26 C
Medan
Monday, October 21, 2024
spot_img

PPKS Ditarget Buka di 9 Daerah dan 3 Pulau

MEDAN-Sebagai satu provinsi penghasil sawit terbesar di Indonesia saat ini, hanya Sumatera Utara yang memiliki Pusat Penilitian Kelapa Sawit (PPKS). Sumut ditunjuk langsung oleh Kementerian Riset dan Teknologi Republik Indonesia dan telah menghasilkan lebih dari 50 jenis penelitian, mulai dari makanan hingga industri.

Hal tersebut diungkapkan Menteri Negara Riset dan Teknologi Prof Dr Ir Gusti Muhammad Hatta Ms dalam kunjungannya ke kantor PPKS Jalan Brigjend Katamso Medan, Senin (24/9).
“Indonesia baru memiliki pusat unggulan IPTEK, yakni di Sumut. Ditargetkan akan dibuka lagi sekitar delapan hingga sembilan lagi di Pulau Jawa, Kalimantan dan Sulawesi,” paparnya.
Adapun alasan PPKS ditunjuk sebagai satu-satunya pusat unggulan IPTEK dari Kementerian Ristek dan Teknologi Republik Indonesia karena Sumut memiliki potensi alam yang luar biasa. Mulai dari perkebunan kelapa sawit, kopi, dan karet. Dan sejak zaman Belanda sudah diakui kualitasnya.

“Potensinya luar biasa, sektor perkebunan sudah lama dikenal, seperti karet dari zaman Belanda. Jadi itu yang perlu ditingkatkan,” lanjutnya.
Pusat unggulan IPTEK pun akan ditambah lagi dalam waktu dekat di provinsi lainnya. Namun diharapkan, pusat penelitian yang sudah ada untuk terus lakukan inovasi, sehingga mendapatkan nilai tambah.
“Tapi di bidang penelitian saja,” kata Gusti.

Sementara itu, banyaknya para peneliti handal Indonesia yang berada di luar negeri diharapkan mau bersumbangsih terhadap tanah air. Soal insentif telah dipikirkan untuk diberikan yang layak.
“Untuk peneliti kita yang ada di luar negeri sudah kita panggil. Dan ternyata mereka masih komit dengan kita. Namun belum berani suruh mereka balik kampung karena kami harus sediakan sarana dan prasarana dahulu,” jelas Gusti lagi.
Direktur Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPSK), Dr Witjaksana Darmpsarkono menuturkan, saat ini PPKS didukung oleh 59 peneliti dengan kualifikasi S3 sebanyak 15 peneliti, S2 (17 peneliti) dan S1 (27 peneliti) dengan beberapa peneliti yang akan memasuki usia pensiun dalam lima tahun ke depan. Kegiatan penelitian dan pengembangan PPKS sebagai PUI dititikberatkan pada penelitian terapan dan pengembangan tetap dilakukan untuk menopang penelitian terapan.
Kegiatan penelitian tersebut diharapkan dapat menghasilkan produk dan paket teknologi yang dapat dimanfaatkan langsung oleh masyarakat. Selain itu juga untuk praktisi perkebunan, pengambilan kebijakan, industri dan dapat mendukung pengembangan industri kelapa sawit Indonesia sebagai komoditas strategis yang berdaya saing di dunia Internasional.

Penelitian sudah dilakukan dari berbagai hal, mulai dari hulu ke hilir. Kemudian penelitian juga dilakukan untuk industri, ada bio tekstil, kompos, dan lainnya.
“Pokoknya macam-macam sudah kita teliti dan jumlah yang dihasilkannya banyak sekali. Lebih dari 50 jenis,” ujar Gusti.
Dan ke depannya, ada harapan dari PPKS untuk menemukan berbagai penelitan terkait tekhnologi untuk sawit. Sehingga kita tidak akan ketinggalan dari Malaysia, yang sudah menemukan lebih dari 100 produk turunan sawit. (ram)

MEDAN-Sebagai satu provinsi penghasil sawit terbesar di Indonesia saat ini, hanya Sumatera Utara yang memiliki Pusat Penilitian Kelapa Sawit (PPKS). Sumut ditunjuk langsung oleh Kementerian Riset dan Teknologi Republik Indonesia dan telah menghasilkan lebih dari 50 jenis penelitian, mulai dari makanan hingga industri.

Hal tersebut diungkapkan Menteri Negara Riset dan Teknologi Prof Dr Ir Gusti Muhammad Hatta Ms dalam kunjungannya ke kantor PPKS Jalan Brigjend Katamso Medan, Senin (24/9).
“Indonesia baru memiliki pusat unggulan IPTEK, yakni di Sumut. Ditargetkan akan dibuka lagi sekitar delapan hingga sembilan lagi di Pulau Jawa, Kalimantan dan Sulawesi,” paparnya.
Adapun alasan PPKS ditunjuk sebagai satu-satunya pusat unggulan IPTEK dari Kementerian Ristek dan Teknologi Republik Indonesia karena Sumut memiliki potensi alam yang luar biasa. Mulai dari perkebunan kelapa sawit, kopi, dan karet. Dan sejak zaman Belanda sudah diakui kualitasnya.

“Potensinya luar biasa, sektor perkebunan sudah lama dikenal, seperti karet dari zaman Belanda. Jadi itu yang perlu ditingkatkan,” lanjutnya.
Pusat unggulan IPTEK pun akan ditambah lagi dalam waktu dekat di provinsi lainnya. Namun diharapkan, pusat penelitian yang sudah ada untuk terus lakukan inovasi, sehingga mendapatkan nilai tambah.
“Tapi di bidang penelitian saja,” kata Gusti.

Sementara itu, banyaknya para peneliti handal Indonesia yang berada di luar negeri diharapkan mau bersumbangsih terhadap tanah air. Soal insentif telah dipikirkan untuk diberikan yang layak.
“Untuk peneliti kita yang ada di luar negeri sudah kita panggil. Dan ternyata mereka masih komit dengan kita. Namun belum berani suruh mereka balik kampung karena kami harus sediakan sarana dan prasarana dahulu,” jelas Gusti lagi.
Direktur Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPSK), Dr Witjaksana Darmpsarkono menuturkan, saat ini PPKS didukung oleh 59 peneliti dengan kualifikasi S3 sebanyak 15 peneliti, S2 (17 peneliti) dan S1 (27 peneliti) dengan beberapa peneliti yang akan memasuki usia pensiun dalam lima tahun ke depan. Kegiatan penelitian dan pengembangan PPKS sebagai PUI dititikberatkan pada penelitian terapan dan pengembangan tetap dilakukan untuk menopang penelitian terapan.
Kegiatan penelitian tersebut diharapkan dapat menghasilkan produk dan paket teknologi yang dapat dimanfaatkan langsung oleh masyarakat. Selain itu juga untuk praktisi perkebunan, pengambilan kebijakan, industri dan dapat mendukung pengembangan industri kelapa sawit Indonesia sebagai komoditas strategis yang berdaya saing di dunia Internasional.

Penelitian sudah dilakukan dari berbagai hal, mulai dari hulu ke hilir. Kemudian penelitian juga dilakukan untuk industri, ada bio tekstil, kompos, dan lainnya.
“Pokoknya macam-macam sudah kita teliti dan jumlah yang dihasilkannya banyak sekali. Lebih dari 50 jenis,” ujar Gusti.
Dan ke depannya, ada harapan dari PPKS untuk menemukan berbagai penelitan terkait tekhnologi untuk sawit. Sehingga kita tidak akan ketinggalan dari Malaysia, yang sudah menemukan lebih dari 100 produk turunan sawit. (ram)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru