SUMUTPOS.CO – Bakal calon presiden (bacapres) 2024, Ganjar Pranowo diadang 2 remaja putri, setelah turun dari panggung Cherbon Guyub di depan Balai Kota Cirebon, Minggu, 8 Oktober 2023 lalu. Mereka curhat sambil menangis soal penutupan TikTok Shop.
Adapun 2 remaja putri terebut, diketahui bernama Layla dan Onit. Mereka nekat menerobos kerumunan dan pengamanan sembari berteriak memanggil nama mantan Gubernur Jawa Tengah (Jateng) 2 periode itu, berkali-kali.
“Pak Ganjar, tolong dengarkan kami Pak,” seru Onit.
Ganjar yang melihat itu, urung memasuki mobil dan bersedia mendengarkan curhatan keduanya. Onit dan Layla mengatupkan kedua telapak tangannya, menandakan mereka benar-benar memohon untuk didengarkan aspirasinya.
“Penutupan TikTok Shop itu berdampak kepada orang-orang seperti kami. Kami minta tolong pada Bapak,” pintanya.
Sementara itu, Layla menceritakan, dia merupakan korban PHK yang terdampak dari penutupan platform TikTok Shop.
“Setelah ditutup, saya di-PHK dari kerjaan yang biasanya jadi host produk kecantikan Pak,” katanya, sembari menyeka air mata.
Keduanya meminta kepada Ganjar, untuk memperhatikan nasib orang-orang yang serupa akibat penutupan TikTok Shop.
“Kami percaya Pak Ganjar bisa menyelesaikan ini,” tuturnya.
Meski tidak lama berbincang, Onit dan Layla tampak cukup puas dengan jawaban Ganjar. Sebelum Ganjar pergi, Onit mengucapkan terima kasih berkali kali.
“Terima kasih Pak ganjar, sudah berkenan mendengarkan kami. Hati-hati Pak, jaga kesehatan ya Pak,” ucapnya.
Ganjar mengaku sudah mendengarkan satu per satu cerita dari Onit dan Layla. Menurut dia, regulasi yang dibuat pemerintah sudah semestinya berpihak kepada kepentingan negara dan masyarakat, terutama pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) lokal.
“Kalau ada bisnis yang rusak dan membuat pasar tradisional sepi, maka kita akan melindungi rakyat kita. Regulasi itu berpihak pada rakyat kita,” kata Ganjar.
Setelah mendengarkan curhatan Onit dan Layla, Ganjar berjanji akan menyampaikan kepada pembuat regulasi agar mendengarkan keluhan orang-orang yang terdampak penutupan TikTok Shop. Dia menilai, ada yang perlu diubah dalam sistem kerja pada era digital seperti sekarang ini.
Pasalnya, teknologi digital sudah menjadi kebutuhan sehari-hari, seperti halnya makan dan menghirup udara. Karena itu, pendidikan tentang perkembangan teknologi digital juga mesti diberikan di sekolah maupun kampus-kampus.
“Pertama, adalah memodernisasi seluruh sistem kerja yang ada agar sesuai zaman. Kedua, kita mesti paham betul dunia sedang berubah, apakah itu penciptaan lapangan kerjanya? Apakah itu kondisi bisnisnya? Apakah itu yang jualan di TikTok Shop? Sekarang lagi pada bingung,” ujarnya.
Sementara itu, seorang pelaku UMKM di Kota Medan, Sumatera Utara (Sumut), Linda, yang sering memromosikan dagangannya lewat media sosial TikTok, sangat menyambut baik apa yang menjadi komitmen Ganjar untuk mendukung UMKM.
“Mendengar aspirasi rakyat dari awal, merupakan langkah yang baik untuk kemajuan UMKM, terutama bagi kami pelaku UMKM yang belakangan mendapat tempat untuk promosi ataupun berjualan langsung lewat aplikasi TikTok. Semestinya ada larangan, ada juga solusi yang diberikan untuk kami bisa melanjutkan usaha.
Karena memang TikTok sangat membantu dalam promosi dan penjualan. Semoga ada juga program yang baik mengarah kepada pemberian modal atau sejenisnya untuk UMKM ke depannya,” harapnya. (wir/ika/saz)