SUMUTPOS.CO- Saatnya Pemerintah Joko Widodo belajar dari kegagalan pemerintah Soeharto atasi krisis moneter agar kejadian di masa orde baru itu tak terulangi lagi sekarang.
Begitu bunyi cuitan pertama mantan menteri kehakiman dan HAM zaman orde baru, Yusril Ihza Mahendra dalam akun twitter pribadinya @yusrilihza_Mhd, Senin (24/8).
“(Presiden Jokowi) Jangan over confident, bahwa kita masih punya banyak amunisi untuk mengantisipasi ancaman krisis ekonomi dan moneter,” ancam Yusril kemudian.
Menurut Yusril, cadangan devisa Indonesia saat ini tidak terlalu besar dan mampu untuk intervensi makin melemahnya nilai tukar rupiah. Ditambah lagi, utang luar negeri pemerintah dan swasta dalam US Dollar yang jatuh tempo akhir tahun ini pasti membengkak.
“Ini menyedot visa,” lanjut cuit mantan mensesneg itu.
Yusril menambahkan penerimaan APBN terutama dari pajak dan pertambangan jauh dari memenuhi target. “Saat ini Indonesia dalam kesulitan besar,” tegas Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) itu.
Masih kata dia, eskpor andalan Indonesia saat ini juga anjlok karena situasi ekonomi dari Tiongkok dan melemahnya permintaan dari negara-negara tujuan eskpor. Yusril pun mempertanyakan cara-cara apa yang akan digunakan oleh Jokowi dan jajaran menterinya saat ini.
“Dengan cara apa atasi kesulitan itu? Tambah utang baru ke bank dunia, ADB dan lain-lain. Justru memperparah keadaan,” jelas Yusril.
Atas dasar itu, Yusril pun mendoakan agar presiden Jokowi punya jurus-jurus sakti atasi ancaman ekonomi ini. “Saya tidak ahli, tapi ikut terlibat tangani dampak krisis mulai tahun 1999,” demikian Yusril. (sam/jpg/rbb)
SUMUTPOS.CO- Saatnya Pemerintah Joko Widodo belajar dari kegagalan pemerintah Soeharto atasi krisis moneter agar kejadian di masa orde baru itu tak terulangi lagi sekarang.
Begitu bunyi cuitan pertama mantan menteri kehakiman dan HAM zaman orde baru, Yusril Ihza Mahendra dalam akun twitter pribadinya @yusrilihza_Mhd, Senin (24/8).
“(Presiden Jokowi) Jangan over confident, bahwa kita masih punya banyak amunisi untuk mengantisipasi ancaman krisis ekonomi dan moneter,” ancam Yusril kemudian.
Menurut Yusril, cadangan devisa Indonesia saat ini tidak terlalu besar dan mampu untuk intervensi makin melemahnya nilai tukar rupiah. Ditambah lagi, utang luar negeri pemerintah dan swasta dalam US Dollar yang jatuh tempo akhir tahun ini pasti membengkak.
“Ini menyedot visa,” lanjut cuit mantan mensesneg itu.
Yusril menambahkan penerimaan APBN terutama dari pajak dan pertambangan jauh dari memenuhi target. “Saat ini Indonesia dalam kesulitan besar,” tegas Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) itu.
Masih kata dia, eskpor andalan Indonesia saat ini juga anjlok karena situasi ekonomi dari Tiongkok dan melemahnya permintaan dari negara-negara tujuan eskpor. Yusril pun mempertanyakan cara-cara apa yang akan digunakan oleh Jokowi dan jajaran menterinya saat ini.
“Dengan cara apa atasi kesulitan itu? Tambah utang baru ke bank dunia, ADB dan lain-lain. Justru memperparah keadaan,” jelas Yusril.
Atas dasar itu, Yusril pun mendoakan agar presiden Jokowi punya jurus-jurus sakti atasi ancaman ekonomi ini. “Saya tidak ahli, tapi ikut terlibat tangani dampak krisis mulai tahun 1999,” demikian Yusril. (sam/jpg/rbb)