan bekas kamar mandi dan sumur yang masih asli bentuknya. Termasuk, dinding bekas rumah masa kecilnya dulu. ‘’Saya dulu kalau mengisi air bak mandi ya harus menimba dari sumur ini,’’ kenangnya diamini Nafsiah.

Mantan Dirut PLN itu menuturkan, hidup dalam kesederhanaan membuatnya harus berjuang. Dia mengaku tinggal di rumah itu sampai Madrasah Tsanawiyah kelas IX di Tegalarum. Dahlan kecil kalau sekolah harus jalan kaki sejauh 6 kilometer tanpa sepatu atau sandal ke PSM Takeran. ‘’Sarapannya kalau sekolah ya ganyong (jenis umbi-umbian, Red).’’ ujarnya.

Tanaman ganyong masih banyak tumbuh di dekat bekas rumah masa kecil Dahlan. Kunjungan Minggu itu juga dimanfaatkan Dahlan bercengkerama dengan kerabatnya di Kebondalem. Mereka berkumpul di langgar atau musala yang terletak tak jauh dari rumah Dahlan. Di langgar itu Dahlan kecil pernah dididik ayahnya mengaji. Dia dulu selama Ramadan sering tidur di langgar tersebut. ‘’Plong saya, ini lengkap semua kumpul,’’ ujarnya.

Sementara itu, Nafsiah tak kalah bahagia dapat berkumpul dengan kerabat di Tegalarum saat Ramadan. Waktu yang singkat itu digunakan Nafsiah mendatangi satu persatu rumah kerabatnya. Dia mengaku kangen dengan masakan kampung halaman suaminya yang begitu khas. Kemarin dia sempat ditawari beberapa jenis makanan khas kampung. ‘’Mbah Yem saya nggak dimasakne tah? Sama sambalnya sekalian jangan lupa dibungkusin,’’ ujarnya sambil tertawa. (radarmadiun for medcen))

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/