25 C
Medan
Friday, June 28, 2024

Desember, Regal Springs Relokasi KJA ke Uluan-Porsea

PAPARKAN: External Affairs Senior Manager Regal Springs Indonesia, Kasan Mulyono dan Dian Octavia selaku Senior Community Manager Regal Springs Indonesia menjelaskan rencana relokasi budidaya ikan tilapia dari perairan Ajibata ke Uluan-Porsea, Minggu (17/5).
PAPARKAN: External Affairs Senior Manager Regal Springs Indonesia, Kasan Mulyono dan Dian Octavia selaku Senior Community Manager Regal Springs Indonesia menjelaskan rencana relokasi budidaya ikan tilapia dari perairan Ajibata ke Uluan-Porsea, Minggu (17/5).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Regal Springs Indonesia (RSI) berencana merelokasi operasi budidaya ikan tilapia (nila) dari perairan Ajibata ke perairan Uluan-Porsea, Kabupaten Toba, Desember tahun ini. Belasan Keramba Jaring Apung (KJA) milik perusahaan akan dipindahkan ke daerah hulu Sungai Asahan tersebut, yang memang ditetapkan pemerintah sebagai zona perikanan, setelah seluruh izin diperoleh.

“Lokasi baru keramba jaring apung (KJA) milik perusahaan sebagai lokasi pembesaran ikan, direncanakan berada di kawasan Uluan, Porsea dan Balige, Kabupaten Toba, dengan luas kurang-lebih 2,1 kilometer persegi. Sedangkan lokasi peristirahatan ikan sebelum panen, di areal kurang lebih 1,5 km persegi,” kata External Affairs Senior Manager Regal Springs Indonesia, Kasan Mulyono, kepada wartawan di Medan, Minggu (17/5).

Areal lainnya yang dibutuhkan adalah pembangunan dermaga pendaratan seluas kurang lebih 0,3 persegi untuk penarikan ikan dari KJA sebelum diangkut ke pabrik. “Hasil kajian awal, lokasi baru sangat memenuhi persyaratan untuk budidaya akuakultur berkelanjutan. Baik dari kualitas air seperti kadar oksigen terlarut, PH, kedalaman air, dan sebagainya, maupun dari segi lokasi yang jauh dari pemukiman penduduk,” kata Kasan.

Untuk mendapatkan izin lokasi, jajaran manajemen Regal Springs Indonesia telah berdiskusi dengan Bupati Toba, Darwin Siagian, dan jajarannya. Pada prinsipnya, rencana ini didukung pemkab dan masyarakat setempat sepanjang memenuhi perizinan dan memberi manfaat ke masyarakat.

Perpindahan lokasi operasi dari kawasan Ajibata ke Porsea dilakukan perusahaan secara sukarela, sebagai bentuk dukungan terhadap program pemerintah mengembangkan Kota Parapat/Ajibata sebagai kawasan pariwisata. Apalagi, kawasan Ajibata semakin padat dan ramai, menyusul bertambahnya pelabuhan ferry di gerbang masuk Pulau Samosir tersebut.

Di lokasi baru, produksi tilapia RSI tetap seperti semula, sesuai kapasitas dukungan air Danau Toba. “Tidak ada penambahan produksi. Jika pun nanti ada kenaikan permintaan pasar akan produk tilapia, perusahaan tidak akan menambah produksi sebelum ada izin,” ungkapnya.

Menurut Kasan, Pemkab Toba dan jajaran mendukung rencana relokasi RSI ke lokasi baru, dengan tenaga kerja lokal terekrut dan sejumlah prasarana terbangun. Saat ini, RSI sedang mengurus berbagai perizinan yang dibutuhkan, baik di tingkat kabupaten, provinsi dan pemerintah pusat. “Karena itu, kami berharap dukungan dari berbagai elemen masyarakat untuk relokasi ini,” jelasnya.

Dian Octavia selaku Senior Community Manager Regal Springs Indonesia, mengatakan, sejalan dengan rencana relokasi tersebut, Regal Springs Indonesia juga melakukan kajian pemetaan sosio ekonomi di Kecamatan Uluan dan Porsea, Kabupaten Toba. “Kami berdiskusi dengan jajaran pemerintah setempat, tokoh masyarakat, dan warga setempat untuk memperoleh masukan terkait rencana relokasi ini.

Kami melakukan pemetaan tentang kebutuhan masyarakat setempat. Intinya, kami ingin kehadiran Regal Springs Indonesia di lokasi yang baru dapat meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. Termasuk untuk memprioritaskan penggunaan tenaga kerja lokal,” ujarnya.

Sesuai komitmen perusahaan menerapkan Program Keberlanjutan Terpadu KAMI PEDULI, pihaknya ingin menjalankan operasional sesuai dengan prinsip-prinsip bertanggungjawab dan ramah lingkungan.

“Secara umum, masyarakat di sana hidup dari sektor informal, seperti pertanian, tenun ulos, perikanan, tambang batu, dan sebagainya. Populasi tenaga kerja produktif relatif kecil, karena kebanyakan generasi muda merantau ke kota untuk melanjutkan sekolah. Perusahaan sedang memetakan kebutuhan tenaga kerja perusahaan dari masyarakat lokal, sesuai populasi warga setempat,” jelasnya. (mea)

PAPARKAN: External Affairs Senior Manager Regal Springs Indonesia, Kasan Mulyono dan Dian Octavia selaku Senior Community Manager Regal Springs Indonesia menjelaskan rencana relokasi budidaya ikan tilapia dari perairan Ajibata ke Uluan-Porsea, Minggu (17/5).
PAPARKAN: External Affairs Senior Manager Regal Springs Indonesia, Kasan Mulyono dan Dian Octavia selaku Senior Community Manager Regal Springs Indonesia menjelaskan rencana relokasi budidaya ikan tilapia dari perairan Ajibata ke Uluan-Porsea, Minggu (17/5).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Regal Springs Indonesia (RSI) berencana merelokasi operasi budidaya ikan tilapia (nila) dari perairan Ajibata ke perairan Uluan-Porsea, Kabupaten Toba, Desember tahun ini. Belasan Keramba Jaring Apung (KJA) milik perusahaan akan dipindahkan ke daerah hulu Sungai Asahan tersebut, yang memang ditetapkan pemerintah sebagai zona perikanan, setelah seluruh izin diperoleh.

“Lokasi baru keramba jaring apung (KJA) milik perusahaan sebagai lokasi pembesaran ikan, direncanakan berada di kawasan Uluan, Porsea dan Balige, Kabupaten Toba, dengan luas kurang-lebih 2,1 kilometer persegi. Sedangkan lokasi peristirahatan ikan sebelum panen, di areal kurang lebih 1,5 km persegi,” kata External Affairs Senior Manager Regal Springs Indonesia, Kasan Mulyono, kepada wartawan di Medan, Minggu (17/5).

Areal lainnya yang dibutuhkan adalah pembangunan dermaga pendaratan seluas kurang lebih 0,3 persegi untuk penarikan ikan dari KJA sebelum diangkut ke pabrik. “Hasil kajian awal, lokasi baru sangat memenuhi persyaratan untuk budidaya akuakultur berkelanjutan. Baik dari kualitas air seperti kadar oksigen terlarut, PH, kedalaman air, dan sebagainya, maupun dari segi lokasi yang jauh dari pemukiman penduduk,” kata Kasan.

Untuk mendapatkan izin lokasi, jajaran manajemen Regal Springs Indonesia telah berdiskusi dengan Bupati Toba, Darwin Siagian, dan jajarannya. Pada prinsipnya, rencana ini didukung pemkab dan masyarakat setempat sepanjang memenuhi perizinan dan memberi manfaat ke masyarakat.

Perpindahan lokasi operasi dari kawasan Ajibata ke Porsea dilakukan perusahaan secara sukarela, sebagai bentuk dukungan terhadap program pemerintah mengembangkan Kota Parapat/Ajibata sebagai kawasan pariwisata. Apalagi, kawasan Ajibata semakin padat dan ramai, menyusul bertambahnya pelabuhan ferry di gerbang masuk Pulau Samosir tersebut.

Di lokasi baru, produksi tilapia RSI tetap seperti semula, sesuai kapasitas dukungan air Danau Toba. “Tidak ada penambahan produksi. Jika pun nanti ada kenaikan permintaan pasar akan produk tilapia, perusahaan tidak akan menambah produksi sebelum ada izin,” ungkapnya.

Menurut Kasan, Pemkab Toba dan jajaran mendukung rencana relokasi RSI ke lokasi baru, dengan tenaga kerja lokal terekrut dan sejumlah prasarana terbangun. Saat ini, RSI sedang mengurus berbagai perizinan yang dibutuhkan, baik di tingkat kabupaten, provinsi dan pemerintah pusat. “Karena itu, kami berharap dukungan dari berbagai elemen masyarakat untuk relokasi ini,” jelasnya.

Dian Octavia selaku Senior Community Manager Regal Springs Indonesia, mengatakan, sejalan dengan rencana relokasi tersebut, Regal Springs Indonesia juga melakukan kajian pemetaan sosio ekonomi di Kecamatan Uluan dan Porsea, Kabupaten Toba. “Kami berdiskusi dengan jajaran pemerintah setempat, tokoh masyarakat, dan warga setempat untuk memperoleh masukan terkait rencana relokasi ini.

Kami melakukan pemetaan tentang kebutuhan masyarakat setempat. Intinya, kami ingin kehadiran Regal Springs Indonesia di lokasi yang baru dapat meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. Termasuk untuk memprioritaskan penggunaan tenaga kerja lokal,” ujarnya.

Sesuai komitmen perusahaan menerapkan Program Keberlanjutan Terpadu KAMI PEDULI, pihaknya ingin menjalankan operasional sesuai dengan prinsip-prinsip bertanggungjawab dan ramah lingkungan.

“Secara umum, masyarakat di sana hidup dari sektor informal, seperti pertanian, tenun ulos, perikanan, tambang batu, dan sebagainya. Populasi tenaga kerja produktif relatif kecil, karena kebanyakan generasi muda merantau ke kota untuk melanjutkan sekolah. Perusahaan sedang memetakan kebutuhan tenaga kerja perusahaan dari masyarakat lokal, sesuai populasi warga setempat,” jelasnya. (mea)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/