MEDAN, SUMUTPOS.CO – Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Medan menggelar seminar internasional Unimed Internasional Conference Of Economic Education and Social Science (UNICEES) 2018 di Garuda Plaza Hotel, Rabu (31/10).
UNICESS yang mengusung tema Competitiveness of Indonesia’s Education in Distruption Era dibuka Rektor Unimed Prof Dr Syawal Gultom MPd dan menghadirkan pembicara Dr Thuy Ta Phd (Vietnam), Kazi Sohag PhD (Bangladesh) dan David Tan M Ed (Singapura), staf ahli Kemendikbud Ir Ananto Kusuma Seta MSc PhD serta para wakil rektor.
Rektor Unimed Prof Syawal Gultom mengatakan ada tiga hal yang harus dilakukan di era Revolusi industri 4.0 yang juga merupakan substansi perguruan tinggi. “Pertama adalah konten. Konten yang dipelajari bukanlah gayup dengan revolusi 4.0. Karena merujuk dari berbagai sumber seluruh PT di dunia saat ini sudah digital. Mari kita lihat konten kurikulum,” jelasnya. Selanjutnya, komunikasi yang efektif dimana orang yang bekerja baik dan berkolaborasi. “ Ini sangat prinsip kalau tidak kita tertinggal,” tegas Syawal.
Sementara iti staf ahli Kemendikbud Bidang Inovasi dan Daya Saing Ir Ananto Kusuma Seta MSc PhD menambahkan, Revolusi Industri 4.0 memberikan dampak yang sangat luar biasa dan mengakibatkan tenaga pekerja tidak dibutuhkan sehingga terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK). “Ribuan tenaga kerja tol di Jakarta PHK, karena semua sudah pakai e-tol dan para karyawan bank telah khawatir bakal akan dirampingkan karena teknologi sekarang ini sudah era digital,” ungkap Ananto Kusuma Seta.
Sementara itu Dekan Fakultas Ekonomi Unimed Prof Indra Maipita MSi PhD didampingi Ketua Panitia UNICEES 2018 Dr Azizul Kholis SE MSi mengatakan UNICEES dilaksakan agar para peneliti dari sektor pendidikan siap menghadapi revolusi industri 4.0. “Kita berharap muncul ide-ide baru yang akan disiapkan di sektor pendidikan, bagaimana SDA dan cara belajar mengajar, “ jelasnya.
Dia menyebutkan seluruh dunia 45 persen pekerjaan berubah ke arah digital dan di Asean khususnya Indonesia sudah mencapai 19 persen. Singapura saat ini juga pesimis akan lapangan kerja ke depan karena sudah konektif dan diganti dengan tenaga robot. “Namun kita masih optimis bahwa pekerjaan itu masih ada meski ada robot,” katanya.
Disebutkannya, Indonesia memiliki kekuatan sebagai negara sastra budaya yang tidak dimiliki oleh negara lain. “Ini kekuatan Indonesia dan kedepan tidak bisa digantikan. Kita bisa buat ulos, kuliner dan UMKM yang tidak dimiliki negara lain,” ujarnya.
Makanya perguruan tinggi harus bisa menyikapi dan memasukan kurikulum budaya agar lulusan tetap menjaga kebudayaan tersebut. “Saya khawatir budaya itu hilang karena penggiatnya sudah tua dan wafat,” katanya.
Selain itu pendidikan Indonesia harus berubah. Tahun 2018, pendidikan belum memuaskan. Secara skill, Indonesia berada pada posisi 4 di Asean dan 62 dunia. Inovasi Indonesia posisi 5 Asean dan 68 dunia. “Sementara lulusan perguruan tinggi meningkat dan tenaga kerja kita saat ini didominasi lulusan ekonomi sebesar 23 persen dan keguruan 19 persen, “ katanya.
Oleh karena itu, lanjut Ananto, pendidikan perguruan tinggi harus memenuhi permintaan mahasiswa dan cara melayani harus berubah total. “ Karena sudah berubah dengan 20 tahun lalu. Permintaan dunia kerja berubah, maka pendidikan harus berubah apalagi kita hidup di Abad 21 yang saat ini merupakan generasi milinial,” ujarnya.
Sementara itu Dekan Fakultas Ekonomi Unimed Prof Indra Maipita MSi PhD didampingi Ketua Panitia UNICEES 2018 Dr Azizul Kholis SE MSi mengatakan UNICEES dilaksakan agar para peneliti dari sektor pendidikan siap menghadapi revolusi industri 4.0. “Kita berharap muncul ide-ide baru yang akan disiapkan di sektor pendidikan, bagaimana SDA dan cara belajar mengajar, “ jelasnya.
Selain itu, kata Indra, bagaimana hubungan dunia pendidikan dan industri saling membutuhkan. “ Hasil seminar internasional ini ada wacana-wacana khusus dari dosen dan mahasiswa. Mahasiswa juga bisa melihat masa depan mereka nantinya, “ ujar Indra. (rel/ila)