MEDAN, SUMUTOS.CO- Bank syariah memiliki prinsip keadilan yang tinggi, di mana keuntungan dan risiko dibagi bersama. Selain prinsip keadilan, dalam perbankan Syariah juga terdapat prinsip kebermanfaatan atau kemaslahatan. Artinya, seluruh kegiatan ekonomi harus mampu memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat banyak serta tercapainya peningkatan taraf hidup bersama.
Hal ini disampaikan Anggota DPR RI dari Fraksi PKS, H Hidayatullah SE dalam seminar keuangan syariah bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan tema “Peran Keuangan Syariah dalam Pemulihan Ekonomi Nasional Indonesia” yang dihadiri para pelaku UMKM di Asrama Haji Medan, Jalan Jenderal Besar AH Nasution, Jumat (11/2/2022). Seminar ini berlangsung dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat, seperti memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan memakai sabun.
Menurut Hidayatullah, perbankan syariah sudah ada di Indonesia sejak tahun 1990. Lalu diikuti dengan lahirnya Bank Muamalat pada tahun 1992. “Meskipun perbankan syariah sudah ada lebih dari 30 tahun, tapi faktanya tingkat literasi atau pemahaman masyarakat terhadap perbankan syariah masih rendah, di bawah 10%. Begitupun juga dengan tingkat inklusi atau penggunaan perbankan syariah, masih di bawah 10%,” ungkapnya.
Politisi senior PKS ini mengatakan, seharusnya bank Syariah tidak menjadi beban pemerintah, karena prinsip keadilan yang tinggi didalamnya; keuntungan dan risiko dibagi bersama.
“Saya optimis jika ekonomi syariah banyak diminati masyarakat, maka otomatis peningkatan taraf hidup masyarakat akan tercapai,” ujarnya.
Hidayatullah berharap, setelah seminar ini masyarakat bisa menyeimbangkan dua konsep yang berbeda, perbankan konvensional dan perbankan syariah, untuk pemulihan ekonomi Indonesia.
Direktur Pengawas Jasa Keuangan Sumatera Bagian Utara, Untung Santoso yang hadir dalam seminar itu mengatakan, total aset ekonomi syariah naik dari Rp634 triliun menjadi Rp677 triliun pada Desember 2021. Untung pun berharap, perbankan syariah ke depannya dapat memberikan kontribusi yang lebih signifikan terhadap pemulihan ekonomi Indonesia.
Para peserta yang hadir tampak antusias mengikuti seminar ini. Budi, seorang peserta dari Medan Amplas, mengaku menjadi terbuka wawasannya tentang perbankan syariah setelah mendengarkan paparan yang disampaikan. “Saya pikir perbankan syariah hanya soal riba saja, ternyata masih banyak ilmu lainnya yang belum saya ketahui,” katanya. (rel/adz)