26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Petani Jagung Dapat Bantuan Benih

MEDAN- Petani jagung di Sumatera Utara (Sumut) akan mendapatkan Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) seluas 10.050 hektare yang akan didistribusikan Februari atau memasuki musim tanam.

Alokasi bantuan ini, mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya seluas 12.855 hektare. Untuk Calon Petani dan Calon Lokasi (CPCL) sudah diterima dari masiang-masing daerah dan tinggal menunggu distribusi benih dari pusat.

Kepala Bidang Bina Tanaman Pangan Dinas Pertanian Sumut, Jhon Albertson, mengatakan, alokasi benih ini sudah ditetapkan pemerintah untuk membantu petani dalam meningkatkan produksi jagung di Sumut.

“Untuk alokasi dan varietasnya, telah ditetapkan pemerintah, jadi daerah tinggal menerima distribusinya saja,” ujar Jhon, Kamis (26/1).
BLBU ini, jelasnya, diharapkan dapat menambah target produksi jagung di Sumut, meski hanya 10 persen petani yang mendapatkan bantuan. “Kita berpacau dalam pelaksanaan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) padi non hibrida, padi hibrida, jagung, kedelai dan kacang tanah, agar dapat terlaksana dengan cepat,” jelasnya. Sementara untuk varietas benih jagung yang diterima, diakui Jhon, memang ada yang tidak sesuai dengan kondisi daerahnya, seperti Kabupaten Karo. Bahkan tahun kemarin, daerah produksi pertanian tersebut tidak menerima jatah BLBU, sehingga direlokasikan ke Kabupaten Langkat.

Untuk varietas jagung yang diinginkan petani Kabupaten Karo, yakni Pioneer dan NK. Namun harga beli kedua varietas tersebut tidak sesuai atau lebih mahal dari yang ditetapkan pemerintah.

“Yang ditetapkan pemerintah bantuan benih dengan harga Rp50.000 per kilo, sedangkan benih yang diingkan petani harga belinya Rp60.000 hingga Rp70.000 per kilo. Memang kedua varietas yang diingkan itu sangat sesuai dan paling bagus, sehingga produksi jagung petani bertambah,” ungkap Jhon.
Namun, karena pengadaan barang dan jasa dari pusat, maka daerah  tinggal terima. BLBU yang diberi itu sebenarnya bisa saja ditanam di Sumut, karena komoditas jagung merupakan tanaman universal bisa ditanam dimana dan kapan saja. “Sebenarnya produksi jagungnya sama saja, berkisar 8 hingga 10 ton per hektar, asal perlakuan terhadap tanaman ini baik, mulai dari pemupukan maupun jarak tanam,” jelasnya.
Tahun ini, lanjutnya, BLBU akan diterima Pemkab Karo, karena memang petani masih membutuhkan bantuan benih jagung dengan varietas A1 nusantara.

Ketua Himpunan Petani Jagung Indonesia (Hipajagi) Sumut, Jemat Sebayang mengatakan, petani memang sangat membutuhkan benih jagung untuk meringankan beban produksi. “Varietas jagung bantuan ini, memang ditolak petani, karena produktivitas tanaman menjadi menurun,” ucapnya.
Bahkan, katanya, varietas benih jagung bantuan pemerintah itu ada yang kadaluarsa dan hanya memiliki produksi 3 hingga 4 ton per hektare. “Jadi bantuan itu hanya sia-sia kalau Pemkab nanti mau menerima bantuan itu, karena petani tidak mau menanamnya,” pungkasnya.

Karena petani yang tidak mau menggunakan benih bantuan tersebut, akhirnya akan menimbulkan mafia benih di pasaran. “Kita tidak mau pakai, tetapi benih tersebut masih ada di pasaran,” pungkas Jemat. (ram)

MEDAN- Petani jagung di Sumatera Utara (Sumut) akan mendapatkan Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) seluas 10.050 hektare yang akan didistribusikan Februari atau memasuki musim tanam.

Alokasi bantuan ini, mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya seluas 12.855 hektare. Untuk Calon Petani dan Calon Lokasi (CPCL) sudah diterima dari masiang-masing daerah dan tinggal menunggu distribusi benih dari pusat.

Kepala Bidang Bina Tanaman Pangan Dinas Pertanian Sumut, Jhon Albertson, mengatakan, alokasi benih ini sudah ditetapkan pemerintah untuk membantu petani dalam meningkatkan produksi jagung di Sumut.

“Untuk alokasi dan varietasnya, telah ditetapkan pemerintah, jadi daerah tinggal menerima distribusinya saja,” ujar Jhon, Kamis (26/1).
BLBU ini, jelasnya, diharapkan dapat menambah target produksi jagung di Sumut, meski hanya 10 persen petani yang mendapatkan bantuan. “Kita berpacau dalam pelaksanaan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) padi non hibrida, padi hibrida, jagung, kedelai dan kacang tanah, agar dapat terlaksana dengan cepat,” jelasnya. Sementara untuk varietas benih jagung yang diterima, diakui Jhon, memang ada yang tidak sesuai dengan kondisi daerahnya, seperti Kabupaten Karo. Bahkan tahun kemarin, daerah produksi pertanian tersebut tidak menerima jatah BLBU, sehingga direlokasikan ke Kabupaten Langkat.

Untuk varietas jagung yang diinginkan petani Kabupaten Karo, yakni Pioneer dan NK. Namun harga beli kedua varietas tersebut tidak sesuai atau lebih mahal dari yang ditetapkan pemerintah.

“Yang ditetapkan pemerintah bantuan benih dengan harga Rp50.000 per kilo, sedangkan benih yang diingkan petani harga belinya Rp60.000 hingga Rp70.000 per kilo. Memang kedua varietas yang diingkan itu sangat sesuai dan paling bagus, sehingga produksi jagung petani bertambah,” ungkap Jhon.
Namun, karena pengadaan barang dan jasa dari pusat, maka daerah  tinggal terima. BLBU yang diberi itu sebenarnya bisa saja ditanam di Sumut, karena komoditas jagung merupakan tanaman universal bisa ditanam dimana dan kapan saja. “Sebenarnya produksi jagungnya sama saja, berkisar 8 hingga 10 ton per hektar, asal perlakuan terhadap tanaman ini baik, mulai dari pemupukan maupun jarak tanam,” jelasnya.
Tahun ini, lanjutnya, BLBU akan diterima Pemkab Karo, karena memang petani masih membutuhkan bantuan benih jagung dengan varietas A1 nusantara.

Ketua Himpunan Petani Jagung Indonesia (Hipajagi) Sumut, Jemat Sebayang mengatakan, petani memang sangat membutuhkan benih jagung untuk meringankan beban produksi. “Varietas jagung bantuan ini, memang ditolak petani, karena produktivitas tanaman menjadi menurun,” ucapnya.
Bahkan, katanya, varietas benih jagung bantuan pemerintah itu ada yang kadaluarsa dan hanya memiliki produksi 3 hingga 4 ton per hektare. “Jadi bantuan itu hanya sia-sia kalau Pemkab nanti mau menerima bantuan itu, karena petani tidak mau menanamnya,” pungkasnya.

Karena petani yang tidak mau menggunakan benih bantuan tersebut, akhirnya akan menimbulkan mafia benih di pasaran. “Kita tidak mau pakai, tetapi benih tersebut masih ada di pasaran,” pungkas Jemat. (ram)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/