28 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Nyeri Lihat Wanita Karo Tak Nyirih

DAHLAN ISKAN
DAHLAN ISKAN

Begitu meninggalkan zona terlarang Gunung Sinabung dan sempat mandi debu vulkanik di Desa Jeraya, Dahlan Iskan tampaknya ingin segera sampai ke Jambur Taras. Sepertinya ada yang dia tunggu atau nantikan. Dan hal itu baru terjawab begitu mobil memasuki posko pengungsian yang berpenghuni 1.099 jiwa tersebut.

Rupanya Dahlan sengaja kembali ke Jambur Taras agar tidak ketinggalan momen. Ya, Menteri BUMN itu ternyata begitu inginn
melihat anak-anak berangkat sekolah.

Begitu keluar mobil wajah Dahlan langsung cerah. Suasana di posko pengugsian itu mulai sedikit hangat seiring matahari yang mulai muncul, persis senyum bekas Direktur Utama PT PLN itu begitu bisa berhadapan langsung dengan calon-calon pemimpin bangsa yang telah siap berseragam. Dan ditunggu, Dahlan pun langsung menyalami anak-anak yang akan berangkat sekolah itu satu per satu. Seperti sikap anak pada orangtuanya, anak-anak itu pun tak segan untuk berpamitan pada Dahlan. Ada kecerian saat momen itu terjadi. Dahlan terlihat bangga, anak-anak itu juga. Dan, orangtua anak-anak itu, jangan ditanya ekspresi bangga yang keluar dari wajah mereka.

Setelah anak-anak itu berangkat, Dahlan langsung masuk ke dapur pengungsi untuk mengecek sarapan pengungsi. Seiring itu, Dahlan juga sempat bermain dan menggendong anak pengungsi dalam pangkuannya. Setelah puas, giliran Dahlan yang pamit. Dia memang sudah berencana untuk mengunjungi posko pengungsian lainnya.

Dan, perjalanan menuju posko berikutnya menjadi keuntungan tersendiri bagi Sumut Pos. Dahlan memperbolehkan Sumut Pos dalam satu mobil. Dahlan duduk paling depan di samping sopir, sedangkan Sumut Pos duduk di bangku tengah diapit dua staf Kementerian BUMN, Aziz dan Faisal. Tak pelak, kesempatan ini pun langsung Sumut Pos manfaatkan untuk bertanya ini-itu. Namun Dahlan menolak saat diwawancari terkait konvensi Demokrat maupun soal pencapresan dirinya di 2014. Ia hanya mau berkomentar soal Sinabung.

Dalam perjalanan yang dihiasi dengan debu jalanan dan debu vulkanik, Dahlan memuji kearifan lokal di Karo. Terutama soal keberadaan jambur atau ruang pertemuan atau ruang serba guna yang nyaris ada di setiap desa. Keberadaan jambur ini cukup membantu penanganan pengungsi. Dan, hal ini jauh lebih baik dibanding pengungsi bencana lain di Jawa yang hanya menggunakan tenda. “Jambur sangat besar, lantainya bagus dan biasanya kalau ada pesta di jambur orang duduk di bawah sehingga pengungsi saat ini merasa cukup nyaman di jambur tanpa tempat tidur,” jelasnya. Dan hal itu telah dia buktikan semalam sebelumnya saat tidur berdampingan dengan pengungsi di Jambur Taras.

Yang membuat Dahlan tambah bangga dengan jambur, tempat itu tak sekadar ruang berkumpul. “Jambur sudah ada dapur umumnya. Dapurnya permanen dan ukurannya besar-besar sekali. Wajan pun besar-besar. Tanpa ada bencana, mereka sudah punya wajan besar. Kemudian, alat untuk menggoreng juga berukuran besar. Toiletnya juga sudah banyak dan permanen. Semua itu sangat mendukung. Jadi penanganannya sudah bagus,” tambah Dahlan.

Perbincangan pun berpindah ke segala hal. Tanpa terasa, mobil telah memasuki bekas gedung Universitas Karo (UKA). Sebuah tempat yang dijadikan posko pengungsian lainnya oleh pemerintah setempat.

Di lokasi ini, Dahlan kembali membuat kejutan. Memasuki gedung yang kurang ventilasi karena tertutup tumpukan barang pengungsi ayah dua anak ini sama sekali tak terganggu. Termasuk soal aroma dalam gedung yang terasa pengap; campur aduk antara bau barang, manusia, hingga masakan. Dan dalam suasana tersebut, bersama TB Silalahi, Dahlan ikut menyatap sarapan bersama pengungsi.

Kedua tokoh ini sarapan bersama pengungsi sambil duduk di atas sehelai tikar dengan menu sayur dan terong tauco, sambal, tanpa ikan. Menariknya Dahlan dan Dewan Pertimbangan Presiden, TB Silalahi, sama sekali tidak terlihat enggan. Keeduan begitu lahap hingga tak ada sisa sebutir nasi di piring.

Selesai makan, Dahlan sempat heran melihat ibu-ibu di sekilingnya. Kenapa tidak ada yang makan sirih? Sepengetahuan Dahlan, ibu-ibu Karo dikenal sangat suka sirih dan juga penyirih yang andal. Tak tahan dengan rasa penasaran itu, Dahlan pun langsung bertanya. “Sudah lama kami tak makan sirih Pak. Rasanya lebih baik kami tak makan nasi daripada tak makan sirih,” jawab seorang ibu.

Sang ibu pun langsung bercerita soal sulitnya mendapatkan sirih dalam suasana bencana seperti ini. “Mau kami ambil di kampung tidak bisa, sudah hancur semuanya. Mau beli, tak ada lagi uang kami, Pak,” ungkap ibu tadi.

Wajah Dahlan sedikit berubah, sepertinya dia terenyuh. Pengkuan ibu-ibu itu memang membuat hati nyerih. Bayangkan saja, sirih yang sangat identik bagi wanita Karo pun sudah tak sanggup lagi dibeli.

Maka, tanpa pikir banyak, Dahlan pun langsung menghitung jumlah ibu-ibu yang ada di posko pengusian tersebut. Setelah itu, dia memberikan uang sirih sekitar Rp15 juta yang merupakan dana bantuan dari perusahaan BUMN. “Tiap ibu dapat Rp50 ribu untuk membeli sirih,” kata Dahlan. Mendapat bantuan itu, ibu-ibu pengungsi langsung senang bukan kepalang. (bersambung/rbb)

DAHLAN ISKAN
DAHLAN ISKAN

Begitu meninggalkan zona terlarang Gunung Sinabung dan sempat mandi debu vulkanik di Desa Jeraya, Dahlan Iskan tampaknya ingin segera sampai ke Jambur Taras. Sepertinya ada yang dia tunggu atau nantikan. Dan hal itu baru terjawab begitu mobil memasuki posko pengungsian yang berpenghuni 1.099 jiwa tersebut.

Rupanya Dahlan sengaja kembali ke Jambur Taras agar tidak ketinggalan momen. Ya, Menteri BUMN itu ternyata begitu inginn
melihat anak-anak berangkat sekolah.

Begitu keluar mobil wajah Dahlan langsung cerah. Suasana di posko pengugsian itu mulai sedikit hangat seiring matahari yang mulai muncul, persis senyum bekas Direktur Utama PT PLN itu begitu bisa berhadapan langsung dengan calon-calon pemimpin bangsa yang telah siap berseragam. Dan ditunggu, Dahlan pun langsung menyalami anak-anak yang akan berangkat sekolah itu satu per satu. Seperti sikap anak pada orangtuanya, anak-anak itu pun tak segan untuk berpamitan pada Dahlan. Ada kecerian saat momen itu terjadi. Dahlan terlihat bangga, anak-anak itu juga. Dan, orangtua anak-anak itu, jangan ditanya ekspresi bangga yang keluar dari wajah mereka.

Setelah anak-anak itu berangkat, Dahlan langsung masuk ke dapur pengungsi untuk mengecek sarapan pengungsi. Seiring itu, Dahlan juga sempat bermain dan menggendong anak pengungsi dalam pangkuannya. Setelah puas, giliran Dahlan yang pamit. Dia memang sudah berencana untuk mengunjungi posko pengungsian lainnya.

Dan, perjalanan menuju posko berikutnya menjadi keuntungan tersendiri bagi Sumut Pos. Dahlan memperbolehkan Sumut Pos dalam satu mobil. Dahlan duduk paling depan di samping sopir, sedangkan Sumut Pos duduk di bangku tengah diapit dua staf Kementerian BUMN, Aziz dan Faisal. Tak pelak, kesempatan ini pun langsung Sumut Pos manfaatkan untuk bertanya ini-itu. Namun Dahlan menolak saat diwawancari terkait konvensi Demokrat maupun soal pencapresan dirinya di 2014. Ia hanya mau berkomentar soal Sinabung.

Dalam perjalanan yang dihiasi dengan debu jalanan dan debu vulkanik, Dahlan memuji kearifan lokal di Karo. Terutama soal keberadaan jambur atau ruang pertemuan atau ruang serba guna yang nyaris ada di setiap desa. Keberadaan jambur ini cukup membantu penanganan pengungsi. Dan, hal ini jauh lebih baik dibanding pengungsi bencana lain di Jawa yang hanya menggunakan tenda. “Jambur sangat besar, lantainya bagus dan biasanya kalau ada pesta di jambur orang duduk di bawah sehingga pengungsi saat ini merasa cukup nyaman di jambur tanpa tempat tidur,” jelasnya. Dan hal itu telah dia buktikan semalam sebelumnya saat tidur berdampingan dengan pengungsi di Jambur Taras.

Yang membuat Dahlan tambah bangga dengan jambur, tempat itu tak sekadar ruang berkumpul. “Jambur sudah ada dapur umumnya. Dapurnya permanen dan ukurannya besar-besar sekali. Wajan pun besar-besar. Tanpa ada bencana, mereka sudah punya wajan besar. Kemudian, alat untuk menggoreng juga berukuran besar. Toiletnya juga sudah banyak dan permanen. Semua itu sangat mendukung. Jadi penanganannya sudah bagus,” tambah Dahlan.

Perbincangan pun berpindah ke segala hal. Tanpa terasa, mobil telah memasuki bekas gedung Universitas Karo (UKA). Sebuah tempat yang dijadikan posko pengungsian lainnya oleh pemerintah setempat.

Di lokasi ini, Dahlan kembali membuat kejutan. Memasuki gedung yang kurang ventilasi karena tertutup tumpukan barang pengungsi ayah dua anak ini sama sekali tak terganggu. Termasuk soal aroma dalam gedung yang terasa pengap; campur aduk antara bau barang, manusia, hingga masakan. Dan dalam suasana tersebut, bersama TB Silalahi, Dahlan ikut menyatap sarapan bersama pengungsi.

Kedua tokoh ini sarapan bersama pengungsi sambil duduk di atas sehelai tikar dengan menu sayur dan terong tauco, sambal, tanpa ikan. Menariknya Dahlan dan Dewan Pertimbangan Presiden, TB Silalahi, sama sekali tidak terlihat enggan. Keeduan begitu lahap hingga tak ada sisa sebutir nasi di piring.

Selesai makan, Dahlan sempat heran melihat ibu-ibu di sekilingnya. Kenapa tidak ada yang makan sirih? Sepengetahuan Dahlan, ibu-ibu Karo dikenal sangat suka sirih dan juga penyirih yang andal. Tak tahan dengan rasa penasaran itu, Dahlan pun langsung bertanya. “Sudah lama kami tak makan sirih Pak. Rasanya lebih baik kami tak makan nasi daripada tak makan sirih,” jawab seorang ibu.

Sang ibu pun langsung bercerita soal sulitnya mendapatkan sirih dalam suasana bencana seperti ini. “Mau kami ambil di kampung tidak bisa, sudah hancur semuanya. Mau beli, tak ada lagi uang kami, Pak,” ungkap ibu tadi.

Wajah Dahlan sedikit berubah, sepertinya dia terenyuh. Pengkuan ibu-ibu itu memang membuat hati nyerih. Bayangkan saja, sirih yang sangat identik bagi wanita Karo pun sudah tak sanggup lagi dibeli.

Maka, tanpa pikir banyak, Dahlan pun langsung menghitung jumlah ibu-ibu yang ada di posko pengusian tersebut. Setelah itu, dia memberikan uang sirih sekitar Rp15 juta yang merupakan dana bantuan dari perusahaan BUMN. “Tiap ibu dapat Rp50 ribu untuk membeli sirih,” kata Dahlan. Mendapat bantuan itu, ibu-ibu pengungsi langsung senang bukan kepalang. (bersambung/rbb)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/