MEDAN- PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) berhasil meraih dua penghargaan internasional sekaligus. Masing-masing sebagai The Best Environmental Responsibility dan The Best Investor Relations Professional. Penghargaan diberikan oleh Majalah Corporate Governance Asia yang berkedudukan di Hong Kong dalam ajang 2nd Asian Excellence Recognition Award 2012 di Hong Kong, baru-baru ini.
Menurut Head of Corporate Communication and Affair Telkom Eddy Kurnia, penghargaan bertaraf internasional ini merupakan suatu kebanggaan tersendiri yang menunjukkan keberhasilan Telkom dalam menerapkan Good Corporate Governance (GCG).
“Penghargaan dari Majalah Corporate Governance Asia menunjukkan bahwa implementasi GCG di tengah-tengah iklim bisnis yang sangat kompetitif mendapatkan perhatian dan apresiasi dari publik,” kata Eddy Kurnia.
Ditambahkan Eddy Kurnia, sebagai perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki publik, Telkom dituntut memiliki pengelolaan investor berstandar internasional yang menjamin keterbukaan dan transparansi kepada pemegang saham sehingga terbentuk kepercayaan dan dukungan kepada perusahaan dalam mengembangkan bisnis.
Predikat terbaik di Indonesia diberikan berdasarkan survey yang dilakukan media berbasis di Hong Kong itu kepada sekitar 11.000 korporasi dari 14 negara Asia selama kurun waktu Maret-September 2011.
Adapun korporasi yang menjadi responden adalah fund managers, investment funds, serta korporasi-korporasi besar lain di Asia. Kriteria yang menjadi penilaian mencakup aksi-aksi korporasi perusahaan dan kinerja perusahaan dalam satu tahun terakhir.
Penghargaan tersebut diberikan kepada Agus Murdiyatno selaku VP Investor Relations Telkom yang terpilih sebagai The Best Investor Relations Professional. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen Investor Relations Telkom menjadi yang terbaik dan menyisihkan sekitar 40 korporasi domestik yang hampir seluruhnya berstatus perusahaan terbuka. Eddy Kurnia mengatakan, perusahaan menyadari tanpa adanya transparansi informasi yang cepat dan akurat dalam setiap proses bisnis, investor sulit mengukur kapabilitas Telkom dalam mengeksekusi rencana bisnis ke depan. (ila)