26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Utang Garuda Capai Rp30 Triliun

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mencatat posisi utang hingga 1 Juli 2020 mencapai US$ 2,21 miliar atau setara dengan Rp 30,94 triliun (asumsi kurs Rp 14.000). Utang itu terdiri dari operasional US$ 905 juta, pinjaman jangka pendek US$ 668 juta dan pinjaman jangka panjang US$ 645 juta.

Demikian disampaikan Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra di Komisi VI Jakarta, Selasa (14/7). “Saldo utang usaha dan pinjaman bank itu totalnya per 1 Juli sebesar US$ 2,2 miliar terdiri seperti saya sampaikan US$ 905 juta dari operasional, pinjaman jangka pendek itu US$ 668 juta dan jangka panjang US$ 645 juta,” katanya.

Dia mengatakan, dalam utang jangka panjang US$ 645 juta itu ada yang direstrukturisasi berupa sukuk US$ 500 juta.

“Dari US$ 645 juta ada pinjaman sukuk US$ 500 juta yang sudah berhasil negoisasi dan extend selama 3 tahun yang seharusnya jatuh tempo 3 Juni 2020 menjadi 3 Juni 2023,” ujarnya.

Sementara, posisi kas 1 Juli US$ 14,5 juta. Lebih lanjut dia mengatakan, untuk mengatasi masalah tersebut Garuda Indonesia akan melakukan sejumlah inisiatif baik jangka pendek maupun panjang.

“Kita akan optimalisasi pendapatan non penumpang, mohon dipahami pesawat bagian atasnya untuk penumpang bagian bawah itu adalah kargo kita akan maksimalkan pendapatan-pendapatan dari kargo dan charter,” ujarnya.

Irfan juga menyampaikan 400 karyawan telah bersedia melakukan pensiun dini. Itu dilakukan untuk menyelamatkan keuangan maskapai tersebut.

Pensiun dini itu ditawarkan pada karyawan yang berusia di atas 45 tahun. Sebelumnya, pada awal Juli 2020, Irfan juga menyampaikan bahwa pensiun dini ini dilakukan secara sukarela. Kebijakan itupun sudah disetujui oleh Kementerian BUMN.

“Sampai saat ini sudah ada 400 orang yang bersedia sukarela mengikuti program pensiun dini tersebut,” kata Irfan.

Selain 400 orang tersebut, ada pula sekitar 800 orang pegawai yang statusnya dengan perjanjian kerja waktu tertentu (pkwt) yang menerima unpaid leave. Irfan menjelaskan hal ini terpaksa dilakukan karena 800 orang itu berhubungan langsung dengan jumlah produksi Garuda Indonesia yang menurun selama pandemi COVID-19.

Kemudian, ada juga 135 orang pilot kontrak yang dipensiunkan dini. Irfan menjamin seluruh pilot tersebut akan dibayarkan hak-haknya kendati sudah diberhentikan.

Langkah lain yang juga Garuda Indonesia lakukan untuk menekan kerugian maskapai adalah melakukan pemotongan gaji dari jajaran direksi sampai komisaris. Pemotongan ini telah dilakukan sejak April 2020. (dtc/ram)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mencatat posisi utang hingga 1 Juli 2020 mencapai US$ 2,21 miliar atau setara dengan Rp 30,94 triliun (asumsi kurs Rp 14.000). Utang itu terdiri dari operasional US$ 905 juta, pinjaman jangka pendek US$ 668 juta dan pinjaman jangka panjang US$ 645 juta.

Demikian disampaikan Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra di Komisi VI Jakarta, Selasa (14/7). “Saldo utang usaha dan pinjaman bank itu totalnya per 1 Juli sebesar US$ 2,2 miliar terdiri seperti saya sampaikan US$ 905 juta dari operasional, pinjaman jangka pendek itu US$ 668 juta dan jangka panjang US$ 645 juta,” katanya.

Dia mengatakan, dalam utang jangka panjang US$ 645 juta itu ada yang direstrukturisasi berupa sukuk US$ 500 juta.

“Dari US$ 645 juta ada pinjaman sukuk US$ 500 juta yang sudah berhasil negoisasi dan extend selama 3 tahun yang seharusnya jatuh tempo 3 Juni 2020 menjadi 3 Juni 2023,” ujarnya.

Sementara, posisi kas 1 Juli US$ 14,5 juta. Lebih lanjut dia mengatakan, untuk mengatasi masalah tersebut Garuda Indonesia akan melakukan sejumlah inisiatif baik jangka pendek maupun panjang.

“Kita akan optimalisasi pendapatan non penumpang, mohon dipahami pesawat bagian atasnya untuk penumpang bagian bawah itu adalah kargo kita akan maksimalkan pendapatan-pendapatan dari kargo dan charter,” ujarnya.

Irfan juga menyampaikan 400 karyawan telah bersedia melakukan pensiun dini. Itu dilakukan untuk menyelamatkan keuangan maskapai tersebut.

Pensiun dini itu ditawarkan pada karyawan yang berusia di atas 45 tahun. Sebelumnya, pada awal Juli 2020, Irfan juga menyampaikan bahwa pensiun dini ini dilakukan secara sukarela. Kebijakan itupun sudah disetujui oleh Kementerian BUMN.

“Sampai saat ini sudah ada 400 orang yang bersedia sukarela mengikuti program pensiun dini tersebut,” kata Irfan.

Selain 400 orang tersebut, ada pula sekitar 800 orang pegawai yang statusnya dengan perjanjian kerja waktu tertentu (pkwt) yang menerima unpaid leave. Irfan menjelaskan hal ini terpaksa dilakukan karena 800 orang itu berhubungan langsung dengan jumlah produksi Garuda Indonesia yang menurun selama pandemi COVID-19.

Kemudian, ada juga 135 orang pilot kontrak yang dipensiunkan dini. Irfan menjamin seluruh pilot tersebut akan dibayarkan hak-haknya kendati sudah diberhentikan.

Langkah lain yang juga Garuda Indonesia lakukan untuk menekan kerugian maskapai adalah melakukan pemotongan gaji dari jajaran direksi sampai komisaris. Pemotongan ini telah dilakukan sejak April 2020. (dtc/ram)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/