Pertemuan negara-negara yang tergabung dalam G-20 sepakat untuk menunjuk Jepang sebagai koordinator kajian penghimpunan dana dalam bentuk pooling fund. Dana yang dihimpun tersebut akan digunakan untuk melakukan stabilisasi harga pangan dunia.
Hal ini dikatakan Menteri Keuangan Agus Martowardoyo di Gedung DPR-RI, Senayan, Jakarta, Rabu (23/2). “Kemarin dipelajari kemungkinan adanya kerjasama menghimpun dana untuk financing terkait inisiatif-inisiatif meningkatkan dan menstabilitasi pangan. Pemerintah Jepang ditunjuk sebagai koordinator untuk menindaklanjuti kajian tersebut dan kajian terhadap komoditi pangan yang nantinya akan dilaporkan pada pertemuan yang akan datang,” ujar Agus.
Sebelumnya, para menteri keuangan negara-negara kelompok G-20 telah mengadakan pertemuan di Paris pekan lalu untuk membahas reformasi moneter dan tindakan-tindakan bertujuan memerangi ancaman ekonomi global.
Di samping negara-negara anggota G20, perwakilan Spanyol, Uni Emirat Arab, Ethiopia, Singapura, dan Equatorial Guinea akan ikut ambil bagian dalam pertemuan itu.
Menurut Agus, poin penting pertemuan tersebut adalah tentang ancaman harga pangan dunia. Pada saat pembahasan ancaman pangan dunia, dikaitkan dengan adanya ancaman mulai dari energi. “Dan ini yang dilihat adalah bagaimana secara internasional kita bisa mengatasi itu, atau pun secara nasional kita bisa mengatasi itu,” tuturnya.
Dikatakan Agus, di tingkat internasional, proses untuk mekanisme harga pangan itu dicari sebuah jalan agar bisa dijaga dan dikelola dengan prinsip-prinsip yang sehat. Justru yang sangat dikhawatirkan, sambung Agus, apabila ada unsur-unsur spekulatif yang dilaksanakan secara global, bisa memengaruhi harga pangan ataupun energi.
“Kita juga membicarakan kemungkinan kerjasama internasional supaya bisa meningkatkan ketahanan pangan. Itu tak hanya meliputi bagaimana pangan itu tersedia, tapi juga sampai mempersiapkan teknologi yang lebih baik untuk meningkatkan produktivitas pangan. Bagaimana memecahkan masalah lahan,memecahkan masalah sumber daya manusia, kesiapan bibit, dan semua aspek yang terkait dengan pangan,” papar Agus. (net/jpnn)