25.6 C
Medan
Thursday, May 16, 2024

Inflasi September 2018 di Sumut Stabil

Ilustrasi

MEDAN,SUMUTPOS.CO -Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Sumatera Utara (Sumut) Indeks Harga Komoditas (IHK) Sumut di bulan September 2018, dengan tercatat 0,07% (mtm) dan 1,63% (yoy). Dengan itu, kondisi IHK Sumut di bulan ini, disebut BI Sumut dalam keadaan stabil. Hal itu diungkapkan oleh Direktur BI Kantor Perwakilan Sumut, Hilman Tisnawan.

Hilman menjelaskan, realisasi ini jauh dibawah rata-rata historis 3 tahun terakhir pada bulan September (0,50%, mtm). Dengan demikian, inflasi tahun kalender (ytd) mencapai 0,28%, lebih rendah dibandingkan inflasi berjalan tahun sebelumnya (1,82%).

“Secara spasial, tekanan inflasi terjadi di tiga kota IHK di Sumatera Utara. Kota Sibolga menjadi kota dengan inflasi tertinggi di Sumatera Utara yaitu, 0,39% (mtm). Kota Medan dan Kota Padangsidimpuan mengalami inflasi masing – masing 0,09% (mtm) dan 0,04% (mtm). Sementara itu, Inflasi Kota Pematangsiantar mengalami deflasi 0,24% (mtm),” papar Hilman kepada wartawan di Medan, Selasa (2/10) siang.

Hilman menjelaskan, cabai merah kembali mendorong tekanan inflasi pada bulan berjalan di bulan September 2018 ini. Dengan andil inflasi 0,32%.”Kenaikan disinyalir disebabkan oleh pasokan yang lebih sedikit akibat intensitas hujan yang tinggi pada sampai dengan pertengahan September 2018,” tutur Hilman.

Berdasarkan pemantauan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), Hilman menyebutkan puncak harga cabai merah di Sumatera Utara terjadi pada minggu ke III September 2018, yaitu mendekati Rp 40.000 dan kemudian perlahan menurun di level Rp 30.700 pada minggu ke IV. “Penurunan ini disebabkan oleh masuknya periode panen cabai merah di Jawa, sehingga konsumsi dipenuhi pasokan dari Jawa,” ungkap Hilman.

Menurut Hilman, kenaikan beberapa komoditas pada kelompok makanan jadi, minuman, dan rokok juga meningkatkan tekanan inflasi pada bulan berjalan.”Kenaikan harga mie, nasi dengan lauk, dan kue basah mendorong laju inflasi kelompok tersebut menjadi 0,73% (mtm). Kenaikan tersebut diperkirakan didorong oleh penyesuaian harga bahan baku makanan jadi,” bilang Hilman.

Dengan demikian, Keseluruhan tekanan inflasi September terbilang rendah dibandingkan historisnya pada bulan sebelum di bulan Agustus 2018. Dimana, September didorong penurunan harga komoditas bahan pangan. “Sejalan dengan fenomena nasional, komoditas yang mengalami deflasi adalah daging ayam dan bawang merah dengan andil masing – masing -0,19% dan -0,07%. Melimpahnya persediaan di pasaran mendorong penurunan harga kedua komoditas tersebut,” jelas Hilman.

Hilman menambahkan, tekanan inflasi akhir tahun diperkirakan berada di batas bawah sasaran inflasi nasional. Tekanan inflasi yang cukup rendah hingga September diperkirakan akan mendorong inflasi yang rendah di akhir tahun 2018. “Meski demikian, masih terdapat potensi risiko tekanan inflasi pada tiga bulan terakhir yang umumnya didorong oleh kenaikan permintaan jelang HBKN dan libur sekolah,” kata Hilman.

Merespon hal tersebut, BI Sumut dan Pemerintah Daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sumatera Utara tengah fokus untuk melakukan dan mengelola pasokan dan distribusi, khususnya bahan kebutuhan pokok. (gus/ila)

Ilustrasi

MEDAN,SUMUTPOS.CO -Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Sumatera Utara (Sumut) Indeks Harga Komoditas (IHK) Sumut di bulan September 2018, dengan tercatat 0,07% (mtm) dan 1,63% (yoy). Dengan itu, kondisi IHK Sumut di bulan ini, disebut BI Sumut dalam keadaan stabil. Hal itu diungkapkan oleh Direktur BI Kantor Perwakilan Sumut, Hilman Tisnawan.

Hilman menjelaskan, realisasi ini jauh dibawah rata-rata historis 3 tahun terakhir pada bulan September (0,50%, mtm). Dengan demikian, inflasi tahun kalender (ytd) mencapai 0,28%, lebih rendah dibandingkan inflasi berjalan tahun sebelumnya (1,82%).

“Secara spasial, tekanan inflasi terjadi di tiga kota IHK di Sumatera Utara. Kota Sibolga menjadi kota dengan inflasi tertinggi di Sumatera Utara yaitu, 0,39% (mtm). Kota Medan dan Kota Padangsidimpuan mengalami inflasi masing – masing 0,09% (mtm) dan 0,04% (mtm). Sementara itu, Inflasi Kota Pematangsiantar mengalami deflasi 0,24% (mtm),” papar Hilman kepada wartawan di Medan, Selasa (2/10) siang.

Hilman menjelaskan, cabai merah kembali mendorong tekanan inflasi pada bulan berjalan di bulan September 2018 ini. Dengan andil inflasi 0,32%.”Kenaikan disinyalir disebabkan oleh pasokan yang lebih sedikit akibat intensitas hujan yang tinggi pada sampai dengan pertengahan September 2018,” tutur Hilman.

Berdasarkan pemantauan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), Hilman menyebutkan puncak harga cabai merah di Sumatera Utara terjadi pada minggu ke III September 2018, yaitu mendekati Rp 40.000 dan kemudian perlahan menurun di level Rp 30.700 pada minggu ke IV. “Penurunan ini disebabkan oleh masuknya periode panen cabai merah di Jawa, sehingga konsumsi dipenuhi pasokan dari Jawa,” ungkap Hilman.

Menurut Hilman, kenaikan beberapa komoditas pada kelompok makanan jadi, minuman, dan rokok juga meningkatkan tekanan inflasi pada bulan berjalan.”Kenaikan harga mie, nasi dengan lauk, dan kue basah mendorong laju inflasi kelompok tersebut menjadi 0,73% (mtm). Kenaikan tersebut diperkirakan didorong oleh penyesuaian harga bahan baku makanan jadi,” bilang Hilman.

Dengan demikian, Keseluruhan tekanan inflasi September terbilang rendah dibandingkan historisnya pada bulan sebelum di bulan Agustus 2018. Dimana, September didorong penurunan harga komoditas bahan pangan. “Sejalan dengan fenomena nasional, komoditas yang mengalami deflasi adalah daging ayam dan bawang merah dengan andil masing – masing -0,19% dan -0,07%. Melimpahnya persediaan di pasaran mendorong penurunan harga kedua komoditas tersebut,” jelas Hilman.

Hilman menambahkan, tekanan inflasi akhir tahun diperkirakan berada di batas bawah sasaran inflasi nasional. Tekanan inflasi yang cukup rendah hingga September diperkirakan akan mendorong inflasi yang rendah di akhir tahun 2018. “Meski demikian, masih terdapat potensi risiko tekanan inflasi pada tiga bulan terakhir yang umumnya didorong oleh kenaikan permintaan jelang HBKN dan libur sekolah,” kata Hilman.

Merespon hal tersebut, BI Sumut dan Pemerintah Daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sumatera Utara tengah fokus untuk melakukan dan mengelola pasokan dan distribusi, khususnya bahan kebutuhan pokok. (gus/ila)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/