25 C
Medan
Sunday, September 29, 2024

Paradigma Subsidi BBM Sudah Melenceng

JAKARTA- Paradigma subsidi yang seharusnya dinikmati oleh mereka yang miskin dan tidak mampu secara ekonomi di Indonesia sudah melenceng.  Pasalnya, subsidi BBM yang berlangsung selama ini tidak sesuai ketentuan UU 30/2007 Tentang Energi Pasal 7 Ayat (2) yang menegaskan bahwa subsidi disediakan untuk kelompok masyarakat tidak mampu.

Kenyataannya, subsidi BBM di Indonesia dinikmati lebih 70 persen  kelas menengah pemilik mobil pribadi dan sepeda motor bersilinder tinggi.  “Pengurangan subsidi BBM yang disertai kompensasi kepada masyarakat golongan ekonomi terlemah dimaksudkan untuk membenahi subsidi yang salah sasaran itu,”  kata Ketua Komisi IV DPR RI, M Romahurmuziy di Jakarta (9/6).

Dia menegaskan, saat ini seperlima APBN Indonesia tersedot untuk subsidi energi yang bersifat konsumtif. Alhasil, ruang gerak belanja negara untuk sektor produktif kemudian menjadi terbatas.  Ujung-ujungnya, daya saing yang tercipta di pasar internasional menjadi semua lantaran didominasi berbagai produk mentah yang mengandalkan buruh murah dan harga energi yang murah.

Senada, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) juga setuju harga BBM bersubsidi dinaikkan. Dengan begitu, dana subsidi BBM akan bisa dialihkan ke sektor-sektor yang lebih produktif sehingga bisa mendorong pertumbuhan ekonomi. “Dana subsidi bisa dialihkan ke infrastruktur. Kita sama-sama tahu, pelabuhan sudah macet, jalan sudah macet,” kata Ketua Apindo Sofyan Wanandi.

Dengan adanya perbaikan infrastruktur dari pengalihan subsidi BBM, Sofyan yakin akan turut meningkatkan daya saing ekonomi Indonesia. “Sehingga menaikan daya saing produk ekspor dan daya saing pengusaha,” ucap dia.

Menurut Sofyan, infrastruktur yang mendesak untuk diperbaiki selain pelabuhan dan jalan untuk melancarkan barang, juga perbaikan infrastruktur listrik, air, irigasi untuk para petani. “Dengan begitu rakyat tetap bisa kerja meski BBM naik,” kata dia.
Ia minta pemerintah harus cepat menaikkan harga BBM bersubsidi. Kemudian juga menyiapkan sebagian dana alokasi subsidi untuk masyarakat miskin.  Kepastian kenaikan harga BBM karena sudah ditunggu sejak lama oleh investor. Dengan tidak pasti, akan membuat gerak investor di Indonesia lebih sulit. “BBM naik tidak masalah, justru itu sudah ditunggu sejak lama. Butuh kepastian cepat,” ujar Kepala Riset PT Universal Broker Indonesia Satrio Utomo.

BBM Langka, SPBU Kehabisan Stok

Sementara itu, persediaan solar dan premium di sejumlah SPBU mulai mengalami kehabisan stok. Seperti di SPBU 14 203 1158 Jalan Veteran Raya Pasar 8 Kecamatan Labuhan Deli Kabupaten Deliserdang, pihak pengelola SPBU terpaksa menutup SPBUnya karena persediaan solar dan premium kosong, Minggu (9/6) kemarin.  “Dua minggu belakangan ini  SPBU di sini sering kehabisan solar maupun bensin (premium). Warga sering kecewa. Ini mungkin karena jelang kenaikan harga BBM ,” ujar Hermanto, warga Pasar VII Desa Manunggal, Kecamatan Labuhan Deli. (jpnn/rul)
ul)

JAKARTA- Paradigma subsidi yang seharusnya dinikmati oleh mereka yang miskin dan tidak mampu secara ekonomi di Indonesia sudah melenceng.  Pasalnya, subsidi BBM yang berlangsung selama ini tidak sesuai ketentuan UU 30/2007 Tentang Energi Pasal 7 Ayat (2) yang menegaskan bahwa subsidi disediakan untuk kelompok masyarakat tidak mampu.

Kenyataannya, subsidi BBM di Indonesia dinikmati lebih 70 persen  kelas menengah pemilik mobil pribadi dan sepeda motor bersilinder tinggi.  “Pengurangan subsidi BBM yang disertai kompensasi kepada masyarakat golongan ekonomi terlemah dimaksudkan untuk membenahi subsidi yang salah sasaran itu,”  kata Ketua Komisi IV DPR RI, M Romahurmuziy di Jakarta (9/6).

Dia menegaskan, saat ini seperlima APBN Indonesia tersedot untuk subsidi energi yang bersifat konsumtif. Alhasil, ruang gerak belanja negara untuk sektor produktif kemudian menjadi terbatas.  Ujung-ujungnya, daya saing yang tercipta di pasar internasional menjadi semua lantaran didominasi berbagai produk mentah yang mengandalkan buruh murah dan harga energi yang murah.

Senada, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) juga setuju harga BBM bersubsidi dinaikkan. Dengan begitu, dana subsidi BBM akan bisa dialihkan ke sektor-sektor yang lebih produktif sehingga bisa mendorong pertumbuhan ekonomi. “Dana subsidi bisa dialihkan ke infrastruktur. Kita sama-sama tahu, pelabuhan sudah macet, jalan sudah macet,” kata Ketua Apindo Sofyan Wanandi.

Dengan adanya perbaikan infrastruktur dari pengalihan subsidi BBM, Sofyan yakin akan turut meningkatkan daya saing ekonomi Indonesia. “Sehingga menaikan daya saing produk ekspor dan daya saing pengusaha,” ucap dia.

Menurut Sofyan, infrastruktur yang mendesak untuk diperbaiki selain pelabuhan dan jalan untuk melancarkan barang, juga perbaikan infrastruktur listrik, air, irigasi untuk para petani. “Dengan begitu rakyat tetap bisa kerja meski BBM naik,” kata dia.
Ia minta pemerintah harus cepat menaikkan harga BBM bersubsidi. Kemudian juga menyiapkan sebagian dana alokasi subsidi untuk masyarakat miskin.  Kepastian kenaikan harga BBM karena sudah ditunggu sejak lama oleh investor. Dengan tidak pasti, akan membuat gerak investor di Indonesia lebih sulit. “BBM naik tidak masalah, justru itu sudah ditunggu sejak lama. Butuh kepastian cepat,” ujar Kepala Riset PT Universal Broker Indonesia Satrio Utomo.

BBM Langka, SPBU Kehabisan Stok

Sementara itu, persediaan solar dan premium di sejumlah SPBU mulai mengalami kehabisan stok. Seperti di SPBU 14 203 1158 Jalan Veteran Raya Pasar 8 Kecamatan Labuhan Deli Kabupaten Deliserdang, pihak pengelola SPBU terpaksa menutup SPBUnya karena persediaan solar dan premium kosong, Minggu (9/6) kemarin.  “Dua minggu belakangan ini  SPBU di sini sering kehabisan solar maupun bensin (premium). Warga sering kecewa. Ini mungkin karena jelang kenaikan harga BBM ,” ujar Hermanto, warga Pasar VII Desa Manunggal, Kecamatan Labuhan Deli. (jpnn/rul)
ul)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/