25 C
Medan
Tuesday, May 21, 2024

Ekspor Karet Turun, Harga Naik

MEDAN – Selama November 2012 lalu, ekspor karet dan barang jadi dari karet dari Sumut mengalami kondisi penurunan. Meski demikian, harga karet sudah meluai beranjak menjelang pergantian tahun baru.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, nilai ekspor produk karet dan barang dari karet turun 33,31 persen atau menjadi USD2,186 miliar,  dari periode tahun sebelumnya USD3,279 miliar. Penurunan ekspor produk karet ini merupakan tertinggi, dari seluruh produk pertanian asal Sumut.
Kepala BPS Sumut Suharno mengatakan jika dilihat dari nilai ekspor produk pertanian lainnya seperti lemak dan minyak hewan/nabati serta kopi, teh, rempah-rempah, nilai ekspor karet dan barang dari karet mengalami penurunan tertinggi hingga November 2012.

“Lemak dan minyak hewan atau nabati turun 6,58 persen dan kopi, teh, rempah-rempah turun 2,07 persen sedangkan produk karet dan barang dari karet turun cukup tinggi hingga 33,31 persen,” katanya.

Sementara itu, Sekretaris Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, Edy Irwansyah mengatakan penurunan ekspor tersebut tidak berpengaruh bagi pengusaha, mengingat tujuan dari penurunan ekspor tersebut adalah mendongkrak harga.

“Pengurangan (volume ekspor) yang dilakukan tiga negara produsen karet dan barang karet dianggap berhasil. Sebab, harga sudah mulai naik walaupun belum sampai pada tingkat yang diharapkan eksportir,” ujarnya.

Dijelaskannya, sejak diberlakukan beberapa bulan yang lalu, trend harga terus naik hingga Oktober dengan harga terendah USD2,80 per kg dan tertinggi USD3,12 per kg. Namun pada November, harga sempat mengalami penurunan sedikit menjadi USD2,75 per kg untuk harga terendah dan USD285,5 untuk harga tertinggi. Kemudian pada Desember, harga kembali naik lebih tinggi dari Oktober menjadi USD2,82 per kg untuk harga terendah dan tertinggi dengan harga USD3,03 per kg. “Harga terus naik, kalaupun turun sedikit. Kami nilai itu (pergerakan harga) merupakan pencapaian yang baik,” ujarnya. Untuk program pengurangan volume ekspor tersebut, akan dilakukan hingga awal Maret mendatang. Ketiga negara produsen menargetkan pengurangan hingga 300 ribu ton. (ram)

MEDAN – Selama November 2012 lalu, ekspor karet dan barang jadi dari karet dari Sumut mengalami kondisi penurunan. Meski demikian, harga karet sudah meluai beranjak menjelang pergantian tahun baru.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, nilai ekspor produk karet dan barang dari karet turun 33,31 persen atau menjadi USD2,186 miliar,  dari periode tahun sebelumnya USD3,279 miliar. Penurunan ekspor produk karet ini merupakan tertinggi, dari seluruh produk pertanian asal Sumut.
Kepala BPS Sumut Suharno mengatakan jika dilihat dari nilai ekspor produk pertanian lainnya seperti lemak dan minyak hewan/nabati serta kopi, teh, rempah-rempah, nilai ekspor karet dan barang dari karet mengalami penurunan tertinggi hingga November 2012.

“Lemak dan minyak hewan atau nabati turun 6,58 persen dan kopi, teh, rempah-rempah turun 2,07 persen sedangkan produk karet dan barang dari karet turun cukup tinggi hingga 33,31 persen,” katanya.

Sementara itu, Sekretaris Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, Edy Irwansyah mengatakan penurunan ekspor tersebut tidak berpengaruh bagi pengusaha, mengingat tujuan dari penurunan ekspor tersebut adalah mendongkrak harga.

“Pengurangan (volume ekspor) yang dilakukan tiga negara produsen karet dan barang karet dianggap berhasil. Sebab, harga sudah mulai naik walaupun belum sampai pada tingkat yang diharapkan eksportir,” ujarnya.

Dijelaskannya, sejak diberlakukan beberapa bulan yang lalu, trend harga terus naik hingga Oktober dengan harga terendah USD2,80 per kg dan tertinggi USD3,12 per kg. Namun pada November, harga sempat mengalami penurunan sedikit menjadi USD2,75 per kg untuk harga terendah dan USD285,5 untuk harga tertinggi. Kemudian pada Desember, harga kembali naik lebih tinggi dari Oktober menjadi USD2,82 per kg untuk harga terendah dan tertinggi dengan harga USD3,03 per kg. “Harga terus naik, kalaupun turun sedikit. Kami nilai itu (pergerakan harga) merupakan pencapaian yang baik,” ujarnya. Untuk program pengurangan volume ekspor tersebut, akan dilakukan hingga awal Maret mendatang. Ketiga negara produsen menargetkan pengurangan hingga 300 ribu ton. (ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/