23.3 C
Medan
Sunday, January 19, 2025

Debu Vulkanik Sinabung Ganggu Ekonomi Warga Karo

Foto: Riza/Metro Karo/Pm Masyarakat Berastagi gotong-royong menyewa mobil tangki air untuk membersihkan material debu vulkanik Gunung Sinabung yang menyelimuti kota itu, Rabu (8/10).
Foto: Riza/Metro Karo/Pm
Masyarakat Berastagi gotong-royong menyewa mobil tangki air untuk membersihkan material debu vulkanik Gunung Sinabung yang menyelimuti kota itu, Rabu (8/10).

Sementara itu, hujan debu vulkanik dari Gunung Api Sinabung telah menyebabkan sebahagian aktifitas penduduk Berastagi, khususnya di sektor perdagangan terkendala. Para pedagang di Pasar Buah memilih untuk tidak membuka kios karena ketebalan dan meratanya material gunung di sekeliling lokasi berjualan mereka.

Pemandangan ini dapat dilihat Rabu (8/10), dimana mayoritas pelaku usaha wisata di Pasar Buah dan Jagung Rebus khas Berastagi enggan membuka kiosnya karena kuatir barang dagangannya baik buah, sayur maupun aneka aksesoris serta pakaian rusak dan kotor akibat debu yang tak terhalang. Apalagi di depannya berada jalan dengan kenderaan hilir mudik yang menerbangkan debu tanpa dapat dicegah.

“Lebih baik kami tutup daripada menanggung kerugian tambahan, dengan tidak ada tamu saja kami sudah kewalahan, apalagi nanti kalau bahan dagangan ini kotor dan rusak , mau kemana lagi kami cari gantinya. Sementara yang ini saja tidak tau kapan terjual, “ ujar Br Karo, pedagang yang memperhatikan situasi terakhir di Pasar Buah.

Gencarnya aktifitas Sinabung yang banyak terpublikasi lewat media cetak dan elektronik mainstream maupun sosial media harus diakui menurunkan tingkat kunjungan wisata ke Berastagi. Meski belum terjadi di masa libur panjang, namun butuh waktu mengembalikan suasana jika kondisi Sinabung belum beralih normal kembali.

Selain bagi pedagang, debu yang memang menyerang arah timur dan timur laut Sinabung, diantaranya Kecamatan Merdeka dan Berastagi telah mengakibatkan penduduk yang menggantungkan hidup dari sektor pertanian menemui masalah. Karena dengan tebalnya debu telah membuat tanaman di lahan pertanian mereka tidak dapat dimanfaatkan.

Mencermati ini, para petani pun memilih berhati hati mengurus tanaman, apalagi bagi yang dalam waktu waktu terakhir akan dipanen. Selain dibutuhkan kejelian, petani harus mengeluarkan energi lebih mengolah hasil panennya sebelum dijual ke pasar jual beli sayur.

“Harus steril kita jual, bahkan kita dituntut untuk lebih besih lagi menyiram hasil panen karena debunya tak gampang hilang,” terang pria bermarga Surbakti dari Kecamatan Merdeka.

Selain mengganggu aktifitas ekonomi dan wisata, debu yang cukup tebal di Berastagi juga sudah membuat distribusi air bersih di beberapa tempat yang merupakan pelanggan PDAM Tirtanadi Cabang Berastagi tersendat, sebagaimana yang terlihat di sekitar Desa Jaranguda Kecamatan Merdeka. Begitupun, bagi pelajar , debu yang tebal telah mengakibatkan orang tua sebahagian mengambil keputusan untuk meliburkan sendiri anak anak mereka karena takut sang anak sakit. (nang/deo)

Foto: Riza/Metro Karo/Pm Masyarakat Berastagi gotong-royong menyewa mobil tangki air untuk membersihkan material debu vulkanik Gunung Sinabung yang menyelimuti kota itu, Rabu (8/10).
Foto: Riza/Metro Karo/Pm
Masyarakat Berastagi gotong-royong menyewa mobil tangki air untuk membersihkan material debu vulkanik Gunung Sinabung yang menyelimuti kota itu, Rabu (8/10).

Sementara itu, hujan debu vulkanik dari Gunung Api Sinabung telah menyebabkan sebahagian aktifitas penduduk Berastagi, khususnya di sektor perdagangan terkendala. Para pedagang di Pasar Buah memilih untuk tidak membuka kios karena ketebalan dan meratanya material gunung di sekeliling lokasi berjualan mereka.

Pemandangan ini dapat dilihat Rabu (8/10), dimana mayoritas pelaku usaha wisata di Pasar Buah dan Jagung Rebus khas Berastagi enggan membuka kiosnya karena kuatir barang dagangannya baik buah, sayur maupun aneka aksesoris serta pakaian rusak dan kotor akibat debu yang tak terhalang. Apalagi di depannya berada jalan dengan kenderaan hilir mudik yang menerbangkan debu tanpa dapat dicegah.

“Lebih baik kami tutup daripada menanggung kerugian tambahan, dengan tidak ada tamu saja kami sudah kewalahan, apalagi nanti kalau bahan dagangan ini kotor dan rusak , mau kemana lagi kami cari gantinya. Sementara yang ini saja tidak tau kapan terjual, “ ujar Br Karo, pedagang yang memperhatikan situasi terakhir di Pasar Buah.

Gencarnya aktifitas Sinabung yang banyak terpublikasi lewat media cetak dan elektronik mainstream maupun sosial media harus diakui menurunkan tingkat kunjungan wisata ke Berastagi. Meski belum terjadi di masa libur panjang, namun butuh waktu mengembalikan suasana jika kondisi Sinabung belum beralih normal kembali.

Selain bagi pedagang, debu yang memang menyerang arah timur dan timur laut Sinabung, diantaranya Kecamatan Merdeka dan Berastagi telah mengakibatkan penduduk yang menggantungkan hidup dari sektor pertanian menemui masalah. Karena dengan tebalnya debu telah membuat tanaman di lahan pertanian mereka tidak dapat dimanfaatkan.

Mencermati ini, para petani pun memilih berhati hati mengurus tanaman, apalagi bagi yang dalam waktu waktu terakhir akan dipanen. Selain dibutuhkan kejelian, petani harus mengeluarkan energi lebih mengolah hasil panennya sebelum dijual ke pasar jual beli sayur.

“Harus steril kita jual, bahkan kita dituntut untuk lebih besih lagi menyiram hasil panen karena debunya tak gampang hilang,” terang pria bermarga Surbakti dari Kecamatan Merdeka.

Selain mengganggu aktifitas ekonomi dan wisata, debu yang cukup tebal di Berastagi juga sudah membuat distribusi air bersih di beberapa tempat yang merupakan pelanggan PDAM Tirtanadi Cabang Berastagi tersendat, sebagaimana yang terlihat di sekitar Desa Jaranguda Kecamatan Merdeka. Begitupun, bagi pelajar , debu yang tebal telah mengakibatkan orang tua sebahagian mengambil keputusan untuk meliburkan sendiri anak anak mereka karena takut sang anak sakit. (nang/deo)

Previous article
Next article

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/