32 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Republik Indonesia Banjir Barang Impor

MANDARIN: Jeruk Mandarin asal China membajari pasar buah di Indonesia. Terutama jelang Imlek.
MANDARIN: Jeruk Mandarin asal China membajari pasar buah di Indonesia. Terutama jelang Imlek.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor Indonesia pada November 2019 tercatat sebesar US$ 15,34 miliar. Angka ini lebih tinggi 3,94% dibandingkan bulan sebelumnya.

Menanggapi hal itu, Menteri Perdagangan (Mendag) Agus Suparmanto bakal meninjau ulang aturan bea masuk. Terutama impor melalui e-commerce. Pasalnya, menurut Agus, impor ini didominasi oleh barang konsumsi.

“Untuk impor-impor yang sekarang ini kan kita sedang seleksi karena banyak barang konsumsi. Ini akan kita keluarkan kebijakan baru, terutama yang e-commerce. Banyak e-commerce ini jual barang impor yang sifatnya konsumtif. Ini juga akan kita buat revisi, baik itu tarifnya sendiri, nanti kita akan koordinasi dengan kementerian terkait,” kata Agus usai menghadiri Dialog RCEP di Hotel Mandarin Oriental, Jakarta, Senin (16/12).

Seperti diketahui, berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 112 tahun 2018, pemerintah mengenakan bea masuk terhadap produk dengan harga di atas US$ 75. Di bawah harga itu, produk impor bebas bea masuk.

Untuk itu, Agus akan mengusulkan bahwa produk yang harganya di bawah US$ 75 dolar juga dikenakan bea masuk.

“Sekarang ini kan US$ 75 dikenakan tarif nanti, ke bawah tidak. Jadi mungkin kita akan revisi, karena US$ 75 itu mengganggu produk dalam negeri. Artinya US$ 75 ini kan sekitar Rp 1 juta sekian, nah ini banyak produk luar banjir. Nanti kita akan revisi, jadi mungkin tidak US$ 75 tapi di bawah,” jelas Agus. Ia mengungkapkan, usulan tersebut tengah dibahas dengan kementerian terkait.

“Bahkan kita sedang bicara dengan kementerian lain terkait hal itu,” tutup Agus. Sebagai informasi, beberapa jenis barang konsumsi yang impornya naik di November antara lain buah-buahan seperti apel dan jeruk dari China.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, selain buah, yang paling besar barang impor yang masuk ke Indonesia yaitu laprop. “Notebook dari China dan beberapa transporter dan radio equipment dari AS. Itu contoh beberapa barang modal,” ujarnya.

Impor dari China yang meningkat cukup tinggi di November 2019 memang berasal dari mesin dan perlengkapan mekanis yang naik 13,7% dari US$ 885,88 juta menjadi US$ 1 miliar. Dari kelompok itu yang porsi impor yang paling tinggi adalah produk laptop termasuk notebook.

Jika dilihat secara keseluruhan impor laptop pada November 2019 tercatat US$ 123,2 juta atau naik 53% dibandingkan Oktober 2019 yang tercatat US$ 80,4 juta.

Dibandingkan bulan sebelumnya, impor barang konsumsi tercatat naik 16,13%, barang baku naik 2,63%, dan barang modal naik 2,5%.

Dengan impor November US$ 15,3 miliar, total impor dari Januari-November 2019 adalah US$ 173,35 miliar. Meski naik dibandingkan bulan sebelumnya, impor dibandingkan periode yang sama tahun lalu tercatat turun 9,88%. (dtc/ram)

MANDARIN: Jeruk Mandarin asal China membajari pasar buah di Indonesia. Terutama jelang Imlek.
MANDARIN: Jeruk Mandarin asal China membajari pasar buah di Indonesia. Terutama jelang Imlek.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor Indonesia pada November 2019 tercatat sebesar US$ 15,34 miliar. Angka ini lebih tinggi 3,94% dibandingkan bulan sebelumnya.

Menanggapi hal itu, Menteri Perdagangan (Mendag) Agus Suparmanto bakal meninjau ulang aturan bea masuk. Terutama impor melalui e-commerce. Pasalnya, menurut Agus, impor ini didominasi oleh barang konsumsi.

“Untuk impor-impor yang sekarang ini kan kita sedang seleksi karena banyak barang konsumsi. Ini akan kita keluarkan kebijakan baru, terutama yang e-commerce. Banyak e-commerce ini jual barang impor yang sifatnya konsumtif. Ini juga akan kita buat revisi, baik itu tarifnya sendiri, nanti kita akan koordinasi dengan kementerian terkait,” kata Agus usai menghadiri Dialog RCEP di Hotel Mandarin Oriental, Jakarta, Senin (16/12).

Seperti diketahui, berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 112 tahun 2018, pemerintah mengenakan bea masuk terhadap produk dengan harga di atas US$ 75. Di bawah harga itu, produk impor bebas bea masuk.

Untuk itu, Agus akan mengusulkan bahwa produk yang harganya di bawah US$ 75 dolar juga dikenakan bea masuk.

“Sekarang ini kan US$ 75 dikenakan tarif nanti, ke bawah tidak. Jadi mungkin kita akan revisi, karena US$ 75 itu mengganggu produk dalam negeri. Artinya US$ 75 ini kan sekitar Rp 1 juta sekian, nah ini banyak produk luar banjir. Nanti kita akan revisi, jadi mungkin tidak US$ 75 tapi di bawah,” jelas Agus. Ia mengungkapkan, usulan tersebut tengah dibahas dengan kementerian terkait.

“Bahkan kita sedang bicara dengan kementerian lain terkait hal itu,” tutup Agus. Sebagai informasi, beberapa jenis barang konsumsi yang impornya naik di November antara lain buah-buahan seperti apel dan jeruk dari China.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, selain buah, yang paling besar barang impor yang masuk ke Indonesia yaitu laprop. “Notebook dari China dan beberapa transporter dan radio equipment dari AS. Itu contoh beberapa barang modal,” ujarnya.

Impor dari China yang meningkat cukup tinggi di November 2019 memang berasal dari mesin dan perlengkapan mekanis yang naik 13,7% dari US$ 885,88 juta menjadi US$ 1 miliar. Dari kelompok itu yang porsi impor yang paling tinggi adalah produk laptop termasuk notebook.

Jika dilihat secara keseluruhan impor laptop pada November 2019 tercatat US$ 123,2 juta atau naik 53% dibandingkan Oktober 2019 yang tercatat US$ 80,4 juta.

Dibandingkan bulan sebelumnya, impor barang konsumsi tercatat naik 16,13%, barang baku naik 2,63%, dan barang modal naik 2,5%.

Dengan impor November US$ 15,3 miliar, total impor dari Januari-November 2019 adalah US$ 173,35 miliar. Meski naik dibandingkan bulan sebelumnya, impor dibandingkan periode yang sama tahun lalu tercatat turun 9,88%. (dtc/ram)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/