29 C
Medan
Monday, June 17, 2024

Lewati Tujuh Rantai Distribusi, Harga Daging Mahal

net
POTONG: Pedagang daging di Pasar Petisah sedang memotong daging sapi untuk dijual, beberapa waktu yang lalu.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Harga daging sapi segar di pasaran konsisten tinggi yaitu berada di kisaran lebih dari Rp100.000 per kilogram. Banyak hal yang menyebabkan harga daging sapi segar terus tinggi, salah satunya adalah panjangnya rantai distribusi daging sapi.

Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Assyifa Szami Ilman mengatakan, panjangnya rantai distribusi daging sapi lokal memengaruhi harga daging sapi tersebut di pasaran. Hal ini terjadi karena munculnya biaya-biaya tambahan, seperti biaya transportasi.

Ilman menjelaskan, berdasarkan hasil penelitian CIPS, daging sapi lokal melewati tujuh hingga sembilan tahapan sebelum sampai di tangan konsumen. Proses distribusi dimulai dari peternak. Mereka menjual sapi mereka langsung kepada pedagang setempat yang berskala kecil atau melalui tempat penggemukan sapi (feedlot) yang memberi makan sapi secara intensif untuk meningkatkan bobot sapi dan nilai jualnya.

“Tahapan selanjutnya adalah sapi dijual lagi ke pedagang setempat berskala besar dengan menggunakan jasa informan untuk mendapatkan harga pasar yang paling aktual. Kemudian, sapi dijual lagi ke pedagang regional, yang wilayah dagangnya meliputi beberapa kabupaten, provinsi dan sejumlah pulau kecil,” urainya dalam keterangan resmi, di Jakarta, Selasa (18/12).

Setelah itu, sapi kembali dijual ke pedagang yang ada di penampungan ternak (holding groud). Tahapan ini berfungsi sebagai area transit ketika mereka menunggu pedagang grosir dari Rumah Potong Hewan (RPH) untuk memilih hewan ternak yang akan dibeli dan dipotong. Lalu daging sapi yang dihasilkan dapat dijual langsung ke pedagang grosir berskala besar di pasar atau melalui tengkulak yang membantu pedagang di RPH untuk mendapatkan pembeli.

Tahapan selanjutnya adalah menjual daging sapi ke pedagang grosir berskala kecil. Merekalah yang menjual daging sapi ke pedagang eceran di pasar tradisional atau supermarket, sebelum akhirnya sampai di tangan konsumen.

Melihat panjangnya rantai distribusi, solusi untuk memotong rantai distribusi dengan menyerahkan prosesnya ke badan pemerintah bukanlah jalan keluar.

Biaya transportasi untuk distribusi daging sapi di Jawa Barat adalah Rp1.284, 29 per kilogram. Sementara itu biaya distribusi daging sapi adalah Rp445,83 per kilogram di Jawa Timur. Hal ini disebabkan adanya jarak yang dekat antara para pelaku di tahap produksi (peternak) dengan para pelaku distribusi (pedagang) yang membawanya hingga ke tingkat konsumen di Jawa Timur.

Dengan menggunakan angka ini, maka dapat diperkirakan rata-rata biaya transportasi rantai distribusi daging sapi di Indonesia adalah Rp 1.004,81 per kilogram. Dengan perhitungan kebutuhan nasional yang mencapai 709.540 ton di tahun 2017, maka pemerintah harus menyiapkan uang sebesar Rp713 miliar atau setara dengan USD 52,8 juta untuk biaya transportasi untuk menjangkau wilayah Indonesia. (uji/JPC/ram)

net
POTONG: Pedagang daging di Pasar Petisah sedang memotong daging sapi untuk dijual, beberapa waktu yang lalu.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Harga daging sapi segar di pasaran konsisten tinggi yaitu berada di kisaran lebih dari Rp100.000 per kilogram. Banyak hal yang menyebabkan harga daging sapi segar terus tinggi, salah satunya adalah panjangnya rantai distribusi daging sapi.

Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Assyifa Szami Ilman mengatakan, panjangnya rantai distribusi daging sapi lokal memengaruhi harga daging sapi tersebut di pasaran. Hal ini terjadi karena munculnya biaya-biaya tambahan, seperti biaya transportasi.

Ilman menjelaskan, berdasarkan hasil penelitian CIPS, daging sapi lokal melewati tujuh hingga sembilan tahapan sebelum sampai di tangan konsumen. Proses distribusi dimulai dari peternak. Mereka menjual sapi mereka langsung kepada pedagang setempat yang berskala kecil atau melalui tempat penggemukan sapi (feedlot) yang memberi makan sapi secara intensif untuk meningkatkan bobot sapi dan nilai jualnya.

“Tahapan selanjutnya adalah sapi dijual lagi ke pedagang setempat berskala besar dengan menggunakan jasa informan untuk mendapatkan harga pasar yang paling aktual. Kemudian, sapi dijual lagi ke pedagang regional, yang wilayah dagangnya meliputi beberapa kabupaten, provinsi dan sejumlah pulau kecil,” urainya dalam keterangan resmi, di Jakarta, Selasa (18/12).

Setelah itu, sapi kembali dijual ke pedagang yang ada di penampungan ternak (holding groud). Tahapan ini berfungsi sebagai area transit ketika mereka menunggu pedagang grosir dari Rumah Potong Hewan (RPH) untuk memilih hewan ternak yang akan dibeli dan dipotong. Lalu daging sapi yang dihasilkan dapat dijual langsung ke pedagang grosir berskala besar di pasar atau melalui tengkulak yang membantu pedagang di RPH untuk mendapatkan pembeli.

Tahapan selanjutnya adalah menjual daging sapi ke pedagang grosir berskala kecil. Merekalah yang menjual daging sapi ke pedagang eceran di pasar tradisional atau supermarket, sebelum akhirnya sampai di tangan konsumen.

Melihat panjangnya rantai distribusi, solusi untuk memotong rantai distribusi dengan menyerahkan prosesnya ke badan pemerintah bukanlah jalan keluar.

Biaya transportasi untuk distribusi daging sapi di Jawa Barat adalah Rp1.284, 29 per kilogram. Sementara itu biaya distribusi daging sapi adalah Rp445,83 per kilogram di Jawa Timur. Hal ini disebabkan adanya jarak yang dekat antara para pelaku di tahap produksi (peternak) dengan para pelaku distribusi (pedagang) yang membawanya hingga ke tingkat konsumen di Jawa Timur.

Dengan menggunakan angka ini, maka dapat diperkirakan rata-rata biaya transportasi rantai distribusi daging sapi di Indonesia adalah Rp 1.004,81 per kilogram. Dengan perhitungan kebutuhan nasional yang mencapai 709.540 ton di tahun 2017, maka pemerintah harus menyiapkan uang sebesar Rp713 miliar atau setara dengan USD 52,8 juta untuk biaya transportasi untuk menjangkau wilayah Indonesia. (uji/JPC/ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/