26.7 C
Medan
Thursday, May 9, 2024

Talk Show “Sawit Hebat Indonesia Kuat”, Rektor ITSI: Industri Sawit Masih Tergantung Ekspor

MEDAN, SUMUTPOS.CO – ITSI laksanakan Talk Show dengan mengangkat tema “Sawit Hebat Indonesia Kuat” dengan sub tema Pemberdayaan Petani dan Pelaku UMKM Guna Mendukung system dan Tata Kelola Agribinis Sawit Rakyat Secara Berkelanjutan.

“Sebagai komoditi primadona dan sumber devisa terbesar negara, semua pihak seperti pemerintah, kampus dan pelaku usaha harus bersama membesarkan dan mengembangkan industri serta perkebunan kelapa sawit serta memperjuangkan daya saing kelapa agar semakin kuat dalam perdagangan internasional”, kata Rektor Institut Teknologi Sawit Indonesia (ITSI) Aries Sukariawan, SP, MP dalam sambutannya pada Talk Show Sawit Hebat Indonesia Kuat di Ruang Sidamanik ITSI, Senin(15/5).

Talk show tersebut digelar dalam rangkaian kegiatan Potret UMKM Pekebun digelar tiga hari, Senin-Rabu (15-17/5). Dan dihadiri Kepala Dinas Perkebunan (Disbun) Sumut Ir. Lies Handayani Siregar, MMA, pimpinan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Kemenkeu RI, peneliti PPKS, mitra perbankan, pengusaha dan ratusan mahasiswa perkebunan serta para pelajar dari sejumlah SMK perkebunan di Sumut. Rangkaian giat ini juga dimeriahkan puluhan stan bazar yang menyajikan berbagai produk olahan dan turunan kelapa sawit, kuliner dan lainnya.

Aries Sukariawan menjelaskan, bagaimana posisi dari perkebunan sawit yang ada di Indonesia. “Di balik kedudukan Indonesia sebagai negara dengan luas lahan kebun sawit terluas di dunia yakni 16,5 juta hektare dan sebagai negara produsen sawit terbesar, masih ada berbagai persoalan dan tantangan kelapa sawit nasional. Di antaranya, industri sawit masih bergantung pada ekspor yang mengakibatkan harga sawit terus bergejolak dan mempengaruhi petani”, terangnya.

Dari pemaparan yang disampaikan Aries, ada banyak solusi yang ditawarkan terkait masalah yang muncul dalam dunia perkebunan sawit. “Salah satunya adalah dengan mengembangkan agribisnis bidang kelapa sawit, industri hilir sawit, UMKM berbasis sawit hingga peningkatan SDM sawit dengan melibatkan generasi muda atau milenial dalam pengembangan sawit sejak dini. Untuk itu, kegiatan ini dirasa penting untuk meningkatkan minat terhadap sawit seperti yang dilakukan ITSI yang kini termasuk kampus yang menerima beasiswa pendidikan dari BPDPKS. Untuk 2023, dari 2.000 kuota nasional beasiswa tersebut, 270 di antaranya tersedia di ITSI” tambahnya.

Pada kesempatan tersebut juga Aries menyampaikan terima kasih atas semua dukungan agar giat ini terlaksana baik. Rangkaian Potret UMKM Perkebunan di antaranya adalah talk show, seminar nasional, pameran bazar hingga kunjungan lapangan atau field trip ke perkebunan. “Ini upaya agar generasi muda semangat memperjuangkan daya saing kelapa sawit agar semakin kuat. Acara ini bentuk perhatian kita untuk daya saing sawit ke depan,” ujar rektor. Dan untuk Fieldtrip sudah memenuhi kuota, dan akan dilaksanakan pada hari selasa dan rabu, dimana hari pertama yaitu selasa akan dilaksanakan berlokasi di Galeri PPKS dan OPSTP dan di hari kedua yaitu rabu dilaksanakan di Kebun Benih PTPN IV Adolina dan Galeri PPKS.

Kepala Disbun Sumut, Ir Lies Handayani Siregar, MMA mengapresiasi ITSI yang melaksanakan berbagai kegiatan yang mendukung pengembangan sawit nasional yang kini jadi tulang punggung perekonomian negara. Walau sebagai produsen terbesar dunia, kelapa sawit Indonesia saat ini produktivitasnya menurun. Hal itu yang perlu diatasi bersama termasuk perlu peran kampus.

Di Sumut, jelasnya, terdapat 1,4 juta hektare lahan kelapa sawit namun produksinya tidak sebanding dengan luasan lahan. Dari jumlah itu, 33 persennya merupakan perkebunan rakyat yang perlu diberdayakan dan ditingkatkan agar berdaya saing. Salah satunya dengan program peremajaan sawit rakyat (PSR). Melihat potensi ini pemprov fokus pada pengembangan sektor pertanian khususnya industri sawit strategis.

Jumlah kebun sawit rakyat tersebut, katanya, yang dikelola rakyat dinilai masih perlu diperbaiki performa dan produktivitasnya agar sesuai dengan jumlah lahan. 33 persen atau sekitar 400 ribu hektare lahan sawit rakyat, masih 21 ribu di antaranya yang sudah terverifikasi untuk program PSR. Padahal target untuk peremajaan sekitar 121 ribu hektare lahan. Melihat persoalan ini, Ir Lies menilai perlu menggairahkan kaum milenial agar terlibat dalam perkebunan. (ika)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – ITSI laksanakan Talk Show dengan mengangkat tema “Sawit Hebat Indonesia Kuat” dengan sub tema Pemberdayaan Petani dan Pelaku UMKM Guna Mendukung system dan Tata Kelola Agribinis Sawit Rakyat Secara Berkelanjutan.

“Sebagai komoditi primadona dan sumber devisa terbesar negara, semua pihak seperti pemerintah, kampus dan pelaku usaha harus bersama membesarkan dan mengembangkan industri serta perkebunan kelapa sawit serta memperjuangkan daya saing kelapa agar semakin kuat dalam perdagangan internasional”, kata Rektor Institut Teknologi Sawit Indonesia (ITSI) Aries Sukariawan, SP, MP dalam sambutannya pada Talk Show Sawit Hebat Indonesia Kuat di Ruang Sidamanik ITSI, Senin(15/5).

Talk show tersebut digelar dalam rangkaian kegiatan Potret UMKM Pekebun digelar tiga hari, Senin-Rabu (15-17/5). Dan dihadiri Kepala Dinas Perkebunan (Disbun) Sumut Ir. Lies Handayani Siregar, MMA, pimpinan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Kemenkeu RI, peneliti PPKS, mitra perbankan, pengusaha dan ratusan mahasiswa perkebunan serta para pelajar dari sejumlah SMK perkebunan di Sumut. Rangkaian giat ini juga dimeriahkan puluhan stan bazar yang menyajikan berbagai produk olahan dan turunan kelapa sawit, kuliner dan lainnya.

Aries Sukariawan menjelaskan, bagaimana posisi dari perkebunan sawit yang ada di Indonesia. “Di balik kedudukan Indonesia sebagai negara dengan luas lahan kebun sawit terluas di dunia yakni 16,5 juta hektare dan sebagai negara produsen sawit terbesar, masih ada berbagai persoalan dan tantangan kelapa sawit nasional. Di antaranya, industri sawit masih bergantung pada ekspor yang mengakibatkan harga sawit terus bergejolak dan mempengaruhi petani”, terangnya.

Dari pemaparan yang disampaikan Aries, ada banyak solusi yang ditawarkan terkait masalah yang muncul dalam dunia perkebunan sawit. “Salah satunya adalah dengan mengembangkan agribisnis bidang kelapa sawit, industri hilir sawit, UMKM berbasis sawit hingga peningkatan SDM sawit dengan melibatkan generasi muda atau milenial dalam pengembangan sawit sejak dini. Untuk itu, kegiatan ini dirasa penting untuk meningkatkan minat terhadap sawit seperti yang dilakukan ITSI yang kini termasuk kampus yang menerima beasiswa pendidikan dari BPDPKS. Untuk 2023, dari 2.000 kuota nasional beasiswa tersebut, 270 di antaranya tersedia di ITSI” tambahnya.

Pada kesempatan tersebut juga Aries menyampaikan terima kasih atas semua dukungan agar giat ini terlaksana baik. Rangkaian Potret UMKM Perkebunan di antaranya adalah talk show, seminar nasional, pameran bazar hingga kunjungan lapangan atau field trip ke perkebunan. “Ini upaya agar generasi muda semangat memperjuangkan daya saing kelapa sawit agar semakin kuat. Acara ini bentuk perhatian kita untuk daya saing sawit ke depan,” ujar rektor. Dan untuk Fieldtrip sudah memenuhi kuota, dan akan dilaksanakan pada hari selasa dan rabu, dimana hari pertama yaitu selasa akan dilaksanakan berlokasi di Galeri PPKS dan OPSTP dan di hari kedua yaitu rabu dilaksanakan di Kebun Benih PTPN IV Adolina dan Galeri PPKS.

Kepala Disbun Sumut, Ir Lies Handayani Siregar, MMA mengapresiasi ITSI yang melaksanakan berbagai kegiatan yang mendukung pengembangan sawit nasional yang kini jadi tulang punggung perekonomian negara. Walau sebagai produsen terbesar dunia, kelapa sawit Indonesia saat ini produktivitasnya menurun. Hal itu yang perlu diatasi bersama termasuk perlu peran kampus.

Di Sumut, jelasnya, terdapat 1,4 juta hektare lahan kelapa sawit namun produksinya tidak sebanding dengan luasan lahan. Dari jumlah itu, 33 persennya merupakan perkebunan rakyat yang perlu diberdayakan dan ditingkatkan agar berdaya saing. Salah satunya dengan program peremajaan sawit rakyat (PSR). Melihat potensi ini pemprov fokus pada pengembangan sektor pertanian khususnya industri sawit strategis.

Jumlah kebun sawit rakyat tersebut, katanya, yang dikelola rakyat dinilai masih perlu diperbaiki performa dan produktivitasnya agar sesuai dengan jumlah lahan. 33 persen atau sekitar 400 ribu hektare lahan sawit rakyat, masih 21 ribu di antaranya yang sudah terverifikasi untuk program PSR. Padahal target untuk peremajaan sekitar 121 ribu hektare lahan. Melihat persoalan ini, Ir Lies menilai perlu menggairahkan kaum milenial agar terlibat dalam perkebunan. (ika)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/