26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Omzet Obat Generik Naik Lipat Dua

Obat generik.
Obat generik.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Pendirian Badan Penyerlanggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan memberi darah segar ke industri obat-obatan, terutama produsen obat generik. Salah satunya BUMN farmasi PT Kimia Farma Tbk. Perusahaan pelat merah tersebut memprediksi bakal meraup pendapatan lipat dua dari penjualan obat generik.

Direktur Utama PT Kimia Farma Rusdi Rosman mengatakan, pendorong penjualan obat generik adalah sistem pengobatan BPJS Kesehatan. Dengan sistem tersebut, masyarakat bakal sering menggunakan obat generik yang bakal diprioritaskan dalam paket pengobatan. “Omzet untuk obat generik saja tahun ini diperkirakan Rp 800 miliar. Untuk laba total, diperkirakan Rp 247 miliar. Insya Allah itu terlampaui,” terangnya di Jakarta kemarin (9/1).

Dia menerangkan, total omzet Kimia Farma pada 2013 mencapai Rp 4,5 triliun. Namun, pendapatan dari penjualan obat generik tahun lalu hanya Rp 350 miliar. Dengan kata lain, penjualan obat generik pada 2014 diperkirakan melonjak 128,5 persen. “Tapi secara pendapatan laba margin obat generik sangat terbatas. Kontribusi terhadap total penjualan tidak terlalu besar, di bawah 10 persen,” tambahnya.

Meski tak terlalu memberi keuntungan secara finansial, BPJS Kesehatan memberi banyak manfaat dari berbagai aspek. Salah satunya manfaat secara internal. Dengan adanya BPJS, otomatis perseroan bakal mendaftarkan karyawan ke lembaga tersebut. Langkah tersebut dinilai memberikan efisiensi dalam pengeluaran fasilitas kesehatan. “Itu sendiri menghadirkan penghematan. Nilai tambah buat kami mencapai Rp 50 miliar per tahun,” tambahnya.

Selain membantu dari sektor farmasi, BPJS juga memberikan kesempatan Kimia Farma menggenjot diversifikasi bisnis. Tahun ini, emiten dengan kode KAEF tersebut berencana membangun 100 unit klinik kesehatan. Rencana tersebut baik dari pembangunan klini baru maupun pengambil alihan klinik yang sudah ada. “Kimia Farma siap berinvestasi Rp 30 miliar pada 2014. Biaya pembangunan klinik sudah disiapkan dari kas internal,” jelasnya.

Saat ini, Kimia Farma baru memiliki 200 klinik. Namun, pihaknya sudah membuat rencana jangka panjang untuk memiliki sekitar seribu unit klinik di seluruh Tanah Air. Hal itu seiring proyeksi kebutuhan 50.000 klinik kesehatan paska beroperasinya BPJS Kesehatan. “Klinik tersebut akan dikoneksikan dengan program pelaksanaan BPJS Kesehatan, sehingga lebih efisien dan efektif,” ujarnya. (bil/oki)

Obat generik.
Obat generik.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Pendirian Badan Penyerlanggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan memberi darah segar ke industri obat-obatan, terutama produsen obat generik. Salah satunya BUMN farmasi PT Kimia Farma Tbk. Perusahaan pelat merah tersebut memprediksi bakal meraup pendapatan lipat dua dari penjualan obat generik.

Direktur Utama PT Kimia Farma Rusdi Rosman mengatakan, pendorong penjualan obat generik adalah sistem pengobatan BPJS Kesehatan. Dengan sistem tersebut, masyarakat bakal sering menggunakan obat generik yang bakal diprioritaskan dalam paket pengobatan. “Omzet untuk obat generik saja tahun ini diperkirakan Rp 800 miliar. Untuk laba total, diperkirakan Rp 247 miliar. Insya Allah itu terlampaui,” terangnya di Jakarta kemarin (9/1).

Dia menerangkan, total omzet Kimia Farma pada 2013 mencapai Rp 4,5 triliun. Namun, pendapatan dari penjualan obat generik tahun lalu hanya Rp 350 miliar. Dengan kata lain, penjualan obat generik pada 2014 diperkirakan melonjak 128,5 persen. “Tapi secara pendapatan laba margin obat generik sangat terbatas. Kontribusi terhadap total penjualan tidak terlalu besar, di bawah 10 persen,” tambahnya.

Meski tak terlalu memberi keuntungan secara finansial, BPJS Kesehatan memberi banyak manfaat dari berbagai aspek. Salah satunya manfaat secara internal. Dengan adanya BPJS, otomatis perseroan bakal mendaftarkan karyawan ke lembaga tersebut. Langkah tersebut dinilai memberikan efisiensi dalam pengeluaran fasilitas kesehatan. “Itu sendiri menghadirkan penghematan. Nilai tambah buat kami mencapai Rp 50 miliar per tahun,” tambahnya.

Selain membantu dari sektor farmasi, BPJS juga memberikan kesempatan Kimia Farma menggenjot diversifikasi bisnis. Tahun ini, emiten dengan kode KAEF tersebut berencana membangun 100 unit klinik kesehatan. Rencana tersebut baik dari pembangunan klini baru maupun pengambil alihan klinik yang sudah ada. “Kimia Farma siap berinvestasi Rp 30 miliar pada 2014. Biaya pembangunan klinik sudah disiapkan dari kas internal,” jelasnya.

Saat ini, Kimia Farma baru memiliki 200 klinik. Namun, pihaknya sudah membuat rencana jangka panjang untuk memiliki sekitar seribu unit klinik di seluruh Tanah Air. Hal itu seiring proyeksi kebutuhan 50.000 klinik kesehatan paska beroperasinya BPJS Kesehatan. “Klinik tersebut akan dikoneksikan dengan program pelaksanaan BPJS Kesehatan, sehingga lebih efisien dan efektif,” ujarnya. (bil/oki)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/