JAKARTA, SUMUTPOS.CO- Wacana kenaikan harga BBM subsidi terus mencuat. Di luar kalkulasi politis, faktor penting yang akan menentukan kapan rencana kenaikan harga BBM subsidi direalisasikan adalah inflasi.
Pelaksana Tugas (Plt) Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Andin Hadianto mengatakan, inflasi memang menjadi indikator vital dalam penentuan kebijakan harga BBM subsidi. ‘Timing-nya (pemilihan waktu, Red) harus saat inflasi rendah,’ ujarnya kemarin (4/4).
Belajar dari pengalaman sebelumnya, kenaikan harga BBM subsidi memang langsung mengakibatkan lonjakan inflasi. Misalnya, ketika Juni 2013 lalu pemerintah menaikkan harga Premium dan Rp 4.500 per liter menjadi Rp 6.500 per liter dan Solar dari Rp 4.500 per liter menjadi Rp 5.500 per liter, inflasi Bulan Juli langsung melonjak hingga 3,29 persen.
Sebelum itu, pada Oktober 2005, ketika pemerintah menaikkan harga Premium dari Rp 2.400 per liter menjadi Rp 4.500 per liter dan Solar dari Rp 2.400 per liter menjadi Rp 4.300 per liter, inflasi bulanan melonjak hingga 8,7 persen.
Menurut Andin, pemerintah tidak akan gegabah menaikkan harga BBM jika kondisi perekonomian sedang tidak stabil dan inflasi tinggi. Karena itu, salah satu faktor yang sangat dipertimbangkan untuk memutuskan kenaikan harga BBM adalah periode inflasi rendah. “Ini penting agar tidak mengganggu daya beli masyarakat,” katanya.
Ekonom Citibank Asia Pacific Helmi Arman mengatakan, akhir tahun 2013 lalu, Citibank membuat proyeksi bahwa kenaikan harga BBM subsidi di Indonesia akan dilakukan pada awal 2015 oleh pemerintahan yang baru hasil Pemilu 2014.
“Namun, dengan maraknya pembahasan rencana kenaikan harga BBM saat ini, maka hal itu (kenaikan harga BBM) bisa maju lebih cepat,” ucapnya. (owi/jpnn)