MEDAN- Walau pun secara rata-rata ekspor Sumatera Utara terus mengalami penurunan, tidak terlalu berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Terbukti di beberapa sektor, seperti komoditi rempah-rempah dan hasil laut.
Kepala Seksi Ekspor Hasil Pertanian dan Pertambangan Subdis Perdagangan Luar Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sumut Fitra Kurnia mengatakan, komoditi rempah dan hasil laut udang cukup membantu perdagangan nilai ekspor Sumut di tengah anjloknya ekspor komoditi unggulan daerah ini.
“Dari data SKA, nilai ekspor crude palm oil (CPO), biji coklat, karet dan lainnya mengalami penurunan cukup tinggi. Kita hanya terbantu dari rempah dan hasil laut udang,” katanya. Dari data realisasi ekspor hasil pertanian dan pertambangan berdasarkan surat keterangan asal (SKA) hingga Oktober 2012, nilai ekspor rempah-rempah mengalami kenaikan 54,21% menjadi USD9,599 juta dari periode sama tahun sebelumnya sebesar USD6,225 juta. Sedangkan nilai ekspor hasil laut udang Sumut naik 24,27% menjadi USD108,76 juta dari periode sama tahun sebelumnya USD87,513 juta.
Sementara realisasi ekspor komoditi unggulan Sumut yakni CPO dan turunannya hingga Oktober 2012 mengalami penurunan 22,34% menjadi USD2,524 miliar dari periode sama tahun lalu USD3,251 miliar. Sedangkan nilai ekspor biji coklat turun 25,03% dari periode Oktober 2011 sebesar USD82,332 juta menjadi USD61,721 juta pada Oktober 2012. Kemudian, karet turun 35,54% menjadi USD557,802 juta dari periode sama tahun sebelumnya USD865,408 juta.
Permintaan rempah pada umumnya berasal dari Amerika Serikat, Jerman, Brazil, Malaysia, Bangladesh, Mesir dan Yunani. Rempah dimanfaatkan untuk penambah atau penyedap makanan. Salah satu jenis rempah yang cukup tinggi yaitu kayu manis. “Kayu manis dipakai sebagai pendamping minum kopi jadi ada trend menikmati kopi dengan kayu manis,” ujarnya. (ram)