25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Seminar Nasional antar-Guru Besar, Maksimalkan Peluang Selat Malaka

Ketua Dewan Guru Besar USU, Prof Gontar Alamsyah.
Ketua Dewan Guru Besar USU, Prof Gontar Alamsyah.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Guru besar dari Universitas Sumatera Utara (USU) dan Universitas Indonesia (UI) akan menggelar pertemuan dalam seminar nasional di Kampus USU dengan tema pembahasan ‘Selat Malaka, Perspektif Hukum, Ekonomi, Sosial dan Politik.’di Ruang Sidang Senat Akademik Gedung Biro Pusat Administrasi USU lantai 3 Medan, Rabu (11/12).

Ketua Dewan Guru Besar USU, Prof Dr dr Gontar Alamsyah, Sp PD, KGEH mengatakan Seminar Nasional Selat Malaka ini dilaksanakan dengan tujuan sebagai sumber informasi pengetahuan dan pengalaman dari berbagai pakar serta stakeholders, dalam rangka memanfaatkan berbagai peluang yang ada untuk kesejahteraan dan kemakmuran seluruh masyarakat Indonesia.

“Sekaligus juga nantinya akan dibahas peluang, tantangan sekaligus ancaman yang ada. Peluang dan tantangan pengembangan Selat Malaka akan dibahas dari perspektif Hubungan Internasional, hukum maritim, pembangunan ekonomi dan sosial politik,” ungkap Gontar kepada wartawan, Senin (9/12).

Prof Dr Gontar Alamsyah Siregar menjelaskan bahwa Selat Malaka dewasa ini telah mengalami perkembangan yang sangat pesat sebagai salah satu jalur transportasi laut terpenting di dunia.

Selain itu, Keberadaannya tidak hanya bernilai strategis baik ekonomis maupun politik bagi negara pantai, yakni Indonesia, Malaysia dan Singapura. Namun, juga bernilai strategis bagi negara-negara pengguna seperti Cina, Korea, Jepang, Filipina, Negara-Negara Timur Tengah, dan lain berbagai Negara lainnya.

“Selat Malaka melintasi tiga negara, yaitu Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Indonesia menjadi negara terpanjang yang dilintasi Selat Malaka, dan secara alamiah seharusnya menjadi negara yang paling banyak menerima manfaat dari jalur transportasi laut terpenting nomor dua di dunia,” sebut Gontar.

Nyatanya, Gontar mengungkapkan Singapura dan Malaysia lah yang menjadi negara paling banyak menikmati manfaat sebagai pelabuhan samudera. “Tempat bersandarnya kapal-kapal dagang (kontainer) serta kapal-kapal tanker raksasa yang membawa minyak mentah dari Timur Tengah ke Asia Timur (seperti China, Jepang, Korea, Taiwan, dan Samudera Pasifik) saat ini,” jelas Gontar.

Bahkan, Singapura berkembang tidak hanya menjadi pelabuhan strategis, namun juga telah berkembang menjadi negara tempat pengolahan bahan-bahan mentah dari Australia, Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan negara lainnya.

Seminar ini akan menghadirkan Prof Hikmahanto Juwana, SH LLM, PhD (Guru Besar Universitas Indonesia), Prof Dr H Ediwarman, SH MHum (Guru Besar Fakultas Hukum USU), dan lainnya. (gus/ram)

Ketua Dewan Guru Besar USU, Prof Gontar Alamsyah.
Ketua Dewan Guru Besar USU, Prof Gontar Alamsyah.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Guru besar dari Universitas Sumatera Utara (USU) dan Universitas Indonesia (UI) akan menggelar pertemuan dalam seminar nasional di Kampus USU dengan tema pembahasan ‘Selat Malaka, Perspektif Hukum, Ekonomi, Sosial dan Politik.’di Ruang Sidang Senat Akademik Gedung Biro Pusat Administrasi USU lantai 3 Medan, Rabu (11/12).

Ketua Dewan Guru Besar USU, Prof Dr dr Gontar Alamsyah, Sp PD, KGEH mengatakan Seminar Nasional Selat Malaka ini dilaksanakan dengan tujuan sebagai sumber informasi pengetahuan dan pengalaman dari berbagai pakar serta stakeholders, dalam rangka memanfaatkan berbagai peluang yang ada untuk kesejahteraan dan kemakmuran seluruh masyarakat Indonesia.

“Sekaligus juga nantinya akan dibahas peluang, tantangan sekaligus ancaman yang ada. Peluang dan tantangan pengembangan Selat Malaka akan dibahas dari perspektif Hubungan Internasional, hukum maritim, pembangunan ekonomi dan sosial politik,” ungkap Gontar kepada wartawan, Senin (9/12).

Prof Dr Gontar Alamsyah Siregar menjelaskan bahwa Selat Malaka dewasa ini telah mengalami perkembangan yang sangat pesat sebagai salah satu jalur transportasi laut terpenting di dunia.

Selain itu, Keberadaannya tidak hanya bernilai strategis baik ekonomis maupun politik bagi negara pantai, yakni Indonesia, Malaysia dan Singapura. Namun, juga bernilai strategis bagi negara-negara pengguna seperti Cina, Korea, Jepang, Filipina, Negara-Negara Timur Tengah, dan lain berbagai Negara lainnya.

“Selat Malaka melintasi tiga negara, yaitu Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Indonesia menjadi negara terpanjang yang dilintasi Selat Malaka, dan secara alamiah seharusnya menjadi negara yang paling banyak menerima manfaat dari jalur transportasi laut terpenting nomor dua di dunia,” sebut Gontar.

Nyatanya, Gontar mengungkapkan Singapura dan Malaysia lah yang menjadi negara paling banyak menikmati manfaat sebagai pelabuhan samudera. “Tempat bersandarnya kapal-kapal dagang (kontainer) serta kapal-kapal tanker raksasa yang membawa minyak mentah dari Timur Tengah ke Asia Timur (seperti China, Jepang, Korea, Taiwan, dan Samudera Pasifik) saat ini,” jelas Gontar.

Bahkan, Singapura berkembang tidak hanya menjadi pelabuhan strategis, namun juga telah berkembang menjadi negara tempat pengolahan bahan-bahan mentah dari Australia, Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan negara lainnya.

Seminar ini akan menghadirkan Prof Hikmahanto Juwana, SH LLM, PhD (Guru Besar Universitas Indonesia), Prof Dr H Ediwarman, SH MHum (Guru Besar Fakultas Hukum USU), dan lainnya. (gus/ram)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/