26 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Slow Demand, Harga Turun, Stok Logam Sempat Menimbun

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pandemi Covid-19 berdampak hampir di semua lini. Termasuk di sektor pertambangan. Kebijakan lockdown di sejumlah negara menyebabkan permintaan komoditas mineral dan batubara (minerba) sejumlah negara menurun. Tercatat akhir April, terjadi perlambatan permintaan minerba, khususnya bahan baku logam bukan besi. Seiring menurunnya permintaan, harga pun ikut turun.

“AWAL APRIL, hampir seluruh kegiatan pertambangan dan pengolahan dan pemurnian masih berjalan normal. Belum ada dampak signifikan Covid-19. Penjualan minerba juga masih berjalan normal,” kata Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batubara Irwandy Arif, Prof Dr Irwandi Arif, dalam webinar ‘Sektor Pertambangan Minerba di Era Pandemi Covid-19’ yang digelar PT Agincourt Resources, Kamis (16/7).

Namun pada pertengahan April, permintaan bahan baku logam bukan besi, seperti tembaga, nikel, dan timah pada beberapa produsen logam mulai menurun. Turunnya serapan pasar disusul penurunan harga komoditas, terutama batubara. Per Mei, penurunan penjualan diprediksi mencapai 20 persen. Kondisi tersebut menyebabkan stok bahan baku logam sempat menimbun, karena produksi jalan terus tetapi tidak diserap pasar.

Untuk komoditas tembaga, penjualan konsentrat tembaga sempat terjadi slow demand dari Asia. “Namun sudah memberikan signal positif pada bulan April,” katanya. Meski sudah ada signal positif, investasi atau proyek-proyek baru terhenti dalam upaya peningkatan efisiensi.

Untuk komoditas nikel, beberapa operasi penambangan dan smelter masih berjalan normal. Demikian juga penjualan dan pengiriman Ferro nikel. Namun ada penurunan.

Untuk komoditas timah, operasi penambangan dan smelter PT TIMAH sebagai produsen terbesar timah, masih berjalan normal. “Penjualan dan pengiriman ingot timah berjalan sesuai longterm contract,” kata Irwandy lagi.

Operasi penambangan bijih bauksit juga masih berjalan normal, belum ada pembatasan. “Penjualan juga masih berjalan normal,” jelasnya. Meski demikian, mulai Mei penurunan diperkirakan mencapai 20 persen.

“Satu-satunya produk minerba yang demandnya tidak turun hanya emas. Bahkan harganya naik terus, mencapai 1.800 USD per troy ounce,” kata Irwandy yang juga Chairman of Indonesia Mining Institut ini.

Meski produksi dan penjualan belum terganggu hingga awal April, namun menurut Irwandy, sebenarnya sejak Januari sektor pertambangan telah mengalami sejumlah dampak terkait Covid-19. Antara lain, pembangunan smelter terhenti, yang berakibat pada terhentinya pengiriman peralatan, tenaga kerja dan pencairan dana pembangunan.

Kemudian pada 27 Maret hingga 5 April 2020, operasi pemurnian Logam Mulia PT Antam di Pulogadung terhenti. Investasi atau proyek-proyek baru dalam upaya peningkatan efisiensi operasi juga terhenti.

“Apabila Pandemi COVID-19 berakhir pada pertengahan tahun 2020, maka pembangunan fasilitas pemurnian akan tertunda sampai akhir tahun 2022. Dan apabila pandemi Covid-19 berlangsung sampai akhir tahun 2020, maka pembangunan fasilitas pemurnian akan tertunda sampai tahun 2023,” ungkapnya.

Terkait lesunya pasar minerba —kecuali emas—, sebanyak 32 perusahaan pertambangan mengajukan revisi Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) Pertambangan. Ada yang ingin menurunkan produksi, namun ada juga yang ingin menaikkan produksi.

Tak hanya industri tambang di tanah air, data diperoleh Prof Irwandy, industri tambang dunia pun secara umum menurunkan produksi. Beberapa negara produsen kelas dunia seperti Chili dan Argentina mulai membatasi kegiatan produksi dan menutup perbatasan sehingga menurunkan permintaan bahan baku mineral logam dari tambang.

Untungnya, pasar yang lesu sejak beberapa bulan terakhir mulai menunjukkan tanda-tanda kembali bergairah. Sejak sejumlah pemimpin negara di dunia sepakat memberlakukan new normal, beberapa produsen di China sudah memulai aktivitas produksi dan akan mulai meningkatkan permintaan akan komoditi minerba.

“Cina yang mulai bergeliat diharapkan dapat mengurangi stok bahan baku pada dua bulan ke depan. Hal ini tercermin dari stabilnya harga dalam 2minggu terakhir,” kata Irwandy optimis. (mea/bersambung)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pandemi Covid-19 berdampak hampir di semua lini. Termasuk di sektor pertambangan. Kebijakan lockdown di sejumlah negara menyebabkan permintaan komoditas mineral dan batubara (minerba) sejumlah negara menurun. Tercatat akhir April, terjadi perlambatan permintaan minerba, khususnya bahan baku logam bukan besi. Seiring menurunnya permintaan, harga pun ikut turun.

“AWAL APRIL, hampir seluruh kegiatan pertambangan dan pengolahan dan pemurnian masih berjalan normal. Belum ada dampak signifikan Covid-19. Penjualan minerba juga masih berjalan normal,” kata Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batubara Irwandy Arif, Prof Dr Irwandi Arif, dalam webinar ‘Sektor Pertambangan Minerba di Era Pandemi Covid-19’ yang digelar PT Agincourt Resources, Kamis (16/7).

Namun pada pertengahan April, permintaan bahan baku logam bukan besi, seperti tembaga, nikel, dan timah pada beberapa produsen logam mulai menurun. Turunnya serapan pasar disusul penurunan harga komoditas, terutama batubara. Per Mei, penurunan penjualan diprediksi mencapai 20 persen. Kondisi tersebut menyebabkan stok bahan baku logam sempat menimbun, karena produksi jalan terus tetapi tidak diserap pasar.

Untuk komoditas tembaga, penjualan konsentrat tembaga sempat terjadi slow demand dari Asia. “Namun sudah memberikan signal positif pada bulan April,” katanya. Meski sudah ada signal positif, investasi atau proyek-proyek baru terhenti dalam upaya peningkatan efisiensi.

Untuk komoditas nikel, beberapa operasi penambangan dan smelter masih berjalan normal. Demikian juga penjualan dan pengiriman Ferro nikel. Namun ada penurunan.

Untuk komoditas timah, operasi penambangan dan smelter PT TIMAH sebagai produsen terbesar timah, masih berjalan normal. “Penjualan dan pengiriman ingot timah berjalan sesuai longterm contract,” kata Irwandy lagi.

Operasi penambangan bijih bauksit juga masih berjalan normal, belum ada pembatasan. “Penjualan juga masih berjalan normal,” jelasnya. Meski demikian, mulai Mei penurunan diperkirakan mencapai 20 persen.

“Satu-satunya produk minerba yang demandnya tidak turun hanya emas. Bahkan harganya naik terus, mencapai 1.800 USD per troy ounce,” kata Irwandy yang juga Chairman of Indonesia Mining Institut ini.

Meski produksi dan penjualan belum terganggu hingga awal April, namun menurut Irwandy, sebenarnya sejak Januari sektor pertambangan telah mengalami sejumlah dampak terkait Covid-19. Antara lain, pembangunan smelter terhenti, yang berakibat pada terhentinya pengiriman peralatan, tenaga kerja dan pencairan dana pembangunan.

Kemudian pada 27 Maret hingga 5 April 2020, operasi pemurnian Logam Mulia PT Antam di Pulogadung terhenti. Investasi atau proyek-proyek baru dalam upaya peningkatan efisiensi operasi juga terhenti.

“Apabila Pandemi COVID-19 berakhir pada pertengahan tahun 2020, maka pembangunan fasilitas pemurnian akan tertunda sampai akhir tahun 2022. Dan apabila pandemi Covid-19 berlangsung sampai akhir tahun 2020, maka pembangunan fasilitas pemurnian akan tertunda sampai tahun 2023,” ungkapnya.

Terkait lesunya pasar minerba —kecuali emas—, sebanyak 32 perusahaan pertambangan mengajukan revisi Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) Pertambangan. Ada yang ingin menurunkan produksi, namun ada juga yang ingin menaikkan produksi.

Tak hanya industri tambang di tanah air, data diperoleh Prof Irwandy, industri tambang dunia pun secara umum menurunkan produksi. Beberapa negara produsen kelas dunia seperti Chili dan Argentina mulai membatasi kegiatan produksi dan menutup perbatasan sehingga menurunkan permintaan bahan baku mineral logam dari tambang.

Untungnya, pasar yang lesu sejak beberapa bulan terakhir mulai menunjukkan tanda-tanda kembali bergairah. Sejak sejumlah pemimpin negara di dunia sepakat memberlakukan new normal, beberapa produsen di China sudah memulai aktivitas produksi dan akan mulai meningkatkan permintaan akan komoditi minerba.

“Cina yang mulai bergeliat diharapkan dapat mengurangi stok bahan baku pada dua bulan ke depan. Hal ini tercermin dari stabilnya harga dalam 2minggu terakhir,” kata Irwandy optimis. (mea/bersambung)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/