25 C
Medan
Saturday, September 28, 2024

Bioetanol Produksi Mojokerto akan Dibeli Pertamina

reog2-650x400MOJOKERTO – Saat meresmikan pabrik  bioetanol milik PT Perkebunan Nusantara (PTPN) X, Menteri BUMN Dahlan Iskan sekaligus memastikan rencana pemasarannya.  Menurut dia,  pembeli utama bioetanol itu adalah Pertamina.

Dahlan menegaskan, Pertamina diwajibkan membeli hasil produksi pabrik yang dibangun dengan investasi Rp 461,21 miliar itu.  ’’Pertamina wajib membeli. Tak ada negosiasi. Tak ada merayu. Ini mandatory,’’ pungkasnya.

Terpisah, Dirut PTPN X Subiono mengatakan, investasi pembangunan pabrik bioetanol itu berasal dari skema gabungan. Yakni, terdiri dari hibah NEDO Jepang Rp 150 miliar dan dana PTPN X sebesar Rp 311,21 miliar.

Menurut Subiono, pabrik bioetanol itu memiliki makna strategis bagi industri gula nasional, karena bisa menjadi pilihan untuk diversifikasi produk turunan tebu. ’’Dengan demikian, industri gula tidak hanya mengandalkan komoditas gula semata yang harganya sering bergerak tidak menentu,’’ pungkasnya.

Subiono juga menyebutkan bahwa pihaknya akan melihat kemampuan pabrik tersebut enam bulan ke depan. Kalau enam bulan ke depan menunjukkan prospek yang bagus, bukan tidak mungkin pihaknya akan merealisasi penambahan pabrik bioetanol seperti yang disampaikan Mneteri BUMN. ‘’Tapi kami sangat hati-hati melangkah. Kalau memang dipandang sesuai dan prospektif, maka kami akan meneruskan langkah selanjutnya,’’ tuturnya.  (ramojo/medcen)

reog2-650x400MOJOKERTO – Saat meresmikan pabrik  bioetanol milik PT Perkebunan Nusantara (PTPN) X, Menteri BUMN Dahlan Iskan sekaligus memastikan rencana pemasarannya.  Menurut dia,  pembeli utama bioetanol itu adalah Pertamina.

Dahlan menegaskan, Pertamina diwajibkan membeli hasil produksi pabrik yang dibangun dengan investasi Rp 461,21 miliar itu.  ’’Pertamina wajib membeli. Tak ada negosiasi. Tak ada merayu. Ini mandatory,’’ pungkasnya.

Terpisah, Dirut PTPN X Subiono mengatakan, investasi pembangunan pabrik bioetanol itu berasal dari skema gabungan. Yakni, terdiri dari hibah NEDO Jepang Rp 150 miliar dan dana PTPN X sebesar Rp 311,21 miliar.

Menurut Subiono, pabrik bioetanol itu memiliki makna strategis bagi industri gula nasional, karena bisa menjadi pilihan untuk diversifikasi produk turunan tebu. ’’Dengan demikian, industri gula tidak hanya mengandalkan komoditas gula semata yang harganya sering bergerak tidak menentu,’’ pungkasnya.

Subiono juga menyebutkan bahwa pihaknya akan melihat kemampuan pabrik tersebut enam bulan ke depan. Kalau enam bulan ke depan menunjukkan prospek yang bagus, bukan tidak mungkin pihaknya akan merealisasi penambahan pabrik bioetanol seperti yang disampaikan Mneteri BUMN. ‘’Tapi kami sangat hati-hati melangkah. Kalau memang dipandang sesuai dan prospektif, maka kami akan meneruskan langkah selanjutnya,’’ tuturnya.  (ramojo/medcen)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/