31 C
Medan
Tuesday, July 2, 2024

Petani Keluhkan Impor Jagung

MEDAN- Masuknya jagung impor ke Sumatera Utara, mengakibatkan harga jagung lokal kembali turun. Padahal, pada Januari hingga awal Februari 2012 lalu, harga jagung petani mencapai Rp2.500 per kilo, sedangkan saat ini harga jagung hanya di kisaran Rp2.100 per kilo.
Karena turunnya harga jagung di pasaran, membuat petani jagung Sumut berang dan mengancam tidak akan menggiling dan menjual jagung mereka ke pabrik pakan.

“Petani jagung, pengumpul jagung, gudang pemipil, pengusaha pupuk dan benih jagung di Sumut, kita bersatu, agar pemerintah bersedia mendengar aspirasi kita ini,” ujar Ketua Himpunan Petani Jagung Indonesia (Hipajagi) Sumut, Jemat Sebayang.
Dirinya menjelaskan, memang produksi lokal tidak dapat menutupi kebutuhan masyarakat, karena itu petani setuju impor jagung tetap disediakan. Tetapi, saat masa tanam, bukan masa panen seperti saat ini.

“Makanya kita harapkan pengertian pemerintah, agar impor jagung dilakukan saat tidak musim panen, kalau impor dilakukan saat panen, sama saja membunuh kita,” tambah Jemat.

Pada akhir 2011 lalu, kata Jemat, harga jagung lokal mencapai harga terendah, sekitar Rp1.800-Rp1.900 per kilo.
Masuk 2012, harga jagung mulai naik, karena adanya kebijakan pemerintah menghentikan sementara impor jagung. Sedangkan untuk saat ini, harga jagung lokal dipasaran menjadi Rp2.100 per kilo. “Kita sempat senang dengan perhatian pemerintah, karena aspirasi kita ditanggapi, tetapi saat ini bagaimana?, harga Rp2.500 per kilo saja masih pas-pasan bagi petani, bagaimana bila harga turun?” tambah Jemat.

Menurutnya, harga yang ideal bagi komoditi jagung sekitar Rp3.000 per kilo. “Setidaknya dapat menutupi kebutuhan keluarga mereka,” sebutnya.
Karena itu, katanya, Hipajagi, pemipil jagung dan lainnya, mengharapkan pemerintah daerah menetapkan harga dasar jagung sebesar Rp3.000 per kilo. (ram)

MEDAN- Masuknya jagung impor ke Sumatera Utara, mengakibatkan harga jagung lokal kembali turun. Padahal, pada Januari hingga awal Februari 2012 lalu, harga jagung petani mencapai Rp2.500 per kilo, sedangkan saat ini harga jagung hanya di kisaran Rp2.100 per kilo.
Karena turunnya harga jagung di pasaran, membuat petani jagung Sumut berang dan mengancam tidak akan menggiling dan menjual jagung mereka ke pabrik pakan.

“Petani jagung, pengumpul jagung, gudang pemipil, pengusaha pupuk dan benih jagung di Sumut, kita bersatu, agar pemerintah bersedia mendengar aspirasi kita ini,” ujar Ketua Himpunan Petani Jagung Indonesia (Hipajagi) Sumut, Jemat Sebayang.
Dirinya menjelaskan, memang produksi lokal tidak dapat menutupi kebutuhan masyarakat, karena itu petani setuju impor jagung tetap disediakan. Tetapi, saat masa tanam, bukan masa panen seperti saat ini.

“Makanya kita harapkan pengertian pemerintah, agar impor jagung dilakukan saat tidak musim panen, kalau impor dilakukan saat panen, sama saja membunuh kita,” tambah Jemat.

Pada akhir 2011 lalu, kata Jemat, harga jagung lokal mencapai harga terendah, sekitar Rp1.800-Rp1.900 per kilo.
Masuk 2012, harga jagung mulai naik, karena adanya kebijakan pemerintah menghentikan sementara impor jagung. Sedangkan untuk saat ini, harga jagung lokal dipasaran menjadi Rp2.100 per kilo. “Kita sempat senang dengan perhatian pemerintah, karena aspirasi kita ditanggapi, tetapi saat ini bagaimana?, harga Rp2.500 per kilo saja masih pas-pasan bagi petani, bagaimana bila harga turun?” tambah Jemat.

Menurutnya, harga yang ideal bagi komoditi jagung sekitar Rp3.000 per kilo. “Setidaknya dapat menutupi kebutuhan keluarga mereka,” sebutnya.
Karena itu, katanya, Hipajagi, pemipil jagung dan lainnya, mengharapkan pemerintah daerah menetapkan harga dasar jagung sebesar Rp3.000 per kilo. (ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/