KADIN: LEBIH CEPAT LEBIH BAIK
Rencana pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi bulan ini disambut positif pelaku usaha. Ketua Umum Kadin Indonesia Suryo Bambang Sulisto menyatakan, subsidi BBM menimbulkan distorsi bagi ekonomi karena lebih banyak dinikmati masyarakat mampu. “Jadi, lebih cepat (kenaikannya) lebih baik,” katanya.
Dia mengakui, kenaikan harga BBM bersubsidi akan menimbulkan gejolak di masyarakat, termasuk pelaku usaha. Namun, dalam jangka panjang, perekonomian akan membaik karena tumbuh lebih cepat seiring naiknya pembangunan infrastruktur hasil pengalihan subsidi. “Kalau BBM naik, masyarakat memang akan menderita sebentar. Tapi, akan jauh lebih menderita kalau ekonomi anjlok gara-gara infrastruktur tidak dibangun,” ucapnya.
Aksi Borong
Situasi menjelang kenaikan harga BBM bersubsidi, rupanya, kembali menyulut antrean di SPBU. Hal tersebut terlihat dalam realisasi penyaluran BBM bersubsidi jenis premium beberapa hari terakhir. Karena itu, Pertamina meminta masyarakat tidak melakukan panic buying.
Direktur Pemasaran dan Niaga PT Pertamina Hanung Budya menuturkan, konsumsi BBM bersubsidi dalam dua minggu terakhir tercatat 90 ribu kiloliter (kl). Angka tersebut 11 persen di atas rata-rata penyaluran normal 81 ribu kl. Bahkan, konsumsi itu sempat melonjak menjadi 96 ribu kl saat isu kenaikan harga BBM sedang panas. “Untuk BBM bersubsidi jenis solar, tidak ada lonjakan. Masih sekitar 46 ribu kl per hari. Hanya lonjakan pada hari dengan kegiatan padat seperti Senin,” ungkapnya di Jakarta kemarin.
Dia meminta masyarakat tidak melakukan spekulasi menjelang kenaikan harga BBM. Apalagi pihaknya telah menjamin pasokan BBM bersubsidi hingga akhir tahun. Karena itu, masyarakat tidak perlu takut soal ketersediaan premium dan solar hingga akhir tahun.
“Pasokan sampai hari ini aman. Stoknya cukup 16 hari untuk premium dan 19,8 hari untuk solar. Stok itu setiap hari ada tambahan di tangki-tangki kami. Baik yang dihasilkan di kilang maupun dari impor. Karena itu, kami mengimbau masyarakat untuk tidak berspekulasi, menimbun dan membeli berlebihan,” ungkap Hanung.
Hingga akhir Oktober 2014, realisasi penyaluran BBM bersubsidi oleh Pertamina mencapai 39,07 juta kl. Angka tersebut mencapai 86,1 persen dari alokasi kuota BBM bersubsidi untuk Pertamina. “Itu terdiri atas penyaluran 24,92 juta kl premium atau 85,1 persen dari kuota, sedangkan realisasi penyaluran solar mencapai 13,38 juta kl atau 88,2 persen kuota,” jelasnya.
Dengan kondisi saat ini, lanjut dia, overkuota BBM bersubsidi dipekirakan mencapai 1,9 juta kl pada akhir tahun. Namun, jebolnya kuota tersebut bisa ditekan jika pemerintah menaikkan harga pertengahan bulan ini. Sebab, kenaikan harga BBM biasanya membuat pola konsumsi BBM masyarakat berubah.
“Jika harga BBM naik pertengahan November, prognosa kami turun dari 1,9 juta kl menjadi 1,6 juta kl. Kebanyakan dari konsumsi premium yang biasanya beralih ke BBM nonsubsidi,” ungkapnya.