30 C
Medan
Monday, July 1, 2024

Optimis Pertumbuhan di Atas 5 Persen, Ekonomi Sumut Secara Riil Tumbuh Negatif

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara (Sumut) pada Triwulan II-2019 secara year on year (yoy) secara riil menunjukkan pertumbuhan yang negatif. Seperti diketahui, secara yoy pertumbuhan ekonomi Sumut sebesar 5,25 persen sementara inflasi pada Juli 2019 di atas 6 persen.

Pengamat ekonomi Sumut Gunawan Benjamin mengungkapkan memang tidak dipungkiri pertumbuhan ekonomi Sumut secara yoy tumbuh sebesar 5,25persen, melebihi nasional merupakan capaian yang sangat baik. “Bahkan dengan dukungan infrastruktur yang mulai terkoneksi, kita optimis Sumut berpeluang merealisasikan angka pertumbuhan ekonomi di atas 6persen, setidaknya dalam 5 tahun mendatang,” sebut Gunawan.

Gunawan menjelaskan jika mengacu kepada realisasi laju inflasi yang secara year on year (yoy) pada Juli 2019 di atas 6persen (6,28persen), dan pada Juni adalah 5,87persen. Maka bisa disimpulkan, laju pertumbuhan ekonomi Sumut secara yoy Triwulan II-2019 sebesar 5,25persen, masih lebih rendah dari laju tekanan inflasinya yang juga secara yoy sebesar 5,87persen.

“Artinya apa, secara riil pertumbuhan ekonomi Sumut ini negatif. Karena inflasi lebih besar dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonominya. Angka pertumbuhan ekonomi Sumut nettnya itu adalah -0,62persen (minus/negatif),” sebut Gunawan.

Atau dengan kata lain, upaya untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi di atas nasional itu, tergerus dengan laju tekanan inflasi yang melebihi pertumbuhannya.

“Pada dasarnya kita tidak bisa menghitung pertumbuhan ekonomi tanpa melibatkan inflasi. Karena pertumbuhan ekonomi itu sejatinya adalah adanya penambahan jumlah pendapatan masyarakat ataupun peningkatan daya beli. Sementara inflasi ini justru menggerus daya beli masyarakat. Tergantung siapa yang paling besar di antara keduanya. Sayangnya saat ini Inflasinya justru lebih besar,” jelasnya.

Dengan realisasi pertumbuhan yang negatif seperti ini, lanjut dosen di UIN Sumut ini, maka Sumut memiliki beban besar di tahun 2020 nanti. Yakni penyesuaian perhitungan upah minimum regional (UMP).

“Jika seandainya kita disuruh menghitung berapa UMP saat ini, maka potensi kenaikan UMP kita adalah 11,12persen (pertumbuhan ekonomi plus inflasi), minimal kenaikan gaji buruh sebesar itu,” sebutnya.

Menurutnya, kondisi ini akan menekan daya saing tenaga kerja di Sumut. Selain itu, masih ada beberapa tantangan lainnya, yaitu ekspor Sumut yang bisa saja turun di tahun ini jika perang dagang berlanjut, rupiah yang berpeluang melemah, inflasi yang tinggi.

“Semuanya karena kombinasi faktor negatif eksternal maupun internal. Dan yang internal seperti inflasi harusnya kita yang bisa lebih mengendalikannya,” pungkasnya.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara (Sumut) pada Triwulan II-2019 secara year on year (yoy) secara riil menunjukkan pertumbuhan yang negatif. Seperti diketahui, secara yoy pertumbuhan ekonomi Sumut sebesar 5,25 persen sementara inflasi pada Juli 2019 di atas 6 persen.

Pengamat ekonomi Sumut Gunawan Benjamin mengungkapkan memang tidak dipungkiri pertumbuhan ekonomi Sumut secara yoy tumbuh sebesar 5,25persen, melebihi nasional merupakan capaian yang sangat baik. “Bahkan dengan dukungan infrastruktur yang mulai terkoneksi, kita optimis Sumut berpeluang merealisasikan angka pertumbuhan ekonomi di atas 6persen, setidaknya dalam 5 tahun mendatang,” sebut Gunawan.

Gunawan menjelaskan jika mengacu kepada realisasi laju inflasi yang secara year on year (yoy) pada Juli 2019 di atas 6persen (6,28persen), dan pada Juni adalah 5,87persen. Maka bisa disimpulkan, laju pertumbuhan ekonomi Sumut secara yoy Triwulan II-2019 sebesar 5,25persen, masih lebih rendah dari laju tekanan inflasinya yang juga secara yoy sebesar 5,87persen.

“Artinya apa, secara riil pertumbuhan ekonomi Sumut ini negatif. Karena inflasi lebih besar dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonominya. Angka pertumbuhan ekonomi Sumut nettnya itu adalah -0,62persen (minus/negatif),” sebut Gunawan.

Atau dengan kata lain, upaya untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi di atas nasional itu, tergerus dengan laju tekanan inflasi yang melebihi pertumbuhannya.

“Pada dasarnya kita tidak bisa menghitung pertumbuhan ekonomi tanpa melibatkan inflasi. Karena pertumbuhan ekonomi itu sejatinya adalah adanya penambahan jumlah pendapatan masyarakat ataupun peningkatan daya beli. Sementara inflasi ini justru menggerus daya beli masyarakat. Tergantung siapa yang paling besar di antara keduanya. Sayangnya saat ini Inflasinya justru lebih besar,” jelasnya.

Dengan realisasi pertumbuhan yang negatif seperti ini, lanjut dosen di UIN Sumut ini, maka Sumut memiliki beban besar di tahun 2020 nanti. Yakni penyesuaian perhitungan upah minimum regional (UMP).

“Jika seandainya kita disuruh menghitung berapa UMP saat ini, maka potensi kenaikan UMP kita adalah 11,12persen (pertumbuhan ekonomi plus inflasi), minimal kenaikan gaji buruh sebesar itu,” sebutnya.

Menurutnya, kondisi ini akan menekan daya saing tenaga kerja di Sumut. Selain itu, masih ada beberapa tantangan lainnya, yaitu ekspor Sumut yang bisa saja turun di tahun ini jika perang dagang berlanjut, rupiah yang berpeluang melemah, inflasi yang tinggi.

“Semuanya karena kombinasi faktor negatif eksternal maupun internal. Dan yang internal seperti inflasi harusnya kita yang bisa lebih mengendalikannya,” pungkasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/