JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Lion Air Group terindikasi menghadapi persoalan internal serius, sama bahkan bisa lebih serius dibandingkan dampak yang diakibatkan sejumlah delay dan pembatalan jadwal penerbangan yang menimbulkan kericuhan di bandara, terutama bandara Soekarno Hatta. Maskapai yang didirikan Rusdi Kirana itu menghadapi persoalan keuangan.
Lion Air disebut-sebut mengalami kerugian finansial sehingga dikhawatirkan akan bangkrut. Indikatornya karena sejumlah pesawat belum boleh digunakan karena belum membayar uang sewa. Efek berantai kemudian diderita maskapai berlambang singa merah itu.
Sumber Jawa Pos (grup Sumut Pos) lain mengatakan ada sabotase yang mengakibatkan delay berkepanjangan sampai dengan kemarin dan berpotensi masih berefek pada hari ini. “Sabotasenya ya karena keuangan juga. Tapi ini juga ramai dibilangnya karena di atas lagi ada perebutan kekuasaan,” ujarnya, enggan disebutkan nama, kemarin.
Diminta pendapatnya terkait hal itu, pengamat penerbangan, Gerry Soejatman, mengaku heran dengan besarnya dampak ditimbulkan jika alasannya hanya karena tiga pesawat rusak. “Catatan saya ada 13 jadwal penerbangan, mungkin lebih, yang batal terbang. Lalu ada sekitar 50 jadwal yang delay. Ini aneh. Tidak masuk akal,” ucapnya, kemarin.
Maka Gerry sepakat jika memang ada yang mengatakan Lion Air sedang menghadapi persoalan finansial. “Saya coba tanya ke orang Lion, ada apa tidak pilot yang mogok, sebab ada yang mengatakan begitu. Tetapi katanya tidak ada yang mogok. Jadi indikasi karena faktor finansialnya semakin kuat. Bisa iya (faktor keuangan), bisa lebih dari itu,” ungkapnya. Gerry enggan menyebut ada persoalan besar apa yang dimaksud lebih dari sekadar finansial itu.
JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Lion Air Group terindikasi menghadapi persoalan internal serius, sama bahkan bisa lebih serius dibandingkan dampak yang diakibatkan sejumlah delay dan pembatalan jadwal penerbangan yang menimbulkan kericuhan di bandara, terutama bandara Soekarno Hatta. Maskapai yang didirikan Rusdi Kirana itu menghadapi persoalan keuangan.
Lion Air disebut-sebut mengalami kerugian finansial sehingga dikhawatirkan akan bangkrut. Indikatornya karena sejumlah pesawat belum boleh digunakan karena belum membayar uang sewa. Efek berantai kemudian diderita maskapai berlambang singa merah itu.
Sumber Jawa Pos (grup Sumut Pos) lain mengatakan ada sabotase yang mengakibatkan delay berkepanjangan sampai dengan kemarin dan berpotensi masih berefek pada hari ini. “Sabotasenya ya karena keuangan juga. Tapi ini juga ramai dibilangnya karena di atas lagi ada perebutan kekuasaan,” ujarnya, enggan disebutkan nama, kemarin.
Diminta pendapatnya terkait hal itu, pengamat penerbangan, Gerry Soejatman, mengaku heran dengan besarnya dampak ditimbulkan jika alasannya hanya karena tiga pesawat rusak. “Catatan saya ada 13 jadwal penerbangan, mungkin lebih, yang batal terbang. Lalu ada sekitar 50 jadwal yang delay. Ini aneh. Tidak masuk akal,” ucapnya, kemarin.
Maka Gerry sepakat jika memang ada yang mengatakan Lion Air sedang menghadapi persoalan finansial. “Saya coba tanya ke orang Lion, ada apa tidak pilot yang mogok, sebab ada yang mengatakan begitu. Tetapi katanya tidak ada yang mogok. Jadi indikasi karena faktor finansialnya semakin kuat. Bisa iya (faktor keuangan), bisa lebih dari itu,” ungkapnya. Gerry enggan menyebut ada persoalan besar apa yang dimaksud lebih dari sekadar finansial itu.