29 C
Medan
Monday, June 3, 2024

Virus Corona & Konflik Timur Tengah Pengaruhi Ekonomi Global

Harga Komoditas akan Naik

SUMUTPOS.CO – Pemerintah Indonesia akan melakukan antisipasi terhadap kemungkinan yang membuat perekonomian melambat. Berbagai kebijakan telah dibuat untuk memantau perekonomian global dan domestik.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Sumut, Wiwiek Sisto Widayat mengungkapkan ada berbagai hal yang membuat perekonomian dunia memburuk, seperti konflik di timur tengah antara Amerika Serikat dan Irak juga virus corona.

“Penyebaran Virus Corona berisiko mempengaruhi perekonomian global dapat kita lihat dari estimasi para pakar,” ungkap Wiwiek. Wiwiek menjelaskan seperti dari ekonom China, Zhang Ming kalau tingkat pertumbuhan China diprediksi akan turun di bawah level 5 persen lebih rendah dari tahun sebelumnya 6 persen (Disetahunkan) pada Q1-2020. Lalu UOB Group berasumsi Virus Corona bertahan selama 6 bulan.

“Perekonomian Tiongkok tahun 2020 diprediksi menurun 0,5-1,0 persen dari proyeksi pre-virus. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Singapura diprediksi menurun 0,5-1,0 persen dan Indonesia sendiri menurun 0,1- 0,2 persen terhadap proyeksi pre-virus ini, “ jelas Wiwiek.

Meskipun adanya ancaman terhadap pertumbuhan ekonomi global sambung Wiwiek, perbaikan ekonomi global di tahun 2020 akan diiringi dengan peningkatan harga berbagai komoditas. Dengan itu, pihaknya sudah mempersiapkan langkah-langkah kedepannya.

“Harga CPO disinyalir meningkat didorong oleh keterbatasan stok di tengah peningkatan permintaan, baik dari negara penghasil maupun negara lainnya. Di samping itu, harga kopi dan dan aluminum juga mengalami perbaikan, “terangnya.

Untuk memperkuat momentum pertumbuhan dan mempertahankan stabilitas, dirinya juga mengatakan ada beberapa fokus kebijakan yang telah diambil berdasarkan keputusan Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Januari 2020 seperti kebijakan moneter tetap akomodatif dan konsisten dengan prakiraan inflasi yang terkendali dalam kisaran sasaran, stabilitas eksternal yang terjaga, serta upaya untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi domestik. Kemudian strategi operasi moneter terus ditujukan untuk menjaga kecukupan likuiditas dan mendukung transmisi bauran kebijakan yang akomodatif.

Kebijakan makroprudensial yang akomodatif ditempuh untuk mendorong pembiayaan ekonomi sejalan dengan siklus finansial yang di bawah optimal dengan tetap memperhatikan prinsi kehati-hatian. Kemudian kebijakan sistem pembayaran dan kebijakan pendalaman pasar keuangan terus diperkuat guna mendukung pertumbuhan ekonomi.

“Ke depan, Bank Indonesia akan mencermati perkembangan ekonomi global dan domestik dalam memanfaatkan ruang bauran kebijakan yang akomodatif untuk menjaga tetap terkendalinya inflasi dan stabilitas eksternal, serta turut mendukung momentum pertumbuhan ekonomi. Koordinasi Bank Indonesia dengan Pemerintah dan Otoritas terkait terus diperkuat guna mempertahankan stabilitas ekonomi, mendorong permintaan domestik, serta meningkatkan ekspor, pariwisata dan aliran masuk modal asing termasuk Penanaman Modal Asing (PMA), “ungkapnya.

Selain itu, dirinya juga memberitahukan kalau pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2019 tetap berdaya tahan di tengah kinerja perekonomian dunia yang melambat yakni 5,02 Persen. “Pertumbuhan ekonomi tersebut ditopang oleh permintaan domestik yang tetap baik. Sedangkan kinerja ekspor menurun. Perkembangan keseluruhan tahun 2019 dicapai setelah pada triwulan IV 2019 pertumbuhan ekonomi tercatat 4,97 persen, “ pungkasnya. (gus/ram)

Harga Komoditas akan Naik

SUMUTPOS.CO – Pemerintah Indonesia akan melakukan antisipasi terhadap kemungkinan yang membuat perekonomian melambat. Berbagai kebijakan telah dibuat untuk memantau perekonomian global dan domestik.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Sumut, Wiwiek Sisto Widayat mengungkapkan ada berbagai hal yang membuat perekonomian dunia memburuk, seperti konflik di timur tengah antara Amerika Serikat dan Irak juga virus corona.

“Penyebaran Virus Corona berisiko mempengaruhi perekonomian global dapat kita lihat dari estimasi para pakar,” ungkap Wiwiek. Wiwiek menjelaskan seperti dari ekonom China, Zhang Ming kalau tingkat pertumbuhan China diprediksi akan turun di bawah level 5 persen lebih rendah dari tahun sebelumnya 6 persen (Disetahunkan) pada Q1-2020. Lalu UOB Group berasumsi Virus Corona bertahan selama 6 bulan.

“Perekonomian Tiongkok tahun 2020 diprediksi menurun 0,5-1,0 persen dari proyeksi pre-virus. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Singapura diprediksi menurun 0,5-1,0 persen dan Indonesia sendiri menurun 0,1- 0,2 persen terhadap proyeksi pre-virus ini, “ jelas Wiwiek.

Meskipun adanya ancaman terhadap pertumbuhan ekonomi global sambung Wiwiek, perbaikan ekonomi global di tahun 2020 akan diiringi dengan peningkatan harga berbagai komoditas. Dengan itu, pihaknya sudah mempersiapkan langkah-langkah kedepannya.

“Harga CPO disinyalir meningkat didorong oleh keterbatasan stok di tengah peningkatan permintaan, baik dari negara penghasil maupun negara lainnya. Di samping itu, harga kopi dan dan aluminum juga mengalami perbaikan, “terangnya.

Untuk memperkuat momentum pertumbuhan dan mempertahankan stabilitas, dirinya juga mengatakan ada beberapa fokus kebijakan yang telah diambil berdasarkan keputusan Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Januari 2020 seperti kebijakan moneter tetap akomodatif dan konsisten dengan prakiraan inflasi yang terkendali dalam kisaran sasaran, stabilitas eksternal yang terjaga, serta upaya untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi domestik. Kemudian strategi operasi moneter terus ditujukan untuk menjaga kecukupan likuiditas dan mendukung transmisi bauran kebijakan yang akomodatif.

Kebijakan makroprudensial yang akomodatif ditempuh untuk mendorong pembiayaan ekonomi sejalan dengan siklus finansial yang di bawah optimal dengan tetap memperhatikan prinsi kehati-hatian. Kemudian kebijakan sistem pembayaran dan kebijakan pendalaman pasar keuangan terus diperkuat guna mendukung pertumbuhan ekonomi.

“Ke depan, Bank Indonesia akan mencermati perkembangan ekonomi global dan domestik dalam memanfaatkan ruang bauran kebijakan yang akomodatif untuk menjaga tetap terkendalinya inflasi dan stabilitas eksternal, serta turut mendukung momentum pertumbuhan ekonomi. Koordinasi Bank Indonesia dengan Pemerintah dan Otoritas terkait terus diperkuat guna mempertahankan stabilitas ekonomi, mendorong permintaan domestik, serta meningkatkan ekspor, pariwisata dan aliran masuk modal asing termasuk Penanaman Modal Asing (PMA), “ungkapnya.

Selain itu, dirinya juga memberitahukan kalau pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2019 tetap berdaya tahan di tengah kinerja perekonomian dunia yang melambat yakni 5,02 Persen. “Pertumbuhan ekonomi tersebut ditopang oleh permintaan domestik yang tetap baik. Sedangkan kinerja ekspor menurun. Perkembangan keseluruhan tahun 2019 dicapai setelah pada triwulan IV 2019 pertumbuhan ekonomi tercatat 4,97 persen, “ pungkasnya. (gus/ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/