25.1 C
Medan
Tuesday, June 18, 2024

Tahun 2019, Ekspor Karet Sumut Turun 10,18 Persen

KARET: Pekerja sedang menuangkan getah karet sebelum diserahkan ke pabrik di Kabupaten Serdangbedagai.
KARET: Pekerja sedang menuangkan getah karet sebelum diserahkan ke pabrik di Kabupaten Serdangbedagai.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatera Utara (Sumut) mencatat selama tahun 2019 ekspor karet alam asal Sumut melalui Pelabuhan Belawan, Kota Medan sebesar 410.072 ton. Dibandingkan tahun lalu, volume tersebut alami penurunan 46.464 ton atau 10.18%, karena pada 2018 sebesar volume ekspor karet 456.536 ton.

Hal itu, diungkapkan oleh Sekretaris Eksekutif Gapkindo Sumut, Edy Irwansyah mengungkapkan penurunan volume ekspor karet di Sumut tersebut dipengaruhi beberapa faktor, salah satunya, melemahnya permintaan dari konsumen utama, terutama China.

“China merupakan konsumen nomor satu dunia, yang saat ini konsumsinya lebih dari 5,5 juta ton per tahun. Melenahnya permintaan ini cerminan dari melemahnya pertumbuhan ekonomi China menjadi 6,5% dari 6,6% pada 2018,” ungkap Edy.

Faktor kedua, lanjutnya, belum membaiknya harga karet dan adanya wabah jamur Pestalotiopsis yang mengakibatkan produksi dari karet berkurang. Menurutnya, rendahnya harga karet mengakibatkan petani kurang bergairah mengusahakan kebun karetnya, mereka memilih alih profesi dan mengkonversi tanamannya.

“Adanya wabah jamur Pestalotiopsis mengakibatkan gugur daun sekunder pada sebagian perkebunan karet, dampaknya adalah penurunan produksi,” katanya.

Selain itu, faktor lainnya adanya pembatasan ekspor lebih dari 10%, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perdagangan No. 779 Tahun 2019 tentang Pelaksanaan Agreed Export Tonnage Scheme (AETS) ke-6 (enam) untuk Komoditi Karet Alam.

“Dalam keputusan ini Menteri Perdagangan menugaskan GAPKINDO sebagai pelaksana Agreed Export Tonnage Scheme Keenam untuk komoditi Karet Alam. Selama April sampai Juli 2019, eksportir Sumatera Utara turut menjalankan pembatasan ekspor lebih dari 10%,” jelasnya.

Terkait dengan realisasi harga komoditi karet selama 2019, Edy menyebutkan, sepanjang 2019 harga karet alam SICOM TSR20 terus mengalami fluktuasi dengan harga rata-rata sebesar 140.65 sen per kilogram. Harga terendah sebesar 129.05 sen dolar AS per kg terjadi pada bulan Oktober 2019, sedangkan harga tertinggi terjadi pada bulan April, Mei, dan Juni dengan masing-masing harga 151.08 sen, 151.52 sen, 151.54 sen dolar AS per kg. (gus/ram)

KARET: Pekerja sedang menuangkan getah karet sebelum diserahkan ke pabrik di Kabupaten Serdangbedagai.
KARET: Pekerja sedang menuangkan getah karet sebelum diserahkan ke pabrik di Kabupaten Serdangbedagai.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatera Utara (Sumut) mencatat selama tahun 2019 ekspor karet alam asal Sumut melalui Pelabuhan Belawan, Kota Medan sebesar 410.072 ton. Dibandingkan tahun lalu, volume tersebut alami penurunan 46.464 ton atau 10.18%, karena pada 2018 sebesar volume ekspor karet 456.536 ton.

Hal itu, diungkapkan oleh Sekretaris Eksekutif Gapkindo Sumut, Edy Irwansyah mengungkapkan penurunan volume ekspor karet di Sumut tersebut dipengaruhi beberapa faktor, salah satunya, melemahnya permintaan dari konsumen utama, terutama China.

“China merupakan konsumen nomor satu dunia, yang saat ini konsumsinya lebih dari 5,5 juta ton per tahun. Melenahnya permintaan ini cerminan dari melemahnya pertumbuhan ekonomi China menjadi 6,5% dari 6,6% pada 2018,” ungkap Edy.

Faktor kedua, lanjutnya, belum membaiknya harga karet dan adanya wabah jamur Pestalotiopsis yang mengakibatkan produksi dari karet berkurang. Menurutnya, rendahnya harga karet mengakibatkan petani kurang bergairah mengusahakan kebun karetnya, mereka memilih alih profesi dan mengkonversi tanamannya.

“Adanya wabah jamur Pestalotiopsis mengakibatkan gugur daun sekunder pada sebagian perkebunan karet, dampaknya adalah penurunan produksi,” katanya.

Selain itu, faktor lainnya adanya pembatasan ekspor lebih dari 10%, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perdagangan No. 779 Tahun 2019 tentang Pelaksanaan Agreed Export Tonnage Scheme (AETS) ke-6 (enam) untuk Komoditi Karet Alam.

“Dalam keputusan ini Menteri Perdagangan menugaskan GAPKINDO sebagai pelaksana Agreed Export Tonnage Scheme Keenam untuk komoditi Karet Alam. Selama April sampai Juli 2019, eksportir Sumatera Utara turut menjalankan pembatasan ekspor lebih dari 10%,” jelasnya.

Terkait dengan realisasi harga komoditi karet selama 2019, Edy menyebutkan, sepanjang 2019 harga karet alam SICOM TSR20 terus mengalami fluktuasi dengan harga rata-rata sebesar 140.65 sen per kilogram. Harga terendah sebesar 129.05 sen dolar AS per kg terjadi pada bulan Oktober 2019, sedangkan harga tertinggi terjadi pada bulan April, Mei, dan Juni dengan masing-masing harga 151.08 sen, 151.52 sen, 151.54 sen dolar AS per kg. (gus/ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/