30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Impor BBM Bakal Melonjak, Ini Datanya

SPBU
SPBU

JAKARTA, SUMUTPOS.CO –  Untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) sepanjang Ramadan dan lebaran, dipastikan impor bakal membengkak. PT Pertamina melakukan impor lebih untuk memastikan bahan bakar di masyarakat aman setidaknya sampai H+15 Idul Fitri. Butuh sekitar Rp 7,5 triliun untuk bagi BUMN energi itu untuk mengamankan pasokan.

Dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR, Direktur Pemasaran Pertamina Ahmad Bambang menyebut impor premium adalah yang tertinggi. Jumlahnya mencapai 2 juta barel per bulan untuk Juni dan Juli dari rata-rata impor 8 juta barel per bulan. “Mei sudah naik 9 juta barel per bulan, Juni dan Juli jadi 10 juta barel per bulan,” ujarnya.

Lebih lanjut direktur yang akrab disapa Abe itu menjelaskan, impor diperlukan karena konsumsi premium akan meningkat sampai 17,8 persen. Saat ini, konsumsi harian bensin beroktan 88 itu mencapai 76,258 kilo liter (kl). Selama Ramadan dan lebaran nanti, diperkirakan penjualan premium mencapai 89,817 kl.

“Premium dijaga sampai 17 hari dengan stok 1,4 juta kl,” tuturnya. Impor yang lebih banyak juga bertujuan untuk mengamankan pasokan untuk dua daerah rawan premium. Yakni, di Kendari Sulawesi tenggara dan Pangkalan Bun Kalimantan Tengah. Di dua wilayah itu, stok saat ini tidak lebih dari 5 hari.

Menurut Abe, khusus di dua itu stok akan dipertahankan sampai 15 hari. Masyarakat disebutnya tidak perlu khawatir dengan pasokan bahan bakar minyak (BBM). Pihaknya sudah punya mekanisme untuk menjaga pasokan  sampai lebaran usai.

Untuk pertamax juga dilakukan impor lebih meski tidak semua SPBU menjual bensin dengan oktan 92 itu. Dari impor harian yang mencapai 2 juta barel per bulan, dinaikkan sebanyak 500 ribuan barel per bulan. “Konsumsi saat ini, setiap harinya 7 ribu kl.  Nanti naik sedikit karena di daerah atau desa tidak selalu ada pertamax,” tuturnya.

Bagaimana dengan solar? tidak banyak kebijakan khusus karena konsumsinya diperkirakan menurun. Dari rata-rata konsumsi harian sebanyak 37 ribu kl, menurun jadi 10,7 persen menjadi 33 ribu kl. Daerah yang masih rawan solar yakni Camplong Madura, Krueng Raya Aceh, dan Kabupaten Pulau Pisau Kalimantan Tengah akan ditingkatkan stoknya.

Sedangkan untuk tambahan impor elpiji, Pertamina mendatangkan pasokan 88 ribu metrik ton. Dari jumlah itu, stok yang sebelumnya untuk 13 hari akan menjadi 16 hari. Meski sedikit, Abe memastikan pasokan tetap lancar. “Cukup itu, sudah tambah dari dua kapal besar untuk naikin stok,” jelasnya.

SPBU
SPBU

JAKARTA, SUMUTPOS.CO –  Untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) sepanjang Ramadan dan lebaran, dipastikan impor bakal membengkak. PT Pertamina melakukan impor lebih untuk memastikan bahan bakar di masyarakat aman setidaknya sampai H+15 Idul Fitri. Butuh sekitar Rp 7,5 triliun untuk bagi BUMN energi itu untuk mengamankan pasokan.

Dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR, Direktur Pemasaran Pertamina Ahmad Bambang menyebut impor premium adalah yang tertinggi. Jumlahnya mencapai 2 juta barel per bulan untuk Juni dan Juli dari rata-rata impor 8 juta barel per bulan. “Mei sudah naik 9 juta barel per bulan, Juni dan Juli jadi 10 juta barel per bulan,” ujarnya.

Lebih lanjut direktur yang akrab disapa Abe itu menjelaskan, impor diperlukan karena konsumsi premium akan meningkat sampai 17,8 persen. Saat ini, konsumsi harian bensin beroktan 88 itu mencapai 76,258 kilo liter (kl). Selama Ramadan dan lebaran nanti, diperkirakan penjualan premium mencapai 89,817 kl.

“Premium dijaga sampai 17 hari dengan stok 1,4 juta kl,” tuturnya. Impor yang lebih banyak juga bertujuan untuk mengamankan pasokan untuk dua daerah rawan premium. Yakni, di Kendari Sulawesi tenggara dan Pangkalan Bun Kalimantan Tengah. Di dua wilayah itu, stok saat ini tidak lebih dari 5 hari.

Menurut Abe, khusus di dua itu stok akan dipertahankan sampai 15 hari. Masyarakat disebutnya tidak perlu khawatir dengan pasokan bahan bakar minyak (BBM). Pihaknya sudah punya mekanisme untuk menjaga pasokan  sampai lebaran usai.

Untuk pertamax juga dilakukan impor lebih meski tidak semua SPBU menjual bensin dengan oktan 92 itu. Dari impor harian yang mencapai 2 juta barel per bulan, dinaikkan sebanyak 500 ribuan barel per bulan. “Konsumsi saat ini, setiap harinya 7 ribu kl.  Nanti naik sedikit karena di daerah atau desa tidak selalu ada pertamax,” tuturnya.

Bagaimana dengan solar? tidak banyak kebijakan khusus karena konsumsinya diperkirakan menurun. Dari rata-rata konsumsi harian sebanyak 37 ribu kl, menurun jadi 10,7 persen menjadi 33 ribu kl. Daerah yang masih rawan solar yakni Camplong Madura, Krueng Raya Aceh, dan Kabupaten Pulau Pisau Kalimantan Tengah akan ditingkatkan stoknya.

Sedangkan untuk tambahan impor elpiji, Pertamina mendatangkan pasokan 88 ribu metrik ton. Dari jumlah itu, stok yang sebelumnya untuk 13 hari akan menjadi 16 hari. Meski sedikit, Abe memastikan pasokan tetap lancar. “Cukup itu, sudah tambah dari dua kapal besar untuk naikin stok,” jelasnya.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/