25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Rupiah Terdepresiasi Tajam, Gubernur BI Anggap Wajar

Rupiah dan Dolar AS
Rupiah dan Dolar AS

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Meski terdepresiasi tajam, Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menilai pelemahan rupiah pada bulan ini, masih dalam batas wajar.

Dia menguraikan, setiap bulan Juni, permintaan akan dollar AS cenderung meningkat. Karena, ada pembayaran utang, pembagian dividen dan repatriasi aset.

“Secara umum, perekonomian Indonesia masih relevan dengan kondisi kita. Tapi di bulan Juni ini, secara musiman memang cukup banyak kewajiban yang harus dibayar,” paparnya di Gedung DPR RI, kemarin.

Selain itu, lanjut Agus, depresiasi terhadap nilai rupiah tersebut juga dipengaruhi kondisi inflasi Mei yang sebesar 0,5 persen. Sentimen negatif terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan pertama yang meleset dari target pemerintah, yakni hanya 4,7 persen juga menyumbang pelemahan terhadap rupiah.

Sementara dari faktor global, alotnya negoisasi IMF dan Yunani dan rencana the Fed untuk menaikkan suku bunga, ikut menjadi tekanan bagi rupiah.”
“Secara umum nilai tukar masih terjaga. Kalau kita lihat, mata uang Korea, Malaysia, semua lebih dalam dari kita tekanannya. Ini semua reaksi dari perkembangan risk on-risk off di luar negeri. Jadi saya melihat bahwa kita memang harus menghadapi ini dengan baik dan waspada,” urainya. (owi/ken/gen/dee)

Rupiah dan Dolar AS
Rupiah dan Dolar AS

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Meski terdepresiasi tajam, Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menilai pelemahan rupiah pada bulan ini, masih dalam batas wajar.

Dia menguraikan, setiap bulan Juni, permintaan akan dollar AS cenderung meningkat. Karena, ada pembayaran utang, pembagian dividen dan repatriasi aset.

“Secara umum, perekonomian Indonesia masih relevan dengan kondisi kita. Tapi di bulan Juni ini, secara musiman memang cukup banyak kewajiban yang harus dibayar,” paparnya di Gedung DPR RI, kemarin.

Selain itu, lanjut Agus, depresiasi terhadap nilai rupiah tersebut juga dipengaruhi kondisi inflasi Mei yang sebesar 0,5 persen. Sentimen negatif terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan pertama yang meleset dari target pemerintah, yakni hanya 4,7 persen juga menyumbang pelemahan terhadap rupiah.

Sementara dari faktor global, alotnya negoisasi IMF dan Yunani dan rencana the Fed untuk menaikkan suku bunga, ikut menjadi tekanan bagi rupiah.”
“Secara umum nilai tukar masih terjaga. Kalau kita lihat, mata uang Korea, Malaysia, semua lebih dalam dari kita tekanannya. Ini semua reaksi dari perkembangan risk on-risk off di luar negeri. Jadi saya melihat bahwa kita memang harus menghadapi ini dengan baik dan waspada,” urainya. (owi/ken/gen/dee)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/