29 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Rupiah Melemah Untungkan Pengusaha Furnitur dan Sawit

DIBALIK efek negatif dari pelemahan rupiah, masih ada satu sisi yang bisa dimanfaatkan oleh pengusaha. Khususnya bagi pengusaha atau industri yang berbasis pada ekspor. Untuk itu, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) menghimbau agar pengusaha memanfaatkan momentum ini untuk menggenjot ekspornya.

Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perbankan dan Finansial, Rosan P Roeslani, berkata, secara umum, pelemahan rupiah sangat mengganggu stabilitas ekonomi Indonesia.

Pelemahan ini nantinya bakal menimbulkan efek domino yang sangat besar bagi perekonomian nasional. Secara jangka panjang itu bukan yang diinginkan oleh dunia usaha, tapi secara jangka pendek situasi ini bisa dimanfaatkan oleh ekportir.
“Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang saat ini hampir mencapai Rp11 ribu, seharusnya itu momentum pengusaha untuk menggenjot ekspornya. Apalagi saat ini neraca perdagangan Indonesia juga tengah mengalami defisit yang cukup besar. Peningkatan ekspor bakal sangat membantu,” jelasnya, kemarin.

‘’Beberapa industri yang diuntungkan yakni pelaku agroindustri dan eksportir komoditas pertanian,’’ dia menambahkan.
Sektor industri tersebut bahan bakunya diperoleh dari produksi dalam negeri, sehingga transaksi pembelian bahan baku menggunakan rupiah. Beberapa contoh sektor agroindustri yaitu industri pengolahan coklat, industri pulp and paper, furniture, dan minyak kelapa sawit (CPO).

“Jika pelemahan rupiah berkisar 6-7 persen seperti bulan lalu, pengusaha masih bisa mengatasinya. Tapi kalau saat ini yang sudah mencapai 10 persen itu sudah membuat pengusaha ketar-ketir. Ini menjadi lampu kuning bagi kami,” jelasnya. Pihaknya berharap pelemahan rupiah tidak lari melebihi 10 persen. Sebab jika itu terjadi pengusaha bakal kesulitan mengatur kembali perencanaan bisnisnya.

Dia menghimbau kepada pemerintah agar segera segera menyiapkan tindakan untuk mengatasi situai ini. Pemerintah harus memperhatikan cadangan devisa. Salah satunya dengan menggenjot potensi ekspor. Selain itu, lanjut Rosan, Bank Indonesia juga harus merangkul pengusaha swasta atau pun BUMN agar tidak berspekulasi yang bisa mendorong rupiah semakin kritis. Misalkan saja dengan menjual atau menyimpan valas ke luar negeri. Jika itu terjadi maka akan terus memperburuk rupiah.

Di lain pihak, Ketua Umum Dewan Karet Indonesia Aziz Pane menyebutkan pelemahan rupiah tidak mutlak menguntungkan bagi kegiatan ekspor agroindustri. Sebab perekonomian dunia belum membaik, sehingga harga komoditas melemah dan volume permintaan ekspor menurun. “Tidak sepenuhnya kemerosotan nilai tukar rupiah ini dapat kami nikmati. Pelemahan perekonomian dunia masih berlangsung sehingga hasil yang kami dapatkan sama saja,” katanya.

Hanya saja, menurut Guru Besar Komunikasi Politik UI, Prof Tjipta Lesmana, bila pemerintah tidak cepat bertindak dan bisa menstabilkan kembali rupiah, Tjipta memprediksi krisis moneter sebagaimana terjadi pada tahun 1997/1998 akan kembali terulang. Saat itu juga rupiah terus melemah hanya dalam hitungan hari, sampai akhirnya tembus Rp17 ribu per dollar AS. “Bila tidak direm, krismon bisa terulang. Habislah ekonomi kita,” kata Tjipta. (uma/bbs/jpnn)

DIBALIK efek negatif dari pelemahan rupiah, masih ada satu sisi yang bisa dimanfaatkan oleh pengusaha. Khususnya bagi pengusaha atau industri yang berbasis pada ekspor. Untuk itu, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) menghimbau agar pengusaha memanfaatkan momentum ini untuk menggenjot ekspornya.

Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perbankan dan Finansial, Rosan P Roeslani, berkata, secara umum, pelemahan rupiah sangat mengganggu stabilitas ekonomi Indonesia.

Pelemahan ini nantinya bakal menimbulkan efek domino yang sangat besar bagi perekonomian nasional. Secara jangka panjang itu bukan yang diinginkan oleh dunia usaha, tapi secara jangka pendek situasi ini bisa dimanfaatkan oleh ekportir.
“Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang saat ini hampir mencapai Rp11 ribu, seharusnya itu momentum pengusaha untuk menggenjot ekspornya. Apalagi saat ini neraca perdagangan Indonesia juga tengah mengalami defisit yang cukup besar. Peningkatan ekspor bakal sangat membantu,” jelasnya, kemarin.

‘’Beberapa industri yang diuntungkan yakni pelaku agroindustri dan eksportir komoditas pertanian,’’ dia menambahkan.
Sektor industri tersebut bahan bakunya diperoleh dari produksi dalam negeri, sehingga transaksi pembelian bahan baku menggunakan rupiah. Beberapa contoh sektor agroindustri yaitu industri pengolahan coklat, industri pulp and paper, furniture, dan minyak kelapa sawit (CPO).

“Jika pelemahan rupiah berkisar 6-7 persen seperti bulan lalu, pengusaha masih bisa mengatasinya. Tapi kalau saat ini yang sudah mencapai 10 persen itu sudah membuat pengusaha ketar-ketir. Ini menjadi lampu kuning bagi kami,” jelasnya. Pihaknya berharap pelemahan rupiah tidak lari melebihi 10 persen. Sebab jika itu terjadi pengusaha bakal kesulitan mengatur kembali perencanaan bisnisnya.

Dia menghimbau kepada pemerintah agar segera segera menyiapkan tindakan untuk mengatasi situai ini. Pemerintah harus memperhatikan cadangan devisa. Salah satunya dengan menggenjot potensi ekspor. Selain itu, lanjut Rosan, Bank Indonesia juga harus merangkul pengusaha swasta atau pun BUMN agar tidak berspekulasi yang bisa mendorong rupiah semakin kritis. Misalkan saja dengan menjual atau menyimpan valas ke luar negeri. Jika itu terjadi maka akan terus memperburuk rupiah.

Di lain pihak, Ketua Umum Dewan Karet Indonesia Aziz Pane menyebutkan pelemahan rupiah tidak mutlak menguntungkan bagi kegiatan ekspor agroindustri. Sebab perekonomian dunia belum membaik, sehingga harga komoditas melemah dan volume permintaan ekspor menurun. “Tidak sepenuhnya kemerosotan nilai tukar rupiah ini dapat kami nikmati. Pelemahan perekonomian dunia masih berlangsung sehingga hasil yang kami dapatkan sama saja,” katanya.

Hanya saja, menurut Guru Besar Komunikasi Politik UI, Prof Tjipta Lesmana, bila pemerintah tidak cepat bertindak dan bisa menstabilkan kembali rupiah, Tjipta memprediksi krisis moneter sebagaimana terjadi pada tahun 1997/1998 akan kembali terulang. Saat itu juga rupiah terus melemah hanya dalam hitungan hari, sampai akhirnya tembus Rp17 ribu per dollar AS. “Bila tidak direm, krismon bisa terulang. Habislah ekonomi kita,” kata Tjipta. (uma/bbs/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/