JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Bank Indonesia (BI) bersama pemerintah berkeinginan agar transaksi di Gerbang Tol menggunakan multi lane free flow (MLFF) atau nir sentuh. Dengan metode ini, diharapkan kemacetan yang selama ini terjadi di Gerbang Tol tidak lagi terlihat.
Direktur Eksekutif Program Elektronifikasi Bank Indonesia, Pungky Purnomo Wibowo menjelaskan, dengan Multi Lane Free Flow, pembayaran di jalan tol tak lagi membutuhkan kartu untuk tap gerbang. Namun, penerapan itu akan dilakukan secara bertahapn
“Kenapa bertahap? Karena kita harus menyusun data base seluruh pelaku yang memiliki kendaraan, Kenapa begitu? Karena kan umpamanya kalau ini mobil, free flow, kalau tidak ada barrier, lewat begitu saja kan kita pembayarannya langsung link to direct account. Kita melihat account-nya cukup atau tidak,” kata Pungky di CNBC Indonesia, Jakarta, Rabu (3/7).
Pungky mengungkapkan, tahapan pertama yang akan dilakukan tahapan masih menggunakan barrier atau pengaman, namun tidak lagi menggunakan kartu untuk melakukan tap. “Tahap pertama single line free flow dalam arti ada barrier-nya dulu, masih. Nanti kita pelan-pekan kalau dari segi legal aspeknya, kenyamanan, keuntungan, baik dari segi kendaraan maupun penyelenggara jalan tol, pro kontra, nanti kita akan lakukan,” katanya.
Bank Indonesia, kata Pungky, akan menyiapkan sistem pembayarannya. Sementara untuk dari sisi teknologinya akan dikerjakan oleh pemerintah, yakni Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Kementerian Perhubungan, dan Kementerian PUPR. “Saya rasa di beberapa ruas sudah dicoba, Bali contohnya sudah dicoba dengan baik untuk satu line saja. lalu kalau ini sudah berjalan dengan baik, kita masuk ke multi lane free flow,” katanya.
Meski begitu, Pungky masih belum bisa memastikan kapan penerapan bayar tol tanpa kartu ini bisa dilakukan secara penuh. Dia hanya mengatakan BI dan pemerintah masih terus menyiapkan kajian dan menyelesaikan secepatnya. “Pada saat kita mulai dari tunai ke nontunai kita diberi waktu 4 bulan, negara lain 5 tahun, at least. Alhamdulillah semua berjalan baik dan yang paling penting kita berhubungan dengan konsumen, industri, setelah pemerintah siap, dijalankan,” katanya.
“Untuk ini berapa lama? Ini masuk tahapan lebih tinggi, kalau free flow, ini online settlement, harus lihat account langsung, ada server, koneksi, jaringan, harus kita siapkan dengan baik. Pokoknya kita usahakan secepatnya, tapi dengan kajian yang mendalam, dan legal aspeknya harus ada,” tuturnya.
Sekedar informasi, MLFF atau nirsentuh adalah sistem di mana pengguna tol tidak harus menghentikan kendaraannya untuk membayar akses tol. Namun, di dalam kendaraan telah terdapat mekanisme sehingga sistem bisa mengenali kendaraan yang melewati jalan tol sehingga beban tarif juga akan ditanggung pengguna tol.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan, penggunaan nir sentuh ini ditargetkan sudah bisa digunakan pada 2020 mendatang. Nantinya, teknologi NIR ini akan berlaku disemua ruas jalan tol. “Dengan penggunaan MLFF, manfaatnya sangat besar karena bisa menghilangkan waktu antrean menjadi nol detik. Manfaat lain adalah efisiensi biaya operasi dan meminimalkan bahan bakar kendaraan,” ujarnya.
Saat ini, Pemerintah dan Bank Indonesia serta Otoritas Jasa Keuangan menyepakati 12 belas program sinergi untuk mendorong inovasi dan memperluas Elektronifikasi Transaksi Pemerintah yang difokuskan dalam tiga area yakni Bantuan Sosial, Transaksi Pemerintah Daerah dan Transportasi.
Dari 12 kesepakatan tersebut, terdapat poin mengenai implementasi elektronifikasi pembayaran di sektor transportasi salah satunya transaksi jalan tol. Dalam pembayaran jalan tol, strategi implementasi teknologi nir sentuh pembayarannya melalui penerapan MLFF yang didukung oleh lembaga pengelola yang berperan sebagai Toll Service Provider (TSP) atau Electronic Toll Collection (ETC).
Kementerian PUPR bersama dengan badan usaha jalan tol (BUJT) tengah menyiapkan implementasi elektronifikasi transaksi tol menuju MLFF yang merupakan transaksi pembayaran tol yang dilakukan dalam kecepatan normal dengan menggunakan teknologi nirsentuh.
Saat ini, elektronifikasi transaksi telah dilakukan di 50 ruas tol sepanjang 1.780 Km yang pengusahaannya dilakukan oleh 33 Badan Usaha jalan Tol (BUJT) menggunakan uang elektronik chip based yang dikeluarkan oleh 4 bank penerbit. Saat ini transaksi non tunai tol sudah 100 persen atau meningkat tajam dibandingkan pada Januari tahun 2017 yang masih 20 persen. Nilai transaksi per tahunnya diperkirakan mencapai Rp12 triliun.
Terdapat empat tahapan untuk menuju Multi Lane Free Flow. Tahap 1 yakni pemberlakukan transaksi nontunai 100 persen dan Tahap 2 integrasi ruas tol telah dilakukan. Integrasi yang telah dilakukan yakni Tahun 2017 pada ruas tol Tangerang –Merak dan Jakarta-Tangerang, perubahan sistem transaksi di Ruas Tol Jagorawi dari tertutup menjadi terbuka.
Pada tahun 2018 ini, dilakukan integrasi transaksi tol JORR W1 dengan Tol Prof. Sedyatmo, perubahan sistem transaksi tol Semarang ABC dan Semarang-Solo, JORR Akses Tanjung Priok dan Pondok Aren-Ulujami, dan penerapan Klaster 2 sampai Gerbang Tol Kalikangkung, Klaster 3 Semarang-Surabaya dan Klaster 4 Porong-Grati.
Sedangkan tahap 3 dilakukan tahun 2019 yakni feasibility study MLFF dan uji coba teknologi nirsentuh melalui Single Lane Free Flow (SLFF) dan tahap akhir yakni berlakunya MLFF bisa dilaksanakan tahun 2020.
Saat ini sudah dilakukan uji coba Single Lane Free Flow (SLFF) dengan menggunakan barrier sebanyak 3 lane di Tol Prof. Sedyatmo
Dalam persiapan menuju MLFF, sejumlah tantangan seperti kliring perbankan dan settlement, pemilihan teknologi yang tepat, inter-operabilitas antara BUJT dengan sektor transportasi lainnya dan sistem penegakan hukum.
Penetapan kebijakan penggunaan transaksi nontunai di jalan tol menjadi bagian dari Program Bank Indonesia selaku otoritas sistem pembayaran, khususnya terkait Gerakan Nasional Non-Tunai (GNNT). (bbs/adz)