26.7 C
Medan
Friday, May 10, 2024

Rupiah Kembali Tertekan, Amerika Terapkan Tarif Impor untuk Tiongkok

SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
UANG: Petugas dari Bank Indonesia (BI) menunjukkan uang baru emisi 2016 beberapa waktu yang lalu.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Dinamika pasar uang internasinal menyusul pernyataan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang akan menaika tarif impor terhadap produk Tiongkok telah menyebabkan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (USD). Bank Indonesia (BI) meminta masyarakat untuk tidak berlebihan menyikapi melemahan rupiah yang terjadi saat ini.

Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menunjukkan nilai tukar rupiah terhadap USD beberapa waktu terakhir terus mengalami tekanan. Mata uang Garuda itu berdasarkan JISDOR, berada di kisaran Rp 14.260 hingga Rp 14.305 per USD.

Direktur Eksekutif Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah mengakui rupiah mengalami tekanan beberapa hari terakhir akibat dinamisnya ekonomi global. Masyarakat juga diminta untuk menyikapi fluktuasi nilai tukar rupiah dengan biasa.

Menurutnya, salah satu penyebab rupiah terus melemah adalah pernyataan Presiden AS Donald Trump yang mengancam menaikan tarif impor terhadap produk Tiongkok. Kenaikan juga dipicu ketika Gubenur Federal Reserve Jerome Powell yang tidak akan menurunkan tingkat suku bunga hingga akhir tahun.

“Statement presiden AS ini luar biasa dan memicu jatuhnya harga saham di China dan ini lebih ke risk off global jangka pendek,” kata Nanang di Gedung BI, Jakarta, Senin (6/5).

Nanang menambahkan, pelemahan mata uang tidak hanya terjadi di Indonesia, akan tetapi juga terjadi di negara Asia lainnya. Dia menyebut bahwa pelemahan terhadap rupiah ini tidak hanya berdampak pada rupiah, tetapi juga terhadap pasar saham atau Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG.

Di sisi lain, permintaan valuta asing (valas) di domestik dinilai cukup meningkat pada kwartal I 2019. Penyebabnya, karena naiknya permintaan impor dan pembayaran dividen.”Biasanya kuartal 2 dan kuartal 3 akan turun lagi, itu musiman yang harus dihadapi,” pungkasnya.

Diketahui, rupiah terus mengalami tekanan sejak 22 April 2019 kemarin. Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menunjukkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) beberapa waktu terakhir terus mengalami tekanan. Mata uang Garuda itu berdasarkan JISDOR, berada di kisaran Rp 14.260 hingga Rp 14.305 per USD. (jpc/ram)

SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
UANG: Petugas dari Bank Indonesia (BI) menunjukkan uang baru emisi 2016 beberapa waktu yang lalu.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Dinamika pasar uang internasinal menyusul pernyataan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang akan menaika tarif impor terhadap produk Tiongkok telah menyebabkan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (USD). Bank Indonesia (BI) meminta masyarakat untuk tidak berlebihan menyikapi melemahan rupiah yang terjadi saat ini.

Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menunjukkan nilai tukar rupiah terhadap USD beberapa waktu terakhir terus mengalami tekanan. Mata uang Garuda itu berdasarkan JISDOR, berada di kisaran Rp 14.260 hingga Rp 14.305 per USD.

Direktur Eksekutif Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah mengakui rupiah mengalami tekanan beberapa hari terakhir akibat dinamisnya ekonomi global. Masyarakat juga diminta untuk menyikapi fluktuasi nilai tukar rupiah dengan biasa.

Menurutnya, salah satu penyebab rupiah terus melemah adalah pernyataan Presiden AS Donald Trump yang mengancam menaikan tarif impor terhadap produk Tiongkok. Kenaikan juga dipicu ketika Gubenur Federal Reserve Jerome Powell yang tidak akan menurunkan tingkat suku bunga hingga akhir tahun.

“Statement presiden AS ini luar biasa dan memicu jatuhnya harga saham di China dan ini lebih ke risk off global jangka pendek,” kata Nanang di Gedung BI, Jakarta, Senin (6/5).

Nanang menambahkan, pelemahan mata uang tidak hanya terjadi di Indonesia, akan tetapi juga terjadi di negara Asia lainnya. Dia menyebut bahwa pelemahan terhadap rupiah ini tidak hanya berdampak pada rupiah, tetapi juga terhadap pasar saham atau Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG.

Di sisi lain, permintaan valuta asing (valas) di domestik dinilai cukup meningkat pada kwartal I 2019. Penyebabnya, karena naiknya permintaan impor dan pembayaran dividen.”Biasanya kuartal 2 dan kuartal 3 akan turun lagi, itu musiman yang harus dihadapi,” pungkasnya.

Diketahui, rupiah terus mengalami tekanan sejak 22 April 2019 kemarin. Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menunjukkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) beberapa waktu terakhir terus mengalami tekanan. Mata uang Garuda itu berdasarkan JISDOR, berada di kisaran Rp 14.260 hingga Rp 14.305 per USD. (jpc/ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/