30 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Harga Telur Ayam Mulai Naik

Pekerja memilah telur ayam di kandang ternak ayam telur di Jenggolo, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Kamis (01/12). Peternakan ayam tersebut memproduksi telur ayam mencapai 35-40 Kg telur per hari dari 750 ekor ayam. Foto: Falahi Mubarok/ Radar Malang

MEDAN, SUMUTPOS.CO -Hingga sebulan terakhir, harga telur ayam di Kota Medan dan sekitarnya merangkak naik. Namun, peningkatan harga telur ayam yang terjadi saat ini belum terlalu berdampak signifikan.

Salah seorang pedagang telur di Pasar Simpang Limun Medan, Asma mengakui, memang sedang terjadi gejolak harga telur ayam. Disebutkannya, per butir sekarang dijual Rp1.200 hingga Rp1.350. Padahal, sebelumnya di harga Rp1.000 hingga Rp1.200/butir.

“Sudah sebulan terakhir harganya naik dan bertahan. Kemungkinan, penyebabnya karena pasokan tidak banyak,” tuturnya, kemarin.

Kata dia, kenaikan harga telur ayam ini tidak diikuti jenis telur lainnya. Seperti, telur bebek, ayam kampung dan telur puyuh.

“Kalau telur lainnya tidak naik atau masih normal. Untuk telur bebek dijual Rp1.700/butir, telur ayam kampung Rp2.500/butir dan telur puyuh Rp6.000/20 butir,” sebutnya.

Hal senada diutarakan Ketua Tim Pemantau Harga Pangan Sumut, Gunawan Benjamin. Menurutnya, kenaikan harga telur ayam ini terjadi dalam tiga pekan.

“Sebelumnya sempat diperdagangkan dikisaran harga Rp18.700/kg hingga Rp19.000/kg. Tapi, saat ini diperdagangkan di harga Rp22.500/kg,” ujarnya.

Diutarakan Gunawan, harga telur ayam yang naik tersebut adalah telur ayam campur dengan kualitas sedang. Sementara, untuk harga telur kualitas premium harganya mencapai Rp23.500/kg.

“Kenaikan harga telur ayam ini dipicu oleh banyaknya pengusaha telur ayam yang menjual telurnya ke luar wilayah Medan atau bahkan Sumut. Pedagang menilai harga jual telur ayam ke Sibolga, Riau atau Batam lebih menguntungkan dibandingkan kalau dijual ke daerah Medan,” katanya.

Dia mencontohkan, bandingan saja jika harga telur ayam di Medan dijual dalam rentang Rp1.200 hingga Rp1.400 per butir untuk kualitas super. Namun, di Batam harga itu bisa mencapai Rp2.000 per butirnya.

“Dengan selisih harga yang cukup besar tentunya membuat produsen bisa menikmati keuntungan yang signifikan. Disisi lain, biaya transportasi dapat dibebankan sebesar Rp100 per butirnya. Artinya tetap untung para peternak kita,” cetus Gunawan.

Ia menyebutkan, sejauh ini penyebab kenaikan harga telur masih seperti yang diutarakan pedagang yaitu mengenai pasokan. Sedangkan, alasan lain seperti pakan ternak ataupun masalah yang mengganggu pasokan belum terlihat.

“Sebaiknya Sumut belajar dari kejadian ini, karena memang pola kenaikan harga telur ayam ini juga dipengaruhi oleh sisi eksternal. Jadi, sinergi antar kepentingan wilayah harus ada,” ucapnya.

Lebih lanjut dikatakannya, ada masa dimana terjadi gangguan produksi telur yang bisa membuat produksinya menurun. Sejauh ini sentra produksi telur di Sumut banyak berada di wilayah Deli serdang maupun Serdang Bedagai.

“Kita mengharapkan ada musim panen dalam waktu dekat, sehingga harga telur bisa kembali normal,” tutur Gunawan.

Dia menambahkan, walau demikian belum bisa dipastikan kapan harga telur tersebut akan turun. Hal ini lantaran ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran antar wilayah, yang membuat distribusi bahan pangan harus melewati batas antar provinsi. (ris/ram)

 

Pekerja memilah telur ayam di kandang ternak ayam telur di Jenggolo, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Kamis (01/12). Peternakan ayam tersebut memproduksi telur ayam mencapai 35-40 Kg telur per hari dari 750 ekor ayam. Foto: Falahi Mubarok/ Radar Malang

MEDAN, SUMUTPOS.CO -Hingga sebulan terakhir, harga telur ayam di Kota Medan dan sekitarnya merangkak naik. Namun, peningkatan harga telur ayam yang terjadi saat ini belum terlalu berdampak signifikan.

Salah seorang pedagang telur di Pasar Simpang Limun Medan, Asma mengakui, memang sedang terjadi gejolak harga telur ayam. Disebutkannya, per butir sekarang dijual Rp1.200 hingga Rp1.350. Padahal, sebelumnya di harga Rp1.000 hingga Rp1.200/butir.

“Sudah sebulan terakhir harganya naik dan bertahan. Kemungkinan, penyebabnya karena pasokan tidak banyak,” tuturnya, kemarin.

Kata dia, kenaikan harga telur ayam ini tidak diikuti jenis telur lainnya. Seperti, telur bebek, ayam kampung dan telur puyuh.

“Kalau telur lainnya tidak naik atau masih normal. Untuk telur bebek dijual Rp1.700/butir, telur ayam kampung Rp2.500/butir dan telur puyuh Rp6.000/20 butir,” sebutnya.

Hal senada diutarakan Ketua Tim Pemantau Harga Pangan Sumut, Gunawan Benjamin. Menurutnya, kenaikan harga telur ayam ini terjadi dalam tiga pekan.

“Sebelumnya sempat diperdagangkan dikisaran harga Rp18.700/kg hingga Rp19.000/kg. Tapi, saat ini diperdagangkan di harga Rp22.500/kg,” ujarnya.

Diutarakan Gunawan, harga telur ayam yang naik tersebut adalah telur ayam campur dengan kualitas sedang. Sementara, untuk harga telur kualitas premium harganya mencapai Rp23.500/kg.

“Kenaikan harga telur ayam ini dipicu oleh banyaknya pengusaha telur ayam yang menjual telurnya ke luar wilayah Medan atau bahkan Sumut. Pedagang menilai harga jual telur ayam ke Sibolga, Riau atau Batam lebih menguntungkan dibandingkan kalau dijual ke daerah Medan,” katanya.

Dia mencontohkan, bandingan saja jika harga telur ayam di Medan dijual dalam rentang Rp1.200 hingga Rp1.400 per butir untuk kualitas super. Namun, di Batam harga itu bisa mencapai Rp2.000 per butirnya.

“Dengan selisih harga yang cukup besar tentunya membuat produsen bisa menikmati keuntungan yang signifikan. Disisi lain, biaya transportasi dapat dibebankan sebesar Rp100 per butirnya. Artinya tetap untung para peternak kita,” cetus Gunawan.

Ia menyebutkan, sejauh ini penyebab kenaikan harga telur masih seperti yang diutarakan pedagang yaitu mengenai pasokan. Sedangkan, alasan lain seperti pakan ternak ataupun masalah yang mengganggu pasokan belum terlihat.

“Sebaiknya Sumut belajar dari kejadian ini, karena memang pola kenaikan harga telur ayam ini juga dipengaruhi oleh sisi eksternal. Jadi, sinergi antar kepentingan wilayah harus ada,” ucapnya.

Lebih lanjut dikatakannya, ada masa dimana terjadi gangguan produksi telur yang bisa membuat produksinya menurun. Sejauh ini sentra produksi telur di Sumut banyak berada di wilayah Deli serdang maupun Serdang Bedagai.

“Kita mengharapkan ada musim panen dalam waktu dekat, sehingga harga telur bisa kembali normal,” tutur Gunawan.

Dia menambahkan, walau demikian belum bisa dipastikan kapan harga telur tersebut akan turun. Hal ini lantaran ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran antar wilayah, yang membuat distribusi bahan pangan harus melewati batas antar provinsi. (ris/ram)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/