32 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Perbankan Primadona Penyedia Modal Usaha

BAGUS SYAHPUTRA/Sumut Pos
Kepala Kantor OJK Regional 5 Sumbagut, Lukdir Gultom.

MEDAN,SUMUTPOS.CO – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan sektor perbankan masih menjadi primadona masyarakat Sumut dalam rangka penyediaan modal usaha. Dengan itu, perbankan memiliki peran untuk mendorong untuk pertumbuhan pelaku usaha, baik UMKM dan UKM.

“Publikasi BPS Provinsi Sumut, ekonomi Sumatera Utara Semester I 2018 tumbuh 5,02%. Bila dibandingkan dengan posisi triwulan I 2018, ekonomi Sumatera Utara telah tumbuh 2,18%,” kata Kepala Kantor OJK Regional 5 Sumatera Bagian Utara (Sumbagut), Lukdir Gultom di Kantor OJK di Medan, Rabu (19/9).

Lukdir menjelaskan untuk Semester I 2018, tiga pertumbuhan tertinggi berasal dari sektor Lapangan Usaha Jasa Pendidikan 8,94%, Informasi Komunikasi (8,29%), dan jasa perusahaan 8,01%. Dengan ini, Secara historis, ekonomi Sumut cenderung didominasi oleh Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 21,09%, Industri Pengolahan 20,28%, serta Perdagangan besar, eceran, reparasi sepeda motor 18,36%.

“Bila diamati dari berbagai sektor, kontribusi sektor Jasa Keuangan masih perlu diperbesar lagi karena hingga Semester I 2018 baru menempati urutan ke-8 dari 16 jenis lapangan usaha yang berkontribusi,” jelas Lukdir.

Dari sisi keuangan, Lukdir menjelaskan aset perbankan terus menunjukkan pertumbuhan positif dengan tren meningkat secara YoY. Aset perbankan di Sumut meningkat 7,17% (YoY) atau 4,15% (Ytd) sehingga secara keseluruhan share perbankan Sumut terhadap total aset perbankan nasional sebesar 3,04%.

“Tentunya, hasil ini merupakan sinergi positif komponen penyaluran dana Kredit/Pembiayaan sebesar ?Rp210.231 miliar (YoY tumbuh 9,26% atau 3,05% Ytd) dan kegiatan penghimpunan dana sebesar Rp224.741 miliar (YoY tumbuh 5,46% atau 3,11% Ytd),” sebut Lukdir.

Berdasarkan kondisi ini maka secara Ytd, pencapaian Sumut sebenarnya lebih tinggi dari capaian nasional untuk sementara ini. Sedangkan, untuk kegiatan penghimpunan dana mengingat nasional hanya mampu tumbuh 1,77%. Namun demikian, penyaluran Kredit/Pembiayaan masih menjadi Pekerjaan Rumah yang masih perlu ditingkatkan penetrasinya di tahun 2018.

“Meskipun secara YoY sudah melampaui target yang diharapkan (9%), tetapi posisinya masih di bawah rata-rata nasional (sementara) yang mampu melesat ke angka 11,59% (YoY) dan 5,27% (Ytd). Secara keseluruhan, kontribusi perkreditan perbankan di Sumut terhadap nasional per Juli 2018 baru sebesar 4,18%. Demikian pula halnya share realisasi penghimpunan dana yang baru sebesar 4,18%,” jelasnya.

Komponen kinerja intermediasi perbankan di Sumut juga masih relatif baik dengan LDR 93,87% konvensional dan 88,04% syariah. Ia menilai pelaksanaan peran ini diikuti dengan tatakelola perkreditan yang semakin baik sebagaimana tercermin dari NPL rata-rata masing-sebesar 2,85%.

“Secara keseluruhan, sasaran kredit/pembiayaan terbesar masih ditujukan pada sektor Pertanian, Industri Pengolahan, dan Perdagangan Besar/Eceran,” ungkap Lukdir.

Peran IKNB dalam penyediaan modal kerja di Sumut juga tidak kalah pentingnya, khususnya oleh Perusahaan Pembiayaan melalui penyediaan aset kenderaan bermotor. Hingga Juli 2018, total piutang pembiayaan yang berhasil disalurkan mencapai Rp16.406.934 juta atau tumbuh 8,70%.

“Dengan tatakelola pembiayaan relatif baik sebagaimana tercermin dari NPF: 2,62%.

Penyediaan peluang modal usaha melalui akses pasar modal juga sama baiknya. Sumut termasuk salah satu primadona pengembangan sektor pasar modal,” tutur Lukdir.

Ia menyebutkan hal ini tercermin dari beberapa data yang menunjukkan kinerja Sumut di atas rata-rata nasional, antara lain, ?SID saham sebanyak 32.008 atau secara YoY tumbuh 28%, atau masih lebih tinggi dari ratarata nasional 22% (saham).

Sementara itu, ?meskipun lebih rendah, pertumbuhan SID Reksadana Sumut (YoY: 57%) tidak terpaut jauh dibandingkan dengan nasional (YoY: 60%). Pertumbuhan kepemilikan saham di Sumut (YoY) mencapai 24% di saat nasional hanya tumbuh 18%. Hal ini juga berkorelasi dengan transaksi saham yang tumbuh 94% atau lebih tinggi dari rata-rata nasional 44%, meskipun demikian porsinya masih 2,75%. Secara keseluruhan Sumut memiliki 7 emiten, dimana sudah ada tambahan 4 emiten. (gus/ram)

BAGUS SYAHPUTRA/Sumut Pos
Kepala Kantor OJK Regional 5 Sumbagut, Lukdir Gultom.

MEDAN,SUMUTPOS.CO – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan sektor perbankan masih menjadi primadona masyarakat Sumut dalam rangka penyediaan modal usaha. Dengan itu, perbankan memiliki peran untuk mendorong untuk pertumbuhan pelaku usaha, baik UMKM dan UKM.

“Publikasi BPS Provinsi Sumut, ekonomi Sumatera Utara Semester I 2018 tumbuh 5,02%. Bila dibandingkan dengan posisi triwulan I 2018, ekonomi Sumatera Utara telah tumbuh 2,18%,” kata Kepala Kantor OJK Regional 5 Sumatera Bagian Utara (Sumbagut), Lukdir Gultom di Kantor OJK di Medan, Rabu (19/9).

Lukdir menjelaskan untuk Semester I 2018, tiga pertumbuhan tertinggi berasal dari sektor Lapangan Usaha Jasa Pendidikan 8,94%, Informasi Komunikasi (8,29%), dan jasa perusahaan 8,01%. Dengan ini, Secara historis, ekonomi Sumut cenderung didominasi oleh Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 21,09%, Industri Pengolahan 20,28%, serta Perdagangan besar, eceran, reparasi sepeda motor 18,36%.

“Bila diamati dari berbagai sektor, kontribusi sektor Jasa Keuangan masih perlu diperbesar lagi karena hingga Semester I 2018 baru menempati urutan ke-8 dari 16 jenis lapangan usaha yang berkontribusi,” jelas Lukdir.

Dari sisi keuangan, Lukdir menjelaskan aset perbankan terus menunjukkan pertumbuhan positif dengan tren meningkat secara YoY. Aset perbankan di Sumut meningkat 7,17% (YoY) atau 4,15% (Ytd) sehingga secara keseluruhan share perbankan Sumut terhadap total aset perbankan nasional sebesar 3,04%.

“Tentunya, hasil ini merupakan sinergi positif komponen penyaluran dana Kredit/Pembiayaan sebesar ?Rp210.231 miliar (YoY tumbuh 9,26% atau 3,05% Ytd) dan kegiatan penghimpunan dana sebesar Rp224.741 miliar (YoY tumbuh 5,46% atau 3,11% Ytd),” sebut Lukdir.

Berdasarkan kondisi ini maka secara Ytd, pencapaian Sumut sebenarnya lebih tinggi dari capaian nasional untuk sementara ini. Sedangkan, untuk kegiatan penghimpunan dana mengingat nasional hanya mampu tumbuh 1,77%. Namun demikian, penyaluran Kredit/Pembiayaan masih menjadi Pekerjaan Rumah yang masih perlu ditingkatkan penetrasinya di tahun 2018.

“Meskipun secara YoY sudah melampaui target yang diharapkan (9%), tetapi posisinya masih di bawah rata-rata nasional (sementara) yang mampu melesat ke angka 11,59% (YoY) dan 5,27% (Ytd). Secara keseluruhan, kontribusi perkreditan perbankan di Sumut terhadap nasional per Juli 2018 baru sebesar 4,18%. Demikian pula halnya share realisasi penghimpunan dana yang baru sebesar 4,18%,” jelasnya.

Komponen kinerja intermediasi perbankan di Sumut juga masih relatif baik dengan LDR 93,87% konvensional dan 88,04% syariah. Ia menilai pelaksanaan peran ini diikuti dengan tatakelola perkreditan yang semakin baik sebagaimana tercermin dari NPL rata-rata masing-sebesar 2,85%.

“Secara keseluruhan, sasaran kredit/pembiayaan terbesar masih ditujukan pada sektor Pertanian, Industri Pengolahan, dan Perdagangan Besar/Eceran,” ungkap Lukdir.

Peran IKNB dalam penyediaan modal kerja di Sumut juga tidak kalah pentingnya, khususnya oleh Perusahaan Pembiayaan melalui penyediaan aset kenderaan bermotor. Hingga Juli 2018, total piutang pembiayaan yang berhasil disalurkan mencapai Rp16.406.934 juta atau tumbuh 8,70%.

“Dengan tatakelola pembiayaan relatif baik sebagaimana tercermin dari NPF: 2,62%.

Penyediaan peluang modal usaha melalui akses pasar modal juga sama baiknya. Sumut termasuk salah satu primadona pengembangan sektor pasar modal,” tutur Lukdir.

Ia menyebutkan hal ini tercermin dari beberapa data yang menunjukkan kinerja Sumut di atas rata-rata nasional, antara lain, ?SID saham sebanyak 32.008 atau secara YoY tumbuh 28%, atau masih lebih tinggi dari ratarata nasional 22% (saham).

Sementara itu, ?meskipun lebih rendah, pertumbuhan SID Reksadana Sumut (YoY: 57%) tidak terpaut jauh dibandingkan dengan nasional (YoY: 60%). Pertumbuhan kepemilikan saham di Sumut (YoY) mencapai 24% di saat nasional hanya tumbuh 18%. Hal ini juga berkorelasi dengan transaksi saham yang tumbuh 94% atau lebih tinggi dari rata-rata nasional 44%, meskipun demikian porsinya masih 2,75%. Secara keseluruhan Sumut memiliki 7 emiten, dimana sudah ada tambahan 4 emiten. (gus/ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/