25 C
Medan
Sunday, September 29, 2024

Pengembangan KSPN Danau Toba, 25 April, Gojek Wara-wiri di Tobasa & Parapat

bagus syahputra/SUMUT POS
BERBINCANG: Perwakilan Gojek berbincang santai saat melakukan pertemuan dengan Badan Pelaksana Otoritas Danau Toba, Selasa (26/3).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Per 25 April 2019 kemarin, Gojek resmi wara-wiri melayani Kawasan Strategi Parisiwata Nasional (KSPN) Danau Toba. Kehadiran Gojek atas undangan Kementerian Pariwisata RI, sebagai transportasi yang bisa dinikmati wisatawan dan masyarakat setempat di kawasan Danau Toba.

“Gojek hadir di Kabupaten Toba Samosir (Tobasa) dan Parapat, Kabupaten Simalungun. Rencana pengoperasian Gojek sudah dibicarakan bersama dengan Badan Pelaksana Otoritas Danau Toba (BPODT), akhir 2018 lalu. Dari sisi kebijakan sudah sampai ke Pak Wagub, Menteri, Menko Maritim.

Delapan bupati di kawasan Danau Toba juga sudah bersedia jika nantinya gojek menyentuh mereka,” kata Senior Manager of Government Relation Gojek Regional Sumatera, Muhammad Ruslan, kepada wartawan di Kantor BPODT di Jalan Patimura, Medan, Selasa (26/3). Selain Gojek, Grab Car belum lama ini sudah mulai beroperasi di Kabupaten Tobasa, persisnya di Bandara Silangit.

Ruslan menjelaskan, kehadiran mereka tidak saja akan mempermudah transportasi dari satu lokasi objek wisata ke lokasi lain.

Namun juga akan melakukan pembinaan terhadap mitra Gojek, yakni para driver menjadi duta pariwisata Danau Toba. “Nantinya para driver harus mampu memperkenalkan objek wisata yang ada kepada para wisatawan,” cetusnya.

Selain itu, Gojek juga akan berkontribusi mengembangkan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Para pelaku UMKM akan dibina menjadi mitra Gofood, sesuai yang diinginkan konsumen. Yakni mulai dari kehalalan hingga cara pengemasan yang baik dan benar. Di aplikasi Gofood akan disebutkan makanan halal dan nonhalal, agar konsumen dapat memilih.

“Kerja sama dengan BPODT sangat menjanjikan. Jadi misalnya dari sisi UMKM. Kita akan lakukan pelatihan dengan para pelaku UMKM. Karena kita nggak mau hanya citarasanya daerahnya saja, tapi juga packaging harus benar-benar dibuat menarik. Planningnya akan ke sana,” tutur Ruslan.

Untuk mitra Gofood, pihak Gojek akan menurunkan tim untuk melakukan pengecekan langsung terhadap kualitas makanan dan minuman yang dijual. Dari segi kesehatannya, hingga cara masaknya. Hal ini menjadi poin khusus untuk menjadi mitra Gojek.

“Apa mau loe sakit setelah makan itu? Pastinya tidak ‘kan? Nah itu akan kita lihat. Kalau belum sesuai standar, kita akan memberikan pemahaman lewat pembinaan secara langsung,” jelas Ruslan.

Untuk pemasukan daerah, Gojek juga mewajibkan mitranya memiliki NPWP. Gojek akan membantu pengurusannya. “Saat ini sektor UMKM sedang jadi favorit. Masing-masing aplikator berlomba-lomba membuat program kompetitif untuk UMKM,” jelasnya seraya tersenyum.

Alasan Balige dipilih sebagai bascamp Gojek, karena dekat dengan akses Bandara Silangit. Ke depan, kabupaten lainnya bakal menyusul. “Untuk mempermudah wisatawan tiba di Silangit mau ke mana, tinggal buka aplikasi dan langsung diantar. Untuk tarif, kita menggunakan tarif seperti di Kota Pematangsiantar,” jelas Ruslan.

Pihaknya juga akan bekerja sama dengan BPODT melatih hospitality para mitra. Karena para wisatawan yang datang pasti akan menilai hal itu. Jika dianggap tidak memuaskan, wisatawan bisa jadi tidak akan kembali lagi ke Toba.

“Untuk Go Car misalnya, kalau sopir bau badan, nggak bisa. Kebersihan juga penting. Jadi turis merasa nyaman. Namun tidak perlu berlebihan,” sebut Ruslan.

Beroperasinya Gojek di kawasan danau vulkanik terbesar di dunia ini, diharapkan akan memberikan dampak positif terhadap peningkatan jumlah kunjungan wisatawan. Mitra Gojek diharapkan menjadi ujung tombak pemasaran dan pengembangan pariwisata Danau Toba.

“Karena banyak legenda yang bisa diangkat. Jadi kita harus membuat mitra kita menjadi ambassador pariwisata. Berpotensi juga membuat mitra Gojek mendapat tip lebih,” tandasnya.

BPODT Menyambut Baik

Direktur Utama (Dirut) BPODT, Arie Prasetyo menyambut baik kehadiran transportasi online di KSPN. Dengan demikian, akses di kawasan Danau Toba mudah dijangkau dan lebih ekonomis.

“Hal ini menjadi solusi bagi wisatawan yang ingin mendatangi spot tertentu. Berbeda dengan transportasi semisal Damri, yang hanya menghubungkan satu titik dengan yang lainnya. Kami semakin optimis target satu juta wisatawan bisa tercapai,” sebut Arie.

Selain mendukung kemudahan transportasi di kawasan Danau Toba, Arie juga berharap aplikasi GoFood bisa menjadi akses bagi produk-produk kuliner lokal di restoran atau produk UMKM lain, seperti pisang goreng, martabak, bakso, sate, dan sebagainya. Begitu pun dengan akses bagi produk-produk lain yang bisa menjadi oleh-oleh khas Danau Toba.

“Ini juga menjawab wisatawan yang kerap mengeluh bila ke Danau Toba hanya tersedia makanan hotel,” kata Arie.

Arie mengungkapkan, kehadiran Gojek dan Grab diapresiasi oleh Pemkab Tobasa dan Pemkab Simalungun. “Kami juga meminta agar angkutan transportasi lokal diperbaiki. Sehingga pariwisata Danau Toba terlihat lebih baik di mata wisatawan yang berkunjung,” tandas Arie.

Tarif Ojol Naik Jadi Momentum

Bersamaan dengan hadirnya Gojek di KSPN, pemerintah juga mengumumkan kenaikan tarif Ojek Online (Ojol) secara nasional, mulai 1 Mei 2019 mendatang. Kenaikan tarif ini dinilai positif oleh ketua komisi D DPRD Sumut yang mengawasi masalah perhubungan, Sutrisno Pangaribuan.

“Kalau ada keluhan masyarakat atas naiknya tarif ojek online, itu hal yang biasa. Tapi kebijakan pemerintah lewat Kemenhub dalam menetapkan tarif atas dan bawah ojek online ini, adalah langkah tepat dan sudah benar. Dan sekaranglah saatnya pemerintah membenahi transportasi publik. Rebut kembali minat masyarakat menggunakan transportasi publik. Ayok… perbanyaklah bus yang nyaman dengan rute yang lebih banyak. Kereta api juga harus ditingkatkan,” ucap Sutrisno kepada Sumut Pos, Selasa (26/3).

Jika pemerintah tidak turut menyertai kenaikan tarif Ojol dengan peningkatan fasilitas transportasi publik, bisa menjadi ‘boomerang’ bagi pemerintah. “Masyarakat memilih transportasi online ‘kan karena dinilai lebih aman, nyaman, dan terjangkau. Itu menjadi ‘PR’ pemerintah. Karena bila keuangan masyarakat tidak lagi ‘bersahabat’ dengan ojek online, tapi mau naik angkutan umum juga nggak aman, nggak nyaman, dan mahal, masyarakat akan mengeluhkan kebijakan itu sebagai kebijakan menyulitkan. Karena itu, pemerintah harus bisa membuat transportasi publik menjadi transportasi yang pro rakyat,” jelasnya.

Menurut Sutrisno, transportasi publik adaah salahsatu cara efektif menurunkan tingkat kemacetan di kota-kota besar di Indonesia, termasuk kota Medan. “Selama ini masyarakat sudah terlena dengan moda transportasi individual yang menawarkan kenyamanan dan harga terjangkau seperti transportasi online. Tapi tanpa disadari, hal itu membuat minat masyarakat akan transportasi publik menjadi jauh menurun. Akibatnya pertumbuhan kendaraan semakin meningkat, yang menyumbang kemacetan,” ungkapnya.

Dishub Sumut Tunggu Juknis Pusat

Dinas Perhubungan Sumatera Utara menunggu petunjuk teknis atas Peraturan Menteri (PM) Perhubungan Nomor 12 Tahun 2019 soal tarif ojek online (ojol). Sehingga implementasi pengawasan regulasi dimaksud berjalan maksimal.

Kepala Bidang Angkutan Jalan Dishub Sumut, Iswar, mengatakan pihaknya secara resmi belum menerima PM 12/2019 tersebut. “Sebaiknya kita tunggu dulu aturan ini disampaikan secara resmi kepada kami, agar nantinya kami mengetahui penerapannya di lapangan,” katanya, Selasa (26/3).

Melalui petunjuk teknis atas aturan baru tersebut, akan dapat dilihat sejauh mana kewenangan pemerintah daerah maupun bentuk pengawasan yang dilakukan.

Diketahui, setelah polemik berpanjangan, pemerintah akhirnya mengumumkan penentuan tarif ojek online. Aturan tarif ini sudah terangkum dalam PM Perhubungan Nomor 12/2019. Tarif dibagi dalam tiga zona. Untuk Sumatera, tarif batas bawah ojol per km sebesar Rp1.850, sementara batas atasnya Rp2.300. Beleid ini bakal resmi diberlakukan pada 1 Mei 2019 mendatang. (gus/mag-1/prn)

bagus syahputra/SUMUT POS
BERBINCANG: Perwakilan Gojek berbincang santai saat melakukan pertemuan dengan Badan Pelaksana Otoritas Danau Toba, Selasa (26/3).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Per 25 April 2019 kemarin, Gojek resmi wara-wiri melayani Kawasan Strategi Parisiwata Nasional (KSPN) Danau Toba. Kehadiran Gojek atas undangan Kementerian Pariwisata RI, sebagai transportasi yang bisa dinikmati wisatawan dan masyarakat setempat di kawasan Danau Toba.

“Gojek hadir di Kabupaten Toba Samosir (Tobasa) dan Parapat, Kabupaten Simalungun. Rencana pengoperasian Gojek sudah dibicarakan bersama dengan Badan Pelaksana Otoritas Danau Toba (BPODT), akhir 2018 lalu. Dari sisi kebijakan sudah sampai ke Pak Wagub, Menteri, Menko Maritim.

Delapan bupati di kawasan Danau Toba juga sudah bersedia jika nantinya gojek menyentuh mereka,” kata Senior Manager of Government Relation Gojek Regional Sumatera, Muhammad Ruslan, kepada wartawan di Kantor BPODT di Jalan Patimura, Medan, Selasa (26/3). Selain Gojek, Grab Car belum lama ini sudah mulai beroperasi di Kabupaten Tobasa, persisnya di Bandara Silangit.

Ruslan menjelaskan, kehadiran mereka tidak saja akan mempermudah transportasi dari satu lokasi objek wisata ke lokasi lain.

Namun juga akan melakukan pembinaan terhadap mitra Gojek, yakni para driver menjadi duta pariwisata Danau Toba. “Nantinya para driver harus mampu memperkenalkan objek wisata yang ada kepada para wisatawan,” cetusnya.

Selain itu, Gojek juga akan berkontribusi mengembangkan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Para pelaku UMKM akan dibina menjadi mitra Gofood, sesuai yang diinginkan konsumen. Yakni mulai dari kehalalan hingga cara pengemasan yang baik dan benar. Di aplikasi Gofood akan disebutkan makanan halal dan nonhalal, agar konsumen dapat memilih.

“Kerja sama dengan BPODT sangat menjanjikan. Jadi misalnya dari sisi UMKM. Kita akan lakukan pelatihan dengan para pelaku UMKM. Karena kita nggak mau hanya citarasanya daerahnya saja, tapi juga packaging harus benar-benar dibuat menarik. Planningnya akan ke sana,” tutur Ruslan.

Untuk mitra Gofood, pihak Gojek akan menurunkan tim untuk melakukan pengecekan langsung terhadap kualitas makanan dan minuman yang dijual. Dari segi kesehatannya, hingga cara masaknya. Hal ini menjadi poin khusus untuk menjadi mitra Gojek.

“Apa mau loe sakit setelah makan itu? Pastinya tidak ‘kan? Nah itu akan kita lihat. Kalau belum sesuai standar, kita akan memberikan pemahaman lewat pembinaan secara langsung,” jelas Ruslan.

Untuk pemasukan daerah, Gojek juga mewajibkan mitranya memiliki NPWP. Gojek akan membantu pengurusannya. “Saat ini sektor UMKM sedang jadi favorit. Masing-masing aplikator berlomba-lomba membuat program kompetitif untuk UMKM,” jelasnya seraya tersenyum.

Alasan Balige dipilih sebagai bascamp Gojek, karena dekat dengan akses Bandara Silangit. Ke depan, kabupaten lainnya bakal menyusul. “Untuk mempermudah wisatawan tiba di Silangit mau ke mana, tinggal buka aplikasi dan langsung diantar. Untuk tarif, kita menggunakan tarif seperti di Kota Pematangsiantar,” jelas Ruslan.

Pihaknya juga akan bekerja sama dengan BPODT melatih hospitality para mitra. Karena para wisatawan yang datang pasti akan menilai hal itu. Jika dianggap tidak memuaskan, wisatawan bisa jadi tidak akan kembali lagi ke Toba.

“Untuk Go Car misalnya, kalau sopir bau badan, nggak bisa. Kebersihan juga penting. Jadi turis merasa nyaman. Namun tidak perlu berlebihan,” sebut Ruslan.

Beroperasinya Gojek di kawasan danau vulkanik terbesar di dunia ini, diharapkan akan memberikan dampak positif terhadap peningkatan jumlah kunjungan wisatawan. Mitra Gojek diharapkan menjadi ujung tombak pemasaran dan pengembangan pariwisata Danau Toba.

“Karena banyak legenda yang bisa diangkat. Jadi kita harus membuat mitra kita menjadi ambassador pariwisata. Berpotensi juga membuat mitra Gojek mendapat tip lebih,” tandasnya.

BPODT Menyambut Baik

Direktur Utama (Dirut) BPODT, Arie Prasetyo menyambut baik kehadiran transportasi online di KSPN. Dengan demikian, akses di kawasan Danau Toba mudah dijangkau dan lebih ekonomis.

“Hal ini menjadi solusi bagi wisatawan yang ingin mendatangi spot tertentu. Berbeda dengan transportasi semisal Damri, yang hanya menghubungkan satu titik dengan yang lainnya. Kami semakin optimis target satu juta wisatawan bisa tercapai,” sebut Arie.

Selain mendukung kemudahan transportasi di kawasan Danau Toba, Arie juga berharap aplikasi GoFood bisa menjadi akses bagi produk-produk kuliner lokal di restoran atau produk UMKM lain, seperti pisang goreng, martabak, bakso, sate, dan sebagainya. Begitu pun dengan akses bagi produk-produk lain yang bisa menjadi oleh-oleh khas Danau Toba.

“Ini juga menjawab wisatawan yang kerap mengeluh bila ke Danau Toba hanya tersedia makanan hotel,” kata Arie.

Arie mengungkapkan, kehadiran Gojek dan Grab diapresiasi oleh Pemkab Tobasa dan Pemkab Simalungun. “Kami juga meminta agar angkutan transportasi lokal diperbaiki. Sehingga pariwisata Danau Toba terlihat lebih baik di mata wisatawan yang berkunjung,” tandas Arie.

Tarif Ojol Naik Jadi Momentum

Bersamaan dengan hadirnya Gojek di KSPN, pemerintah juga mengumumkan kenaikan tarif Ojek Online (Ojol) secara nasional, mulai 1 Mei 2019 mendatang. Kenaikan tarif ini dinilai positif oleh ketua komisi D DPRD Sumut yang mengawasi masalah perhubungan, Sutrisno Pangaribuan.

“Kalau ada keluhan masyarakat atas naiknya tarif ojek online, itu hal yang biasa. Tapi kebijakan pemerintah lewat Kemenhub dalam menetapkan tarif atas dan bawah ojek online ini, adalah langkah tepat dan sudah benar. Dan sekaranglah saatnya pemerintah membenahi transportasi publik. Rebut kembali minat masyarakat menggunakan transportasi publik. Ayok… perbanyaklah bus yang nyaman dengan rute yang lebih banyak. Kereta api juga harus ditingkatkan,” ucap Sutrisno kepada Sumut Pos, Selasa (26/3).

Jika pemerintah tidak turut menyertai kenaikan tarif Ojol dengan peningkatan fasilitas transportasi publik, bisa menjadi ‘boomerang’ bagi pemerintah. “Masyarakat memilih transportasi online ‘kan karena dinilai lebih aman, nyaman, dan terjangkau. Itu menjadi ‘PR’ pemerintah. Karena bila keuangan masyarakat tidak lagi ‘bersahabat’ dengan ojek online, tapi mau naik angkutan umum juga nggak aman, nggak nyaman, dan mahal, masyarakat akan mengeluhkan kebijakan itu sebagai kebijakan menyulitkan. Karena itu, pemerintah harus bisa membuat transportasi publik menjadi transportasi yang pro rakyat,” jelasnya.

Menurut Sutrisno, transportasi publik adaah salahsatu cara efektif menurunkan tingkat kemacetan di kota-kota besar di Indonesia, termasuk kota Medan. “Selama ini masyarakat sudah terlena dengan moda transportasi individual yang menawarkan kenyamanan dan harga terjangkau seperti transportasi online. Tapi tanpa disadari, hal itu membuat minat masyarakat akan transportasi publik menjadi jauh menurun. Akibatnya pertumbuhan kendaraan semakin meningkat, yang menyumbang kemacetan,” ungkapnya.

Dishub Sumut Tunggu Juknis Pusat

Dinas Perhubungan Sumatera Utara menunggu petunjuk teknis atas Peraturan Menteri (PM) Perhubungan Nomor 12 Tahun 2019 soal tarif ojek online (ojol). Sehingga implementasi pengawasan regulasi dimaksud berjalan maksimal.

Kepala Bidang Angkutan Jalan Dishub Sumut, Iswar, mengatakan pihaknya secara resmi belum menerima PM 12/2019 tersebut. “Sebaiknya kita tunggu dulu aturan ini disampaikan secara resmi kepada kami, agar nantinya kami mengetahui penerapannya di lapangan,” katanya, Selasa (26/3).

Melalui petunjuk teknis atas aturan baru tersebut, akan dapat dilihat sejauh mana kewenangan pemerintah daerah maupun bentuk pengawasan yang dilakukan.

Diketahui, setelah polemik berpanjangan, pemerintah akhirnya mengumumkan penentuan tarif ojek online. Aturan tarif ini sudah terangkum dalam PM Perhubungan Nomor 12/2019. Tarif dibagi dalam tiga zona. Untuk Sumatera, tarif batas bawah ojol per km sebesar Rp1.850, sementara batas atasnya Rp2.300. Beleid ini bakal resmi diberlakukan pada 1 Mei 2019 mendatang. (gus/mag-1/prn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/