30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Harga LPG 12 Kg Wilayah Jawa Naik

LPG 12 kg segera naik harga di wilayah Jawa.
LPG 12 kg segera naik harga di wilayah Jawa.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – PT Pertamina rupanya sudah menerapkan penyesuaian harga produk LPG 12 kilogram (kg) melalui perubahan skema distribusi. Hal tersebut diakui berlaku di wilayah Pulau Jawa, areal yang belum terkena sistem distribusi SPTEK (Stasiun Pengisian Tabung Elpiji Khusus), sejak 1 Desember. Namun, ongkos distribusi yang dibebankan tak sebesar yang direncanakan yakni minimal Rp 1.000 per kilogram.

Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya mengatakan, pihaknya telah mengalihkan biaya distribusi gas LPG non subsidi ukuran 12 kg terhadap konsumen di Jawa sejak 1 Desember 2013. Perubahan skema tersebut diakui meningkatkan harga produk LPG 12 kg di kisaran Rp 300-600 per kg. “Kemarin beban distribusi dan biaya pengisian felling station dialihkan ke konsumen di Jawa. Kalau di luar Jawa sudah,” ujarnya di Jakarta, kemarin (4/12).

Dengan penerapan hal tersebut, maka harga LPG 12 kg di Pulau Jawa saat ini berkisar diantara Rp 73.800 ” 77.400. Hal tersebut diperolah dari kesepakatan harga satuan yang terakhir diputuskan senilai Rp 5.850 per kg. Dengan kata lain, harga akhir produk LPG di wilayah Jawa ada dikisaran Rp 6.150 ” 6.450 per kg. “Dengan begitu, kami bisa mendapatkan penghematan sebesar Rp 30 miliar,” ungkapnya.

Dia menegaskan, upaya tersebut bukanlah langkah yang drastis. Sebab, Pertamina masih tetap harus menyubsidi kelebihan ongkos produksi “jauh diatas harga beli di masyarakat. Saat ini, pihak perseroan masih harus menyubsidi sekitar Rp 5.100 per kilogram dalam kemasan LPG 12 kg. Itu berarti, pertamina harus nombok Rp 61.200 untuk satu kemasan LOG 12 kg yang dijual. “Pertamina tahun ini masih rugi Rp 6 triliun,” terangnya.

Dia berharap, masyarakat daerah “Jawa tidak memprotes kebijakan tersebut. Pasalnya, hal tersebut sudah dilakukan di berbagai daerah lainnya. Salah satu contoh ekstrim, adalah Pulau Papua. Harga LPG 12 kg disana bisa mencapai Rp 220.000 per tabung. Hal itu karena banyak dikarenakan infrastruktur diwilayah tersebut yang belum memadai.

“Pada 2015, kami berencana membangun terminal elpiji di Jayapura. Mudah-mudahan epatselesai dan bisa beroperasi pada awal 2016. Tujuannya supaya masyarakat di Papua bisa menikmati harga sesuai masyarakat di Jakarta,” jelasnya.

Sementara itu, PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) juga turut mendukung pertamina untuk terus menyediakan pasokan LPG bagi masyarakat. Hal tersebut dilakukan dengan memulai proyek pembangunan”Onshore Processing Facility”(OPF) Balongan.”Hal tersebut dilakukan seiring pengembangan awal Lapangan GG yang terletak di 30 kilometer (km) sebelah utara lepas pantai Cirebon.”Fasilitas tersebut nanti akan dihubungkandengan pipa penyalur bawah laut sepanjang 35 km,” ungkapnya.

Dia menerangkan, pembangunan OPF tersebut bakal mencakup lahan seluas 5 hektare. Nantinya, fasilitas yang direncanakan selesai pada kuartal empat 2014 itu menyerap gas yang dihasilkan tiga sumur di Lapangan GG. “Lapangan GG diharapkan menghasilkan sekitar 31 mmscfd (juta standar kaki kubik per hari). Rencana investasi kami sekitar USD 152 juta. Itu mencakup kegiatan pemboran dan pembangunan OPF yang digunakan untuk penyaluran gas. Keselurahan proyek diharapkan dapat mulai beroperasi pada kuartal satu 2015,” jelasnya. (bil/jpnn)

LPG 12 kg segera naik harga di wilayah Jawa.
LPG 12 kg segera naik harga di wilayah Jawa.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – PT Pertamina rupanya sudah menerapkan penyesuaian harga produk LPG 12 kilogram (kg) melalui perubahan skema distribusi. Hal tersebut diakui berlaku di wilayah Pulau Jawa, areal yang belum terkena sistem distribusi SPTEK (Stasiun Pengisian Tabung Elpiji Khusus), sejak 1 Desember. Namun, ongkos distribusi yang dibebankan tak sebesar yang direncanakan yakni minimal Rp 1.000 per kilogram.

Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya mengatakan, pihaknya telah mengalihkan biaya distribusi gas LPG non subsidi ukuran 12 kg terhadap konsumen di Jawa sejak 1 Desember 2013. Perubahan skema tersebut diakui meningkatkan harga produk LPG 12 kg di kisaran Rp 300-600 per kg. “Kemarin beban distribusi dan biaya pengisian felling station dialihkan ke konsumen di Jawa. Kalau di luar Jawa sudah,” ujarnya di Jakarta, kemarin (4/12).

Dengan penerapan hal tersebut, maka harga LPG 12 kg di Pulau Jawa saat ini berkisar diantara Rp 73.800 ” 77.400. Hal tersebut diperolah dari kesepakatan harga satuan yang terakhir diputuskan senilai Rp 5.850 per kg. Dengan kata lain, harga akhir produk LPG di wilayah Jawa ada dikisaran Rp 6.150 ” 6.450 per kg. “Dengan begitu, kami bisa mendapatkan penghematan sebesar Rp 30 miliar,” ungkapnya.

Dia menegaskan, upaya tersebut bukanlah langkah yang drastis. Sebab, Pertamina masih tetap harus menyubsidi kelebihan ongkos produksi “jauh diatas harga beli di masyarakat. Saat ini, pihak perseroan masih harus menyubsidi sekitar Rp 5.100 per kilogram dalam kemasan LPG 12 kg. Itu berarti, pertamina harus nombok Rp 61.200 untuk satu kemasan LOG 12 kg yang dijual. “Pertamina tahun ini masih rugi Rp 6 triliun,” terangnya.

Dia berharap, masyarakat daerah “Jawa tidak memprotes kebijakan tersebut. Pasalnya, hal tersebut sudah dilakukan di berbagai daerah lainnya. Salah satu contoh ekstrim, adalah Pulau Papua. Harga LPG 12 kg disana bisa mencapai Rp 220.000 per tabung. Hal itu karena banyak dikarenakan infrastruktur diwilayah tersebut yang belum memadai.

“Pada 2015, kami berencana membangun terminal elpiji di Jayapura. Mudah-mudahan epatselesai dan bisa beroperasi pada awal 2016. Tujuannya supaya masyarakat di Papua bisa menikmati harga sesuai masyarakat di Jakarta,” jelasnya.

Sementara itu, PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) juga turut mendukung pertamina untuk terus menyediakan pasokan LPG bagi masyarakat. Hal tersebut dilakukan dengan memulai proyek pembangunan”Onshore Processing Facility”(OPF) Balongan.”Hal tersebut dilakukan seiring pengembangan awal Lapangan GG yang terletak di 30 kilometer (km) sebelah utara lepas pantai Cirebon.”Fasilitas tersebut nanti akan dihubungkandengan pipa penyalur bawah laut sepanjang 35 km,” ungkapnya.

Dia menerangkan, pembangunan OPF tersebut bakal mencakup lahan seluas 5 hektare. Nantinya, fasilitas yang direncanakan selesai pada kuartal empat 2014 itu menyerap gas yang dihasilkan tiga sumur di Lapangan GG. “Lapangan GG diharapkan menghasilkan sekitar 31 mmscfd (juta standar kaki kubik per hari). Rencana investasi kami sekitar USD 152 juta. Itu mencakup kegiatan pemboran dan pembangunan OPF yang digunakan untuk penyaluran gas. Keselurahan proyek diharapkan dapat mulai beroperasi pada kuartal satu 2015,” jelasnya. (bil/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/