JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Potensi dunia penerbangan di Indonesia semakin lama semakin berkembang. Seiring ditunjukkan banyaknya maskapai yang membuka rute penerbangan tujuan baru. Namun, hal itu tidak diikuti dengan minat orang untuk menjadi pilot. Sehingga sampai saat ini sejumlah maskapai di Indonesia masih kekurangan pilot.
Hal itu dikatakan oleh Santoso Eddy Wibowo Kepala Badan Pengembangan SDM Kementerian Perhubungan (kemenhub) kemarin (13/4). Santoso yang menjadi pembicara di seminar Indonesia Civil Aviation Training Seminar (ICAIS)mengatakan setiap tahunnya kebutuhan penerbang di Indonesia mencapai 600 orang. Sedangkan kebutuhan untuk teknisi perawatan pesawat terbang mencapai 800 orang per tahun. “Sampai saat ini kami belum bisa memenuhi kebutuhan itu,” paparnya.
Menurut Santoso, kekurangan itu membuat banyak maskapai yang mengambil tenaga dari luar negeri. Pasalnya sekolah- sekolah penerbangan di Indonesia belum bisa menyediakan kebutuhan tenaga penerbangan.
Untuk meningkatkan kebutuhan SDM, menurut dia Kemenhub sudah melakukan beberapa usaha. Misalnya dengan membangun sekolah penerbangan sejak tahun 2001. Sampai kini ada 20 sekolah lebih baik negeri maupun swasta. Sedangkan pada tahun 2013 Kemenhub sudah mendirikan sekolah penerbangan di Banyuwangi yakni Loka Pendidikan dan Pelatihan Penerbang (LP 3). “Di Makasar juga didirikan progran pendidikan teknisi pesawat di akademi tekni dan keselamatan penerbangan (ATKP),” ucapnya.
Sementera itu, Ketua Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) Yurlis Hasibuan mengakui bahwa Indonesia masih kekurangan tenaga pilot. Dia mengatakan dalam satu tahun STPI bisa meluluskan 150 pilot. Sedangkan sekolah swasta juga 150 pilot. “Kebutuhan kami 600 pilot. Nah yang lain dicarikan dari tenaga asing,” jelasnya.
Dia berharap pemerintah bisa mendorong kekurangan di sisi SDM itu. Caranya dengan mendirikan sekolah-sekolah penerbangan yang baru. Sebab saat ini baru ada 22 sekolah khusus penerbangan. Dari 22 itu 2 negeri, sedangkan sisanya swasta. Menurut Yurlis, kekurangan pilot itu harus segera ditangapi oleh pemerintah. “Sebab setahun ke depan Indonesia menghadapi pasar bebas asean. Akan banyak pilot asing di maskapai penerbangan kita,” tuturnya.
Selain SDM, yang menjadi kekurangan lain yakni pihak tidak mempersiapkan dalam persaingan global. Sehingga ketika ada maskapai yang buka rute baru ternyata tidak ada dukungan. Sehingga lama-lama rute itu mati. (aph)
JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Potensi dunia penerbangan di Indonesia semakin lama semakin berkembang. Seiring ditunjukkan banyaknya maskapai yang membuka rute penerbangan tujuan baru. Namun, hal itu tidak diikuti dengan minat orang untuk menjadi pilot. Sehingga sampai saat ini sejumlah maskapai di Indonesia masih kekurangan pilot.
Hal itu dikatakan oleh Santoso Eddy Wibowo Kepala Badan Pengembangan SDM Kementerian Perhubungan (kemenhub) kemarin (13/4). Santoso yang menjadi pembicara di seminar Indonesia Civil Aviation Training Seminar (ICAIS)mengatakan setiap tahunnya kebutuhan penerbang di Indonesia mencapai 600 orang. Sedangkan kebutuhan untuk teknisi perawatan pesawat terbang mencapai 800 orang per tahun. “Sampai saat ini kami belum bisa memenuhi kebutuhan itu,” paparnya.
Menurut Santoso, kekurangan itu membuat banyak maskapai yang mengambil tenaga dari luar negeri. Pasalnya sekolah- sekolah penerbangan di Indonesia belum bisa menyediakan kebutuhan tenaga penerbangan.
Untuk meningkatkan kebutuhan SDM, menurut dia Kemenhub sudah melakukan beberapa usaha. Misalnya dengan membangun sekolah penerbangan sejak tahun 2001. Sampai kini ada 20 sekolah lebih baik negeri maupun swasta. Sedangkan pada tahun 2013 Kemenhub sudah mendirikan sekolah penerbangan di Banyuwangi yakni Loka Pendidikan dan Pelatihan Penerbang (LP 3). “Di Makasar juga didirikan progran pendidikan teknisi pesawat di akademi tekni dan keselamatan penerbangan (ATKP),” ucapnya.
Sementera itu, Ketua Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) Yurlis Hasibuan mengakui bahwa Indonesia masih kekurangan tenaga pilot. Dia mengatakan dalam satu tahun STPI bisa meluluskan 150 pilot. Sedangkan sekolah swasta juga 150 pilot. “Kebutuhan kami 600 pilot. Nah yang lain dicarikan dari tenaga asing,” jelasnya.
Dia berharap pemerintah bisa mendorong kekurangan di sisi SDM itu. Caranya dengan mendirikan sekolah-sekolah penerbangan yang baru. Sebab saat ini baru ada 22 sekolah khusus penerbangan. Dari 22 itu 2 negeri, sedangkan sisanya swasta. Menurut Yurlis, kekurangan pilot itu harus segera ditangapi oleh pemerintah. “Sebab setahun ke depan Indonesia menghadapi pasar bebas asean. Akan banyak pilot asing di maskapai penerbangan kita,” tuturnya.
Selain SDM, yang menjadi kekurangan lain yakni pihak tidak mempersiapkan dalam persaingan global. Sehingga ketika ada maskapai yang buka rute baru ternyata tidak ada dukungan. Sehingga lama-lama rute itu mati. (aph)