32 C
Medan
Tuesday, July 2, 2024

Awal Oktober, Harga Premium Naik

SPBU
SPBU

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Harga bahan bakar minyak (BBM) jenis premium dan solar kemungkinan bakal naik pada awal Oktober 2016 mendatang. Harga baru diputuskan akhir bulan ini, sembari menunggu perkembangan harga minyak dunia hingga 25 September nanti.

Direktur Pemasaran Pertamina, Ahmad Bambang mengungkapkan, harga premium dan solar yang dipatok tetap selama 6 bulan terakhir, berdampak pada keuangan Pertamina. Terutama harga solar Rp5.150 per liter, yang dinilai tidak ekonomis lagi.

“Solar sudah jelas rugi. Kami usulkan naik (harga, Red),” tutur Abe, sapaan akrab Ahmad Bambang kepada Jawa Pos (Grup Sumut Pos), Selasa (20/9).

Kerugian juga dialami saat Pertamina menjual premium di area Jawa-Madura-Bali seharga Rp6.450 per liter. Meski merugi, Abe mengakui, defisit penjualan premium tidak sebesar solar. “Premium naiknya mungkin hanya sedikit,” jelasnya.

Namun, meski mengaku Pertamina menderita kerugian, Abe menolak membuka data defisit Pertamina dari penjualan dua BBM paling populer tersebut. Harga premium dan solar yang berlaku saat ini ditetapkan sejak 1 April 2016. Ketika itu harga premium turun dari awalnya Rp7.050 per liter. Harga solar juga anjlok dari Rp5.750 per liter. Harga minyak dunia jenis brent pada akhir Maret mencapai 41-42 dolar AS per barel.

Saat mengumumkan kenaikan harga BBM, Menteri ESDM, Sudirman Said menegaskan, harga BBM baru akan ditinjau pada akhir September. Sebab, Juni-Juli bertepatan dengan Ramadan dan Lebaran. Pada Agustus dan September, ada perayaan Idul Adha.

Berdasar peraturan Presiden, harga BBM seharusnya ditinjau setiap 3 bulan atau pada akhir Juni. Jika mengacu pergerakan harga minyak dunia jenis brent pada periode April hingga Juni, harga BBM pada awal Juli seharusnya naik.

Alasannya, harga minyak dunia pada Juni menyentuh 54 dolar AS per barel. Baru pada Juli dan Agustus, harganya turun lagi menjadi 42 dolar AS per barel. Senin (19/9), harga minyak dunia berkisar 46 dolar AS per barel.

Dirjen Migas, IGN Wiratmaja Puja menjelaskan, pemerintah sudah menghitung kisaran harga BBM saat ini untuk bertahan selama 6 bulan. Karena itu, ia meyakini defisit yang ditanggung Pertamina tidak banyak. “Kan sudah kami hitung untuk menjaga masa berlaku selama enam bulan,” terangnya.

Klaim kerugian Pertamina baru bisa dipastikan pada akhir tahun. Saat itu auditor keuangan negara akan mengaudit keuangan Pertamina dari distribusi BBM. Jika ada kerugian, pemerintah bakal menggantinya dalam bentuk penyertaan modal negara (PMN), atau bentuk subsidi lain.

Bila ternyata Pertamina masih mendapatkan keuntungan dari tataniaga BBM, hasilnya akan diputuskan untuk disimpan sebagai bantalan tahun fiskal 2017, atau diambil negara.

Meski demikian, Wiratmaja menyatakan, plus-minus yang dialami Pertamina saat ini masih sesuai dengan proyeksi. “Untuk harga baru BBM pada awal Oktober, tunggu pantauan sampai 25 September,” pungkasnya. (dim/c14/noe/jpg/saz)

SPBU
SPBU

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Harga bahan bakar minyak (BBM) jenis premium dan solar kemungkinan bakal naik pada awal Oktober 2016 mendatang. Harga baru diputuskan akhir bulan ini, sembari menunggu perkembangan harga minyak dunia hingga 25 September nanti.

Direktur Pemasaran Pertamina, Ahmad Bambang mengungkapkan, harga premium dan solar yang dipatok tetap selama 6 bulan terakhir, berdampak pada keuangan Pertamina. Terutama harga solar Rp5.150 per liter, yang dinilai tidak ekonomis lagi.

“Solar sudah jelas rugi. Kami usulkan naik (harga, Red),” tutur Abe, sapaan akrab Ahmad Bambang kepada Jawa Pos (Grup Sumut Pos), Selasa (20/9).

Kerugian juga dialami saat Pertamina menjual premium di area Jawa-Madura-Bali seharga Rp6.450 per liter. Meski merugi, Abe mengakui, defisit penjualan premium tidak sebesar solar. “Premium naiknya mungkin hanya sedikit,” jelasnya.

Namun, meski mengaku Pertamina menderita kerugian, Abe menolak membuka data defisit Pertamina dari penjualan dua BBM paling populer tersebut. Harga premium dan solar yang berlaku saat ini ditetapkan sejak 1 April 2016. Ketika itu harga premium turun dari awalnya Rp7.050 per liter. Harga solar juga anjlok dari Rp5.750 per liter. Harga minyak dunia jenis brent pada akhir Maret mencapai 41-42 dolar AS per barel.

Saat mengumumkan kenaikan harga BBM, Menteri ESDM, Sudirman Said menegaskan, harga BBM baru akan ditinjau pada akhir September. Sebab, Juni-Juli bertepatan dengan Ramadan dan Lebaran. Pada Agustus dan September, ada perayaan Idul Adha.

Berdasar peraturan Presiden, harga BBM seharusnya ditinjau setiap 3 bulan atau pada akhir Juni. Jika mengacu pergerakan harga minyak dunia jenis brent pada periode April hingga Juni, harga BBM pada awal Juli seharusnya naik.

Alasannya, harga minyak dunia pada Juni menyentuh 54 dolar AS per barel. Baru pada Juli dan Agustus, harganya turun lagi menjadi 42 dolar AS per barel. Senin (19/9), harga minyak dunia berkisar 46 dolar AS per barel.

Dirjen Migas, IGN Wiratmaja Puja menjelaskan, pemerintah sudah menghitung kisaran harga BBM saat ini untuk bertahan selama 6 bulan. Karena itu, ia meyakini defisit yang ditanggung Pertamina tidak banyak. “Kan sudah kami hitung untuk menjaga masa berlaku selama enam bulan,” terangnya.

Klaim kerugian Pertamina baru bisa dipastikan pada akhir tahun. Saat itu auditor keuangan negara akan mengaudit keuangan Pertamina dari distribusi BBM. Jika ada kerugian, pemerintah bakal menggantinya dalam bentuk penyertaan modal negara (PMN), atau bentuk subsidi lain.

Bila ternyata Pertamina masih mendapatkan keuntungan dari tataniaga BBM, hasilnya akan diputuskan untuk disimpan sebagai bantalan tahun fiskal 2017, atau diambil negara.

Meski demikian, Wiratmaja menyatakan, plus-minus yang dialami Pertamina saat ini masih sesuai dengan proyeksi. “Untuk harga baru BBM pada awal Oktober, tunggu pantauan sampai 25 September,” pungkasnya. (dim/c14/noe/jpg/saz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/