25 C
Medan
Monday, July 1, 2024

Keripik Nenek Marelan jadi Oleh oleh ke Luar Negeri

MEDAN MARELAN, SUMUTPOS.CO- Makanan ringan sekarang ini banyak diminati masyarakat. Seiring waktu berjalannya waktu, banyak olahan makanan tradisional kurang diminati oleh masyarakat khususnya anak-anak.

Namun tidak dengan usaha aneka keripik yang dimiliki oleh Usman, salah satu warga Marelan yang sudah hampir 25 tahun menggeluti usaha keripik rumahan.

Ketika Sumut Pos datang ke pabrik olahan keripik bernama Keripik Nenek di Jalan Marelan 5, Kelurahan Rengas Pulau, Kecamatan Medan Marelan, Senin (3/5/2024).

Ada beragam camilan kripik. Mulai dari keripik singkong, keripik ubi, keripik pisang, dan ada juga keripik talas. Khusus untuk talas dan ubi, diproduksi ketika ada pelanggan yang melakukan pemesanan.

Proses menggorengnya pun masih menggunakan cara tradisional atau masih menggunakan kayu bakar.

” Dikarenakan jika menggunakan gas ataupun minyak tanah, banyak mengeluarkan biaya, dan kualitas keripiknya kuras bagus, ucap Usman Pemilik Usaha Keripik.

“Kita memang memakai kayu bakar, kalau pakai elpiji atau minyak lampu harga mahal, udah gitu pun kualitasnya kurang bagus”, sambungnya.

Keripik olahan ini, lanjut Usman, sengaja memakai bahan baku seperti ubi roti, dan untuk pisang ia memakai pisang jenis pisang tanduk, khusus uni ataupun singkong diperolehnya dari Tanjung Morawa ataupun Patumbak, karena untuk wilayah Marelan jenis ubi yang berkualitas sudah sangat sulit ditemui.

“Untuk ubinya kita dapat dari Tanjung Morawa, atau patumbak, karena untuk wilayah Marelan saja udah sulit dicari”, ujarnya.

Keripik hasil olahannya tersebut biasa terjual di wilayah Kota Medan, dan jikalau ada wisatawan lokal misalnya dari Padang, Aceh, Jakarta, belanja keripiknya di sini.

Sedangkan sampai ke luar negeri, seperti Thailand, Malaysia dan Kamboja, para pelanggan nya dari kalangan pekerja yang hendak berangkat. Kripik Nenek pun dijadikan oleh oleh yang khusus dibawa dari Medan.

“Biasanya masih wilayah Medan aja, kalw keluar kota kayak Aceh, Padang Jakarta, biasanya belanja disini, untuk luar negeri Thailand, Malaysia atau Kamboja, biasanya jadi oleh-oleh kalau anak-anak di sini, balik atau kerja di sana” ujarnya.

Untuk satu hari, Usman bisa menghabiskan 400 kg pisang maupun singkong, dan jika hari libur, bisa menghabiskan 600 kg.

Untuk harga, lanjut Usman, keripik original yang dibeli pelanggan langsung ke pabriik seharga Rp.24 ribu per kg, untuk yang pedas Rp 30 ribu per kg, dan keripik pisang diberi harga 40 ribu per kg.

Sedangkan yang menjadi hambatan saat ini, masih kata Usman, dalam penyediaan bahan bakar kayu dan harga minyak goreng yang terus melonjak naik.

Untuk mensiasati kenaikan itu, Usman pun melakukan upaya upaya agar harga kripik nya tidak ikutan naik, meski harga minyak goreng sedang naik.

“Hambatan saat kayu bakar ajalah, dan untuk harga minyak goreng, sekarang masih bisa distabilkan agar pelanggan gak kecewa, mungkin nanti harga naiknya udah menyeluruh, ya mungkin ada kenaikan harga kita buat”, ujarnya.(mag-1)

MEDAN MARELAN, SUMUTPOS.CO- Makanan ringan sekarang ini banyak diminati masyarakat. Seiring waktu berjalannya waktu, banyak olahan makanan tradisional kurang diminati oleh masyarakat khususnya anak-anak.

Namun tidak dengan usaha aneka keripik yang dimiliki oleh Usman, salah satu warga Marelan yang sudah hampir 25 tahun menggeluti usaha keripik rumahan.

Ketika Sumut Pos datang ke pabrik olahan keripik bernama Keripik Nenek di Jalan Marelan 5, Kelurahan Rengas Pulau, Kecamatan Medan Marelan, Senin (3/5/2024).

Ada beragam camilan kripik. Mulai dari keripik singkong, keripik ubi, keripik pisang, dan ada juga keripik talas. Khusus untuk talas dan ubi, diproduksi ketika ada pelanggan yang melakukan pemesanan.

Proses menggorengnya pun masih menggunakan cara tradisional atau masih menggunakan kayu bakar.

” Dikarenakan jika menggunakan gas ataupun minyak tanah, banyak mengeluarkan biaya, dan kualitas keripiknya kuras bagus, ucap Usman Pemilik Usaha Keripik.

“Kita memang memakai kayu bakar, kalau pakai elpiji atau minyak lampu harga mahal, udah gitu pun kualitasnya kurang bagus”, sambungnya.

Keripik olahan ini, lanjut Usman, sengaja memakai bahan baku seperti ubi roti, dan untuk pisang ia memakai pisang jenis pisang tanduk, khusus uni ataupun singkong diperolehnya dari Tanjung Morawa ataupun Patumbak, karena untuk wilayah Marelan jenis ubi yang berkualitas sudah sangat sulit ditemui.

“Untuk ubinya kita dapat dari Tanjung Morawa, atau patumbak, karena untuk wilayah Marelan saja udah sulit dicari”, ujarnya.

Keripik hasil olahannya tersebut biasa terjual di wilayah Kota Medan, dan jikalau ada wisatawan lokal misalnya dari Padang, Aceh, Jakarta, belanja keripiknya di sini.

Sedangkan sampai ke luar negeri, seperti Thailand, Malaysia dan Kamboja, para pelanggan nya dari kalangan pekerja yang hendak berangkat. Kripik Nenek pun dijadikan oleh oleh yang khusus dibawa dari Medan.

“Biasanya masih wilayah Medan aja, kalw keluar kota kayak Aceh, Padang Jakarta, biasanya belanja disini, untuk luar negeri Thailand, Malaysia atau Kamboja, biasanya jadi oleh-oleh kalau anak-anak di sini, balik atau kerja di sana” ujarnya.

Untuk satu hari, Usman bisa menghabiskan 400 kg pisang maupun singkong, dan jika hari libur, bisa menghabiskan 600 kg.

Untuk harga, lanjut Usman, keripik original yang dibeli pelanggan langsung ke pabriik seharga Rp.24 ribu per kg, untuk yang pedas Rp 30 ribu per kg, dan keripik pisang diberi harga 40 ribu per kg.

Sedangkan yang menjadi hambatan saat ini, masih kata Usman, dalam penyediaan bahan bakar kayu dan harga minyak goreng yang terus melonjak naik.

Untuk mensiasati kenaikan itu, Usman pun melakukan upaya upaya agar harga kripik nya tidak ikutan naik, meski harga minyak goreng sedang naik.

“Hambatan saat kayu bakar ajalah, dan untuk harga minyak goreng, sekarang masih bisa distabilkan agar pelanggan gak kecewa, mungkin nanti harga naiknya udah menyeluruh, ya mungkin ada kenaikan harga kita buat”, ujarnya.(mag-1)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/