29 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Ayam dan Telur Bisa Kerek Inflasi Mei

Ayam dan telur kerek inflasi di Mei.
Ayam dan telur kerek inflasi di Mei.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Bank Indonesia (BI) memprediksi sepanjang Mei 2014 harga-harga barang kembali mengalami tekanan. Berdasarkan survei pemantauan harga hingga pekan kedua, otoritas moneter memproyeksi pada akhir bulan ini terjadi inflasi. Namun, level inflasi masih cukup rendah sekitar 0,2 persen dibandingkan April 2014 (month to month/mtm).

“Inflasi yang masih kami perhatikan adalah dari pangan dan juga masalah kelancaran distribusi di kawasan timur Indonesia seperti Sulawesi, Maluku, dan Papua,” kata Gubernur Bank BI Agus D.W. Martowardojo usai Rakornas V Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) di Hotel Sahid, Jakarta, kemarin (21/5).

Merujuk catatan Badan Pusat Statistik (BPS), prediksi inflasi tersebut cenderung lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Misalnya, pada periode yang sama tahun lalu, justru mencatat deflasi 0,03 persen. Sementara 2011 dan 2012 masing-masing inflasi 0,07 persen dan 0,12 persen.

Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, sejatinya beberapa bahan makanan seperti bawang, cabai, dan beras masih mengalami deflasi meski porsinya tidak terlalu besar. “Namun yang sudah agak naik seperti telur dan ayam meras,” tuturnya.

Lantaran itu, menurut perhitungan BI, hingga akhir bulan ini inflasi bisa berada di level 0,2 persen (mtm). “Secara year on year (yoy) hampir sama dengan bulan sebelumnya di kisaran 7,2 persen,” sebutnya. Sebagaimana diketahui, inflasi pada April 2014 lalu mencapai 7,25 persen.

Sementara itu, selain dari Bank Indonesia dan segenap Gubernur dan Bupati atau walikota se-tanah air, acara rakornas V TPID tersebut juga dihadiri jajaran menteri di bidang ekonomi. Antara lain Menko Perekonomian Chairul Tanjung, Menteri Keuangan Chatib Basri, Menteri Perdagangan M. Lutfi, Menteri Perhubungan E.E. Mangindaan, hingga Wakil Menteri Pekerjaan Umum Hermanto Dardak.

Dalam rakornas tersebut, Chairul Tanjung menekankan adanya nomenklatur yang melegalisasi upaya pemerintah daerah dalam menggunaan dana kontinjensi daerah untuk stabilitas harga. “Dana tersebut bisa digunakan saat krisis maupun menjelang puasa dan lebaran, atau awal tahun. Namun jika ada payung hukumnya, di kemudian hari tidak dipermasalahkan auditor,” katanya. (gal/sof)

Ayam dan telur kerek inflasi di Mei.
Ayam dan telur kerek inflasi di Mei.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Bank Indonesia (BI) memprediksi sepanjang Mei 2014 harga-harga barang kembali mengalami tekanan. Berdasarkan survei pemantauan harga hingga pekan kedua, otoritas moneter memproyeksi pada akhir bulan ini terjadi inflasi. Namun, level inflasi masih cukup rendah sekitar 0,2 persen dibandingkan April 2014 (month to month/mtm).

“Inflasi yang masih kami perhatikan adalah dari pangan dan juga masalah kelancaran distribusi di kawasan timur Indonesia seperti Sulawesi, Maluku, dan Papua,” kata Gubernur Bank BI Agus D.W. Martowardojo usai Rakornas V Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) di Hotel Sahid, Jakarta, kemarin (21/5).

Merujuk catatan Badan Pusat Statistik (BPS), prediksi inflasi tersebut cenderung lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Misalnya, pada periode yang sama tahun lalu, justru mencatat deflasi 0,03 persen. Sementara 2011 dan 2012 masing-masing inflasi 0,07 persen dan 0,12 persen.

Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, sejatinya beberapa bahan makanan seperti bawang, cabai, dan beras masih mengalami deflasi meski porsinya tidak terlalu besar. “Namun yang sudah agak naik seperti telur dan ayam meras,” tuturnya.

Lantaran itu, menurut perhitungan BI, hingga akhir bulan ini inflasi bisa berada di level 0,2 persen (mtm). “Secara year on year (yoy) hampir sama dengan bulan sebelumnya di kisaran 7,2 persen,” sebutnya. Sebagaimana diketahui, inflasi pada April 2014 lalu mencapai 7,25 persen.

Sementara itu, selain dari Bank Indonesia dan segenap Gubernur dan Bupati atau walikota se-tanah air, acara rakornas V TPID tersebut juga dihadiri jajaran menteri di bidang ekonomi. Antara lain Menko Perekonomian Chairul Tanjung, Menteri Keuangan Chatib Basri, Menteri Perdagangan M. Lutfi, Menteri Perhubungan E.E. Mangindaan, hingga Wakil Menteri Pekerjaan Umum Hermanto Dardak.

Dalam rakornas tersebut, Chairul Tanjung menekankan adanya nomenklatur yang melegalisasi upaya pemerintah daerah dalam menggunaan dana kontinjensi daerah untuk stabilitas harga. “Dana tersebut bisa digunakan saat krisis maupun menjelang puasa dan lebaran, atau awal tahun. Namun jika ada payung hukumnya, di kemudian hari tidak dipermasalahkan auditor,” katanya. (gal/sof)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/