MEDAN- Petani Sumatera Utara meminta pemerintah segera membentuk tim monitoring untuk mengawasi harga jagung dan bantuan bibit jagung yang disalurkan ke petani.
Hal itu ditegaskan Ketua Himpunan Petani Jagung Indonesia (Hipajagin) Sumatera Utara, Jemat Sebayang bersama Ketua Hipajagin Kabupaten Langkat, Agustan Sitepu, Wakil Ketua Hipajagin Kabupaten Karo Sejahtera Ginting, Wakil Ketua Hipajagin Kabupaten Deliserdang, Syahri, baru-baru ini.
Jemat Sebayang mengatakan, pihaknya sudah mengadukan hal ini ke DPRD Sumut, tapi tak ada satupun anggota DPRD Sumut yang menanggapi keluhan para petani jagung tersebut.
Sebayang juga mengatakan, para petani sudah melakukan beberapa komunikasi kepada pemerintah, seperti menyurati pemerintah bahkan melakukan aksi agar segera membentuk tim tersebut. Namun, katanya, hingga kini pemerintah seperti tak merespons dan memperhatikan nasib petani jagung.
“Dikhawatirkan dengan adanya panen raya jagung pada Juli mendatang, maka harga jagung akan anjlok ditambah lagi dengan adanya jagung impor. Ini jelas merugikan para petani. Untuk itu kita meminta agar pemerintah segera membentuk tim tersebut dan menghentikan impor jagung,” tegasnya.
Ketua Hipajagin Kabupaten Langkat, Agustan Sitepu juga mengatakan saat ini harga jagung pipil di tingkat petani berkisar Rp2.500 per kg. Harga ini, sebutnya, belum dirasakan mensejahterakan para petani dan masih dianggap merugikan petani. Menurutnya, harga jagung yang ideal di tingkat petani Rp3.000 per kg dan ini sudah dianggap memberikan keuntungan para petani. (ram)