31.7 C
Medan
Monday, May 20, 2024

Rupiah Terus Melemah

MEDAN- Kenaikan tukar nilai mata uang dollar terhadap rupiah akan berdampak besar pada importir yang menggunakan dollar AS dalam transaksi. Di Sumut, imbas dari kenaikan mata uang Amerika Serikat ini menyasar para importir buah yang dipastikan menahan diri untuk memasukkan berbagai jenis buah impor ke Sumut.

Karyawati Bank BNI Surabaya Pangeran didampingi CEO BNI Surabaya Dasuki Amsir mengganti kurs valuta asing (valas)  Bank BNI Surabaya Pangeran, Rabu (21/8) kemarin//Jawa Pos
Karyawati Bank BNI Surabaya Pangeran didampingi CEO BNI Surabaya Dasuki Amsir mengganti kurs valuta asing (valas) di Bank BNI Surabaya Pangeran, Rabu (21/8) kemarin//Jawa Pos

Dari data yang diperoleh Sumut Pos, pasokan buah impor tercatat salah satu komoditi  favorit para importir di Sumut. Angka ini bisa dilihat dari data impor komoditas buah-buahan yang masuk urutan empat besar dari 480 jenis komoditas impor Sumut melalui terminal peti kemas Belawan International Container Terminal (BICT).

Asisten Manajer Hukum dan Humas Pelindo I BICT Tengku Irfansyah, menyebutkan, selama Januari-Mei 2013, impor buah segar yang masuk ke Sumut  melalui terminal peti kemas Belawan International Container Terminal (BICT) sebanyak 24.766 ton.

‘’Meskipun jumlah itu menunjukan penurunan volume sebesar 12,20 persen jika dibandingkan periode serupa pada 2012 yakni sebanyak 28.209 ton, tapi kesukaan masyarakat di Sumut untuk mengonsumsi buah-buahan impor belum surut,’’ katanya, kemarin.

Tercatat, lanjut dia, sejak tahun 2010, importasi komoditas buah segar dari manca negara ke Sumut terus meningkat. Adapun jenis buah segar impor Sumut yang masuk melalui terminal peti kemas BICT diantaranya buah apel, anggur, jeruk dan buah pir.

Selain di sejumlah plaza dan mall di Kota Medan, dikatakan lagi, buah impor yang banyak dipasok dari China, Amerika Serikat dan Australia yang menyerbu Sumut itu kini sangat mudah ditemukan di Kawasan Glugur, Pulau Brayan, Jalan Veteran Desa Manunggal Labuhan Deli, Jalan Marelan Raya, kawasan Singkong Belawan, dan bahkan masuk ke pasar-pasar tradisional di sejumlah daerah di Sumut.

‘’Kerja sama perdagangan bebas antara Indonesia dengan Pakistan, juga membuat pasar impor buah jeruk kino asal Pakistan dipastikan akan menjadi incaran para importir untuk dipasok ke Indonesia karena bea masuk (BM) nya telah nol persen,’’ pungkasnya.

Sekretaris Gabungan Pengusaha Ekspor Impor Indonesia Sumut yang dihubungi Sumut Pos, Rabu (21/8), Sofyan Subang, membenarkan, sektor yang paling terkena imbasnya adalah pelaku industri dan importir buah. Karena di Sumut banyak beredar buah impor yang berasal dari Cina, Australia, Pakistan, Amerika, dan lainnya. “Jadi bisa saja kita kesulitan membeli buah impor karena akan kebijakan pengurangan kuota impor dari pengusaha sektor ini,” ujarnya.

Dengan kenaikan harga dollar, Sofyan mengisyaratkan, masyarakat di Sumut akan beralih mengonsumsi buah lokal. Dengan syarat, harga buah lokal jangan dinaikkan. “Buah impor dikejar masyarakat karena harganya lebih murah dibandingkan buah lokal. Kalau harga buah lokal naik, ya sama saja,” jelasnya.

Dikatakan dia, industri  lainnya yang ikut terkena imbas adalah mi instan, roti, biskuit, serta industri manufaktur. ‘’Ada sekitar 60 persen industri manufaktur masih disuplai dari bahan baku impor. Misalkan saja industri makanan dan minuman, pengolahan logam, industri tekstil, elektronika, serta otomotif,’’ katanya.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S Lukman menyatakan pihaknya saat ini telah bersiap-siap menaikkan harga jual produk makanan dan minuman. Akibat pelemahan rupiah, lanjutnya, harga pokok produksi naik sekitar 6-7 persen.  “Bahan baku industri makanan dan minuman seperti gula dan terigu kan 100 persen dipenuhi dari impor. Ini sangat berdampak pada kami,” ucapnya.

Adhi mengatakan saat ini pihaknyan masih mengamati situasi fluktuasi rupiah. Jika itu bisa diselesaikan sebelum memasuki kuartal IV atau Oktober nanti maka kenaikan harga tidak akan terjadi. Tapi jika kondisi rupiah terus anjlok, menaikkan harga merupakan jual merupakan hal yang tidak bisa dihindari.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Sumut Pos dari sejumlah dealer mobil di Medan, aksi melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar pada pekan belakangan belum  mengimbas pada penjualan mobil. Sejumlah dealer mobil mengaku ada penurunan tingkat penjualan berkisar 5-10 persen. Disamping sepi aktivitas pembelian pasca-lebaran, menguatnya nilai dollar ditengarai ikut memengaruhi harga jual kendaraan roda empat tersebut.

Saat dihubungi, Rabu (21/8), Marketing Operational Head PT Trans Sumatera Agung, Adam Malik, David Chandra, mengakui tingkat penjualan mobil Suzuki mengalami penurunan sekitar 10 persen.  “Kalau menguatnya nilai dollar bisa saja ya, tapi paling utama disebabkan aktivitas sepi beli sehabis lebaran saja,” katanya.

Penurunan penjualan mobil juga mengimbas salah satu perusahaan otomotif terbesar di Indonesia, yakni Daihatsu. Brance Manager PT Capella Medan Daihatsu, Gatot Subroto I, Zainal Wisata, mengatakan penurunan penjualan mencapai lima persen diperkirakan libur panjang selama Lebaran. “Kalau soal melemahnya rupiah terhadap dolar, saya pikir belum ada ya. Boleh jadi efeknya baru terasa bulan depan,”ujarnya.

Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) membuat beberapa tempat penukaran mata uang asing (money changer) sepi dari pengunjung. Sejumlah tempat penukaran mata uang asing sudah memperdagangkan mata uang dollar melebihi level Rp11 ribu. Salah satu tempat penukaran mata uang asing yang berada di kawasan jalan Surabaya, Medan, menjual satu dollar AS dengan harga Rp 11.200. “Sekararang itu satu dollar AS dijual harganya Rp 11.200,” ujar Muhammad Nasir, penjaga Money Changer saat ditanyai Sumut Pos, Rabu (21/8).

Nasir mengungkapkan, hanya ada sekitar 1 hingga 2 orang yang menukarkan rupiahnya ke dollar AS. Menurut dia, sepinya pembeli dolar ini dikarenakan mereka menahan diri hingga rupiah kembali normal.

Bagi sebagian orang, ungkapnya, menukarkan dolar di saat rupiah melemah adalah suatu hal yang merugikan. Sehingga, pembeli dollar pun menurun dalam beberapa hari ini.  “Baru ada 1 sampai 2 orang yang menukarkan rupiah mereka ke dollar AS. Mungkin ada urusan mendadak,”ujarnya.

Dikonfirmasi kemarin petang, Deputi Sistem Pembayaran Bank Indonesia (BI) Wilayah IX Sumut dan Aceh, Kahfi Zulkarnaen, mengatakan kenaikan dollar ini dikarenakan perekonomian di Amerika Serikat sudah membaik. Sehingga, investor kembali ke dollar. “Tapi yang pasti, kita akan menjaga agar rupiah tetap stabil,” ujarnya.

Kenaikan nilai tukar ini, membuat BI sudah mengeluarkan beberapa kebijakan, salah satunya menaikkan BI Rate dan suku bunga. “Tapi, apakah sudah berjalan atau tidaknya tergantung pasar, kita lihat dululah,” ujarnya.

Pengamat ekonomi dari Universitas HKBP Nommensen, Dr Parulian Simanjuntak,  mengatakan dengan kenaikan nilai tukar ini tidak akan berimbas pada masyarakat menengah ke bawah. Tetapi akan terasa pada masyarakat kelas menengah ke atas yang pada umumnya adalah pengusaha menengah atas. “Jadi, mereka lah yang paling merasakan. Pengusaha ekspor-impor,” ujarnya.

Paling terasa lagi terhadap penukaran ini dikarenakan neraca belanja Sumut defisit. Dengan kata lain, lebih banyak impor bila dibandingkan ekspor. “Kalau kita impor untuk ekspor tidak masalah, ya, balance. Tapi, kalau lebih banyak impor ya jelas kita lebih banyak pengeluaran,” lanjutnya. Tapi kenyataannya, kata dia, Sumut kebanyakan mengimpor bahan baku dan makanan dari berbagai negara. (rul/jul/ban/mag-1)

MEDAN- Kenaikan tukar nilai mata uang dollar terhadap rupiah akan berdampak besar pada importir yang menggunakan dollar AS dalam transaksi. Di Sumut, imbas dari kenaikan mata uang Amerika Serikat ini menyasar para importir buah yang dipastikan menahan diri untuk memasukkan berbagai jenis buah impor ke Sumut.

Karyawati Bank BNI Surabaya Pangeran didampingi CEO BNI Surabaya Dasuki Amsir mengganti kurs valuta asing (valas)  Bank BNI Surabaya Pangeran, Rabu (21/8) kemarin//Jawa Pos
Karyawati Bank BNI Surabaya Pangeran didampingi CEO BNI Surabaya Dasuki Amsir mengganti kurs valuta asing (valas) di Bank BNI Surabaya Pangeran, Rabu (21/8) kemarin//Jawa Pos

Dari data yang diperoleh Sumut Pos, pasokan buah impor tercatat salah satu komoditi  favorit para importir di Sumut. Angka ini bisa dilihat dari data impor komoditas buah-buahan yang masuk urutan empat besar dari 480 jenis komoditas impor Sumut melalui terminal peti kemas Belawan International Container Terminal (BICT).

Asisten Manajer Hukum dan Humas Pelindo I BICT Tengku Irfansyah, menyebutkan, selama Januari-Mei 2013, impor buah segar yang masuk ke Sumut  melalui terminal peti kemas Belawan International Container Terminal (BICT) sebanyak 24.766 ton.

‘’Meskipun jumlah itu menunjukan penurunan volume sebesar 12,20 persen jika dibandingkan periode serupa pada 2012 yakni sebanyak 28.209 ton, tapi kesukaan masyarakat di Sumut untuk mengonsumsi buah-buahan impor belum surut,’’ katanya, kemarin.

Tercatat, lanjut dia, sejak tahun 2010, importasi komoditas buah segar dari manca negara ke Sumut terus meningkat. Adapun jenis buah segar impor Sumut yang masuk melalui terminal peti kemas BICT diantaranya buah apel, anggur, jeruk dan buah pir.

Selain di sejumlah plaza dan mall di Kota Medan, dikatakan lagi, buah impor yang banyak dipasok dari China, Amerika Serikat dan Australia yang menyerbu Sumut itu kini sangat mudah ditemukan di Kawasan Glugur, Pulau Brayan, Jalan Veteran Desa Manunggal Labuhan Deli, Jalan Marelan Raya, kawasan Singkong Belawan, dan bahkan masuk ke pasar-pasar tradisional di sejumlah daerah di Sumut.

‘’Kerja sama perdagangan bebas antara Indonesia dengan Pakistan, juga membuat pasar impor buah jeruk kino asal Pakistan dipastikan akan menjadi incaran para importir untuk dipasok ke Indonesia karena bea masuk (BM) nya telah nol persen,’’ pungkasnya.

Sekretaris Gabungan Pengusaha Ekspor Impor Indonesia Sumut yang dihubungi Sumut Pos, Rabu (21/8), Sofyan Subang, membenarkan, sektor yang paling terkena imbasnya adalah pelaku industri dan importir buah. Karena di Sumut banyak beredar buah impor yang berasal dari Cina, Australia, Pakistan, Amerika, dan lainnya. “Jadi bisa saja kita kesulitan membeli buah impor karena akan kebijakan pengurangan kuota impor dari pengusaha sektor ini,” ujarnya.

Dengan kenaikan harga dollar, Sofyan mengisyaratkan, masyarakat di Sumut akan beralih mengonsumsi buah lokal. Dengan syarat, harga buah lokal jangan dinaikkan. “Buah impor dikejar masyarakat karena harganya lebih murah dibandingkan buah lokal. Kalau harga buah lokal naik, ya sama saja,” jelasnya.

Dikatakan dia, industri  lainnya yang ikut terkena imbas adalah mi instan, roti, biskuit, serta industri manufaktur. ‘’Ada sekitar 60 persen industri manufaktur masih disuplai dari bahan baku impor. Misalkan saja industri makanan dan minuman, pengolahan logam, industri tekstil, elektronika, serta otomotif,’’ katanya.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S Lukman menyatakan pihaknya saat ini telah bersiap-siap menaikkan harga jual produk makanan dan minuman. Akibat pelemahan rupiah, lanjutnya, harga pokok produksi naik sekitar 6-7 persen.  “Bahan baku industri makanan dan minuman seperti gula dan terigu kan 100 persen dipenuhi dari impor. Ini sangat berdampak pada kami,” ucapnya.

Adhi mengatakan saat ini pihaknyan masih mengamati situasi fluktuasi rupiah. Jika itu bisa diselesaikan sebelum memasuki kuartal IV atau Oktober nanti maka kenaikan harga tidak akan terjadi. Tapi jika kondisi rupiah terus anjlok, menaikkan harga merupakan jual merupakan hal yang tidak bisa dihindari.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Sumut Pos dari sejumlah dealer mobil di Medan, aksi melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar pada pekan belakangan belum  mengimbas pada penjualan mobil. Sejumlah dealer mobil mengaku ada penurunan tingkat penjualan berkisar 5-10 persen. Disamping sepi aktivitas pembelian pasca-lebaran, menguatnya nilai dollar ditengarai ikut memengaruhi harga jual kendaraan roda empat tersebut.

Saat dihubungi, Rabu (21/8), Marketing Operational Head PT Trans Sumatera Agung, Adam Malik, David Chandra, mengakui tingkat penjualan mobil Suzuki mengalami penurunan sekitar 10 persen.  “Kalau menguatnya nilai dollar bisa saja ya, tapi paling utama disebabkan aktivitas sepi beli sehabis lebaran saja,” katanya.

Penurunan penjualan mobil juga mengimbas salah satu perusahaan otomotif terbesar di Indonesia, yakni Daihatsu. Brance Manager PT Capella Medan Daihatsu, Gatot Subroto I, Zainal Wisata, mengatakan penurunan penjualan mencapai lima persen diperkirakan libur panjang selama Lebaran. “Kalau soal melemahnya rupiah terhadap dolar, saya pikir belum ada ya. Boleh jadi efeknya baru terasa bulan depan,”ujarnya.

Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) membuat beberapa tempat penukaran mata uang asing (money changer) sepi dari pengunjung. Sejumlah tempat penukaran mata uang asing sudah memperdagangkan mata uang dollar melebihi level Rp11 ribu. Salah satu tempat penukaran mata uang asing yang berada di kawasan jalan Surabaya, Medan, menjual satu dollar AS dengan harga Rp 11.200. “Sekararang itu satu dollar AS dijual harganya Rp 11.200,” ujar Muhammad Nasir, penjaga Money Changer saat ditanyai Sumut Pos, Rabu (21/8).

Nasir mengungkapkan, hanya ada sekitar 1 hingga 2 orang yang menukarkan rupiahnya ke dollar AS. Menurut dia, sepinya pembeli dolar ini dikarenakan mereka menahan diri hingga rupiah kembali normal.

Bagi sebagian orang, ungkapnya, menukarkan dolar di saat rupiah melemah adalah suatu hal yang merugikan. Sehingga, pembeli dollar pun menurun dalam beberapa hari ini.  “Baru ada 1 sampai 2 orang yang menukarkan rupiah mereka ke dollar AS. Mungkin ada urusan mendadak,”ujarnya.

Dikonfirmasi kemarin petang, Deputi Sistem Pembayaran Bank Indonesia (BI) Wilayah IX Sumut dan Aceh, Kahfi Zulkarnaen, mengatakan kenaikan dollar ini dikarenakan perekonomian di Amerika Serikat sudah membaik. Sehingga, investor kembali ke dollar. “Tapi yang pasti, kita akan menjaga agar rupiah tetap stabil,” ujarnya.

Kenaikan nilai tukar ini, membuat BI sudah mengeluarkan beberapa kebijakan, salah satunya menaikkan BI Rate dan suku bunga. “Tapi, apakah sudah berjalan atau tidaknya tergantung pasar, kita lihat dululah,” ujarnya.

Pengamat ekonomi dari Universitas HKBP Nommensen, Dr Parulian Simanjuntak,  mengatakan dengan kenaikan nilai tukar ini tidak akan berimbas pada masyarakat menengah ke bawah. Tetapi akan terasa pada masyarakat kelas menengah ke atas yang pada umumnya adalah pengusaha menengah atas. “Jadi, mereka lah yang paling merasakan. Pengusaha ekspor-impor,” ujarnya.

Paling terasa lagi terhadap penukaran ini dikarenakan neraca belanja Sumut defisit. Dengan kata lain, lebih banyak impor bila dibandingkan ekspor. “Kalau kita impor untuk ekspor tidak masalah, ya, balance. Tapi, kalau lebih banyak impor ya jelas kita lebih banyak pengeluaran,” lanjutnya. Tapi kenyataannya, kata dia, Sumut kebanyakan mengimpor bahan baku dan makanan dari berbagai negara. (rul/jul/ban/mag-1)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/